Visitor

Jumat, 22 November 2013

Makalah Demam

1.  DEFENISI DEMAM
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello  & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah  rectal temperature  ≥38,0°C atau  oral temperature  ≥37,5°C atau axillary temperature  ≥37,2°C (Kaneshiro  &  Zieve, 2010). Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005). 
2.     ETIOLOGI DEMAM
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007). Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan  yang eksternal yang terlalu tinggi,  keadaan tumbuh gigi, dll. Selain itu anak-anak juga dapat
mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
3.   RISIKO DEMAM
Risiko antara anak dengan terjadinya demam akut terhadap suatu penyakit serius bervariasi tergantung usia anak. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibandingkan dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi  pada anak pada umumnya adalah demam yang disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat juga terjadi pada anak dan menimbulkan gejala demam seperti bakteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, dan osteomyelitis (Jenson & Baltimore, 2007).
Pada anak dengan usia di diantara  dua bulan sampai dengan tiga tahun, terdapat peningkatan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi. Pada anak dibawah usia tiga tahun pada umumnya terkena infeksi virus yang berakhir sendiri tetapi bisa juga terjadi bakteremia yang tersembunyi (bakteremia tanpa tanda fokus). Demam yang terjadi pada anak dibawah tiga tahun pada umumnya merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi seperti influenza, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Bakteremia yang tersembunyi biasanya bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri akan tetapi juga dapat menjadi pneumonia, meningitis, arthritis, dan pericarditis (Jenson & Baltimore, 2007).

4.     TIPE DEMAM
Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:
·       Demam septik  Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
·       Demam hektik  Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
·       Demam remiten  Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal.
·       Demam intermiten  Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
·       Demam Kontinyu  Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari satu derajat. 
·       Demam Siklik  Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
5.   PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia  yang dikenal dengan pirogen endogen  (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
6.   PENATALAKSANAAN DEMAM
Pada  prinsipnya  demam  dapat  menguntungkan  dan  dapat  pula  merugikan.  Pada tingkat tertentu  demam  merupakan  bagian  dari  pertahanan  tubuh  antara  lain  daya  fagositosis meningkat  dan  viabilitas  kuman  menurun,  tetapi  dapat  juga  merugikan  karena  anak  menjadi gelisah,  nafsu  makan  dan  minum  berkurang,  tidak  dapat  tidur  dan  menimbulkan  kejang demam. Orang tua mengira bahwa  bila  tidak  diobati,  demam  anaknya    akan  semakin  tinggi.  Kepercayaan  tersebut  tidak terbukti berdasarkan fakta. Karena konsep yang salah ini  banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati.1 Demam < 390 C pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak  memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39 0 C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas  sering membuat anak merasa lebih baik. Pada  dasarnya  menurunkan  demam  pada  anak  dapat  dilakukan  secara  fisik,  obat-obatan maupun kombinasi keduanya.
v Secara Fisik
a)  Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b)  Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c)  Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d)  Memberikan kompres.


v Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik  merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna  khususnya  pada  pasien  berisiko,  yaitu  anak  dengan  kelainan  kardiopulmonal  kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam. 
Obat-obat  anti  inflamasi,  analgetik  dan  antipiretik  terdiri  dari  golongan  yang bermacam-macam  dan  sering  berbeda  dalam  susunan  kimianya  tetapi  mempunyai  kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen  merupakan  derivat  para-aminofenol  yang    bekerja  menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15  mgr/kgBB/kali  tiap  4  jam  maksimal  5  kali  sehari.  Dosis  maksimal  90  mgr/kbBB/hari. Pada  umumnya  dosis  ini  dapat  ditoleransi  dengan  baik. Dosis  besar  jangka  lama  dapat menyebabkan  intoksikasi  dan kerusakkan  hepar.  Pemberiannya  dapat  secara  per  oral  maupun rektal.
  Turunan  asam  propionat  seperti  ibuprofen  juga  bekerja  menekan  pembentukan prostaglandin.  Obat  ini  bersifat  antipiretik,  analgetik  dan  antiinflamasi.  Efek  samping  yang timbul berupa mual, perut  kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek  samping  hematologis  yang  berat  meliputi  agranulositosis  dan  anemia  aplastik.  Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole  (antalgin)  bekerja  menekan  pembentukkan  prostaglandin.  Mempunyai efek  antipiretik,  analgetik  dan  antiinflamasi.  Efek  samping  pemberiannya  berupa agranulositosis,  anemia  aplastik  dan  perdarahan  saluran  cerna.  Dosis  terapeutik  10 mgr/kgBB/kali  tiap  6-8  jam  dan  tidak  dianjurkan  untuk  anak  kurang  dari  6  bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam  mefenamat  suatu  obat  golongan  fenamat.  Khasiat  analgetiknya  lebih kuat dibandingkan  sebagai  antipiretik.  Efek  sampingnya  berupa  dispepsia  dan  anemia  hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.











DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar