Visitor

Kamis, 30 Maret 2017

KARYA TULIS ILMIA ANALIS KESEHATAN PERBANDINGAN KADAR PROTEIN PADA TEMPE KEDELAI SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia diperoleh dalam bentuk tempe. Konsumsi tempe rata-rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg/orang. Sebagai sumber bahan pangan, tempe merupakan salah satu makanan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi. Masyarakat luas menjadikan tempe sebagai sumber protein nabati, selain itu harganya juga murah. Tempe merupakan produk fermentasi yang tidak dapat bertahan lama. Setelah dua hari, tempe akan mengalami pembusukan sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Tempe mempunyai daya simpan yang singkat. Tempe yang tidak dilakukan pengolahan atau penanganan lebih lanjut akan cepat mengalami pembusukan (Anonim, 2014).
1
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960- an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe  (Ido Limando, 2010).
Tempe memiliki kandungan gizi yang tinggi, terutama kandungan proteinnya. Protein dalam tempe sebanding dengan protein dalam daging. Dalam 100 gram tempe terdapat protein sebesar 18,3 gram yang sebanding dalam 100 gram daging ayam yaitu sebesar 18,2 gram. Tempe juga memiliki kandungan asam amino esensial yang cukup lengkap, seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, dan lain-lain. Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh (Tiara, 2015). 
Sepotong tempe (50gr) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gr nasi. Dua  potong tempe (100gr) mampu mencukupi kebutuhan harian protein dan asam amino sebesar 37%. Jenis protein dan asam amino yang terkandung dalam tempe sangatlah lengkap. Yang terbanyak secara berurutan adalah glutamic acid, aspartic acid, leucine, arginine, proline, serine, alanine, valine, lysine, phenylalanine, isoleucine, threonine, gycine dan tyrosine. Pada proses fermentasi tempe terjadi peningkatan level ketidak jenuhan lemak sehingga kandungan asam lemak tak jenuh (PUFA) dalam tempe cukup baik. Bahkan 100 gr tempe (2 potong) mengandung 220mg asam lemak Omega 3 dan 3590mg asam lemak Omega 6 (Anonim, 2014).
Produk olahan tempe yang sering dikonsumsi keluarga pada umumnya adalah tempe goreng, tempe penyet, dimakan dengan sambal terasi atau sambal bawang, bacem, mendol tempe, perkedel tempe, dan sate tempe. Responden menyatakan bahwa memasak resep tempe pada umumnya mudah dilakukan (Yohanes K, 2015).
Agar semua nutrisi tempe dapat bermanfaat dan berkhasiat bagi tubuh, maka olahan tempe sebaiknya dimasak dengan cara direbus, dibacem, disemur atau sebagai campuran sayur sup. Jika tempe dimasak dengan digoreng maka akan menghilangkan berbagai kandungan nutrisi bermanfaat dan berkhasiat. Maka dari itu proses pemanasan atau pengolahan dengan cara digoreng akan sangat merugikan yaitu kandungan gizi serta protein yang terkandung didalamnya akan hilang, berbeda dengan cara pemanasan seperti dikukus dan yang lainnya pada proses tersebut kandungan gizinya masih lengkap walaupun akan ada sedikit yang hilang atau berkurang
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat Perbedaan Kadar Protein Tempe Kedelai Sebelum dan Sesudah Diolah ?
B.     Rumusan Masalah
Apakah ada perbandingan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan setelah diolah ?
C.    Tujuan Penelitian
a.       Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil perbandingan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah diolah.

b.      Tujuan Khusus
Untuk menentukan perbandingan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah diolah.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Praktisi
a.       Sebagai informasi bagi praktisi laboratorium kesehatan terhadap hasil pemeriksaan protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah di olah.
b.      Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang diaplikasikan dalam suatu karya ilmiah.
2.      Teoritis
Sebagai sumbangsih keputusan ilmiah bagi Almamater Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar.
3.      Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang diaplikasikan dalam Suatu Karya Ilmiah.






 



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Tentang Tempe
1.      Pengertian Tempe
Makanan untuk lauk nasi, dibuat dari kedelai dan sebagainya yang diberi ragi (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ).
Tempe adalah makanan yang sangat terkenal di Indonesia, Tempe adalah makanan murah tapi mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi. Tak heran jika tempe menjadi makanan yang populer di Indonesia  (Mulyadi, 2011).
5
Untuk memperoleh tempe yang berkualitas baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak tercampur dengan biji-bijian yang lainnya. Selain itu, prosedur pengolahan harus dilakukan dengan cermat. Proses pembuatan tempe pada dasarnya adalah proses menumbuhkan spora jamur tempe, yaitu Rhizoppus sp. Pada biji kedelai. Tempe adalah makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi kapang golongan Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana  (Cahyadi, 2009).
Dengan adanya proses fermentasi, kedelai yang dibuat tempe rasanya menjadi lebih enak dan nutrisinya lebih mudah dicerna tubuh dibandingkan kedelai yang dimakan tampa mengalami fermentasi. Keuntungan lainnya dengan dibuat tempe adalah bau langunya hilang serta cita rasa dan aroma kedelai bertambah sedap (Wisnu, 2009).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam (Cahyadi, 2009)
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian diseluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi dibanyak tempat didunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah Negara, seperti Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) ungggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lesensi dari pemegang hak paten)  (Anonim, 2014).
2.      Historical  Tempe

Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisional ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makanan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.
Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno.Pada zaman Jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era tanampaksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan. seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar keseluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru tanah air (Riska R, 2015)
Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama kali di Eropa di mulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, Tempe telah popular di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Dibeberapa Negara lain, seperti Republik Rakyat Cina, India, Taiwan, Sri Langka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal dikalangan terbatas (Wikipedia, 2012).
Pada tahun 1940-an dilakukan usaha untuk memperkenalkan tempe ke Zimbabwe sebagai sumber protein yang murah. Namun demikian, usaha ini tidaklah berhasil karena masyarakat setempat tidak memiliki pengalaman mengkonsumsi makanan hasil fermentasi kapang. Indonesia merupakan Negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pakar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per-orang per-tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Riska, 2015).
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia, pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makanan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Dengan adanya temped dan kandungan gizi yang dimilikinya, serta harga yang sangat terjangkau, menyelamatkan masyarakat miskin dari malagizi (malnutrition) (Wikipedia, 2012).
1.      Manfaat Tempe Sebagai Bahan Makanan
a)      Sebagai bahan makanan yang berkadar protein tinggi
b)      Sebagai makanan pelengkap yang mampu meningkatkan kadar protein makanan campuran.
c)      Sebagai makanan sumber fitamin B12 yang esensial.
d)     Merupakan makanan yang berkadar lemak rendah.
e)      Makanan yang berdaya cerna tinggi. Sebagai makanan sumber antibiotik dan perangsang pertumbuhan
f)       Makanan yang bebas dari senyawa kimia toksin
g)      Bahan makanan sumber protein yang harganya relatif murah.
2.      Bahan Baku Pembuatan Tempe
Ragi tempe adalah bibit yang digunakan untuk pembuatan tempe, Kacang kedelai merupakan bahan dasar dari pebuatan tempe.


3.      Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel, dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal  (Ido L, 2010).
Kapang tempe bersifat aerob obligat membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya,  sehingga apabila dalam proses fermentasi itu kurang oksigen maka pertumbuhan kapang akan terhambat dan proses fermentasinya pun tidak berjalan lancar. Oleh karena itu,  pada pembungkusan tempe biasanya dilakukan dengan lidi yang bertujuan agar oksigen dapat masuk dalam bahan tempe. Sebaliknya jika dalam proses fermentasinya kelebihan oksigen, dapat menyebabkan proses metabolismenya terlalu cepat sehingga selalu naik dan pertumbuhan kapang terhambat (Riska, 2015).
Fermentasi adalah suatu proses metabolisme yang menghasilkan produk-produk pemecahan baru dan substrak organik karena adanya aktifitas atau kegiatan mikroba. Fermentasi kedelai menjadi tempe oleh R.Oligosporus terjadi pada kondisi anaerob. Hasil fermentasi tergantung pada fungsi bahan pangan atau substrak mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhannya. Dengan adanya fermentasi dapat menyebabkan beberapa perubahan sifat  kedelai tersebut. Senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat (Wisnu, 2009).
Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Tempe segar mempunyai aroma lembut seperti jamur yang berasal dari aroma miselium kapang bercampur dengan aroma lezat dari asam amino bebas dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian lemak, makin lama fermentasi  berlangsung aroma yang lembut berubah menjadi tajam karena terjadi pelepasan ammonia (Yohanes K, 2015).
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dan bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksterrnal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang menghasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot (Riska, 2015).
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu  (Wikipedia, 2012).
Table 2.1 Kandungan Zat Gizi Kedelai dan Tempe
No
Zat Gizi
Satuan
Komposisi Zat Gizi 100 Gram
Kedelai
Tempe
1.
Energi
(kal)
381 kal
210 kal
2.
Protein
(gram)
40,4 g
20,8 g
3.
Lemak
(gram)
16,7 g
8,8 g
4.
Hidrat Arang
(gram)
24,9 g
13,5 g
5.
Serat
(gram)
3,2 g
1,4 g
6.
Abu
(gram)
5,5 g
1,6 g
7.
Kalsium
(mg)
222 mg
155 mg
8.
Fosfor
(mg)
682 mg
326 mg
9.
Besi
(mg)
10 mg
4 mg
10.
Karotin
(mkg)
31 mkg
34 mkg
11.
Vitamin A
(SI)
0,81
0,81
12.
Vitamin B
(mg)
0,52 mg
0,19 mg
13.
Vitamin C
(mg)
0 mg
0 mg
14.
Air
(Gram)
12,7 g
55,3 g
BDD (Berat yang Dapat di Makan)
%


                        Sumber : Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Depkes RI Dir.Bin.  Gizi
Masyarakat dan Puslitbang Gizi 1991.

Meskipun nilai gizi tempe lebih rendah daripada kedelai murni, tetapi tempe memiliki sifat yang unggul :
1.      Mempunyai nilai biologi tinggi,  yaitu mengandung 8 asam amino esensial.
2.      Lemak jenuh rendah.
3.      Kadar vitamin B12 tinggi.
4.      Mudah dicerna, jadi baik untuk segala umur.
5.      Dengan fermentasi kacang kedelai, asam-asam amino lebih terurai lagi sehingga mudah dicerna.
Secara kuantitatif, nilai gizi tempe sedikit lenih rendah dari pada nilai gizi pada kedelai. Namun,  secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktifitas enzim proteolitik yang mengakibatkan protein, lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan kedelai. Oleh karena itu tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Fungsi protein untuk tubuh :
1.      Fungsi protein sebagai enzim.peranan protein dalam mempercepat reaksi biologis.
2.      Fungsi protein yang terdapat pada hemoglobin yang memiliki peran dalam pembentukan sel darah merah, dapat mengangkut oksigen pada eritrosit. Sedangkan protein yang terdapat pada myoglobin akan mengangkut oksigen pada otot.
3.      Fungsi protein bagi pembentukan antibodi.
4.      Fungsi protein sebagai penyembuh luka dan meregenerasi sel terutama kulit.
5.      Fungsi protein sebagai penyeimbang asam basa dengan cairan tubuh,dengan cara menajaga stabilitas ph cairan yang ada didalam tubuh itu sendiri.
6.      Fungsi protein sebagai pengatur metabolisme tubuh.
7.      Fungsi protein sebagai penghancur  dan penetral zat-zat yang terdapat didalam tubuh.
8.      Fungsi protein sebagai pembentuk otot, sehingga akan mendukung pertumbuhan pada anak-anak serta remaja (Mulyadi, 2011).
A.    Tinjauan Umum Tentang Protein
1.      Pengertian Tentang Protein
Protein adalah makromolekuler yang tersusun dari bahan dasar asam amino, asam amino yang yang menyusun protein ada 20 macam protein terdapat dalam sistem hidup, semua organisme, baik yang berada pada tingkat rendah maupun organisme tingkat tinggi protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di dalam semua proses biologis (Sidik, 2009).
Protein merupakan komponen yang banyak terdapat pada sel tanaman dan hewan. Kandungan protein dalam pangan berfariasi baik dalam jumlah maupun jenisnya. Bahan pangan hewani (seperti telur, daging, susu dan ikan), leguminose (seperti kacang-kacangan) dan serelia (seperti beras, gandum dan jagung) umumnya mengandung protein yang tinggi. Protein merupakan sumber gizi utama, yaitu sebagai sumber asam amino. Diantaranya terdapat 8 dari asam amino penyusun protein yang merupakan zat nutrisi esensial yang diperlukan tubuh, yaitu lisin, triptofan, fenilanin, metionin, leusin, isoleusin dan valin
(Andarwulan N, 2011).
Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktural sel dan tidak dapat di ekstraksi tanpa menyebabkan distegrasi sel tersebut. Protein metabolik ikut serta dalam rekasi-reaksi biokimiawi dan mengalami perubahan bahkan mungkin sintesa protein baru. Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak integritas struktur sel itu sendiri (Almatsier S, 2004).
2.      Struktur Protein
Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugus yang amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptide. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptide. Polypeptida yang hanya terdiri dari bebrapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polipeptida, dimana  sejumlah besar sekali asam-asam amino saling diperkuatkan dengan ikatan peptide tersebut (Djaeni AS. 2004).
Didalam gugusan sisa molekul R, mungkin terdapat gugusan reaktip lain yang saling mengikat, seperti gugusan karboksil pada asam amino dan gugusan sulfhydryl (SH) pada asam amino sulfur  (methionine, cyteine) gugusan-gugusan reaktif ini jika saling beraksi membentuk struktur-sturktur gelang atau menyebabkan rantai polypeptide mendapat struktur melilit seperti solenoid (perspiral) (Djaeni AS, 2004) .
Struktur protein terbagi menjadi beberapa tingkat (menurut ahli kimia farmasi Denmark, Kai Linderstrom-lang)
a.       Struktur primer : Urutan asam amino
Struktur tingkat primer dalam suatu protein yakni urutan linear asam-asam amino yang digabugnkan satu sama lain oleh ikatan peptida, urutan ini ditentukan oleh urutan basa nekleotida dalam gen yang mengkode protein. Termasuk juga dalam struktur primer adalah lokasi ikatan kovalen yang lain.Ikatan ini yakni ikatan disulfida antara residu-residu sistem yang berdekatan dalam ruang tapi bukan dalam urutan asam amino linear ikatan silang kovalen ini, rantai-rantai polipeptida terpisah atau antara bagian-bagian yang berbeda dari rantai yang sama, terbentuk oleh oksidasi gugus SH pada residu sistem yang juga terekspos dalam ruang. Disulfida yang dihasilkan disebut sebagai residu sistin. Ikatan sulfide sering terdapat dalam protein ekstrasel, namun jarang ditemukan dalam protein intrasel.
b.      Struktur Sekunder
Pola lipatan teratur (seperti struktur α-heliks dan β-sheet), yang distabilkan oleh ikatan hidrogen diantara gugus-gugus peptida yang saling berdekatan dalam rantai. Struktur sekunder dalam protein dapat digambarkan dalam bentuk diafragma topologi. Struktur tingkat sekunder dalam suatu protein yakni lipatan teratur daerah-daerah rantai polipeptida tipe lipatan yang paling umum dalam α-heliks dan β-sheet.
c.       Struktur Supersekunder
Pola berulang struktur sekunder yang biasa terdapat pada banyak protein.
d.      Struktur Tersier 
Untuk protein globular, struktur tersier yakni melipatnya segmen-segmen struktur sekunder dalam tiga dimensi yang distabilkan oleh interaksi antara urutan-urutan yang jauh.
e.       Struktur Domain
Domain banyak terdapat pada protein globular, terutama yang memiliki masa molekul lebih dari 20 asam amino.


f.       Struktur Kuaterner
Interaksi antara rantai-rantai polipeptida yang berbeda membentuk suatu struktur oligomer, yang distabilkan hanya oleh ikatan-ikatan nonkovalen. Protein yang mengandung lebih dari satu rantai polipeptida, misalnya hemoglobin, memunculkan tingkat keempat struktur protein yang disebut struktur kuartener (Yohanis V, 2009).
Keistimewaan pada struktur protein adalah adanya atom nitrogen (N) dengan demikian, salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk analisis kuantitatif protein adalah dengan penentuan kandungan (N) yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain (Rohman C. A, 2007).
3.      Fungsi Protein
Fungsi protein di dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hayat hidup sel, dapat dikatakan  bahwa setiap gerak hidup sel selalu bersangkutan  dengan fungsi protein. Telah diuraikan bahwa didalam sel terdapat protein struktural dan protein metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari mikrostruktural. Misalnya merupakan bagian dari struktur membrane, sitoplasma dan organel subseluler lainnya.
Protein memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :
a.       Penyusun senyawa biomolekuler seperti nucleoprotein (terkandung dalam inti sel, tepatnya kromosom), enzim, hormon, antibody dan sarana kontraksi otot.
b.      Pembentukan sel-sel baru
c.       Pengganti sel-sel pada jaringan yang rusak
d.      Sebagai sember energi (Rohman, 2007).
4.      Metabolisme Protein
Protein merupakan nutrient ketiga utama bagi manusia,dan sangat erat kaitannya dengan asam alfa amino. Asam alfa amino adalah unit terkecil dari molekul protein. Sejumlah asam amino dibentuk sebagai hasil pemecahan protein. Kelebihan asam amino pada metabolisme dalam hati untuk mengeluarkan nitrogen, hanya karbon hydrogen dan oksigen yang dapat digunakan untuk memproduksi panas dan energi. Protein yang tidak cukup seperti pada kelaparan bukan saja simpanan karbohidrat dan lemak yang dipakai habis, tetapi juga kehilangan protein tubuh sehingga terjadi pengecilan otot. Aspek kepentingannya dalam tubuh :
a.       Asam alfa amino esensial, yaitu asam alfa amino yang sangat diperlukan keberadaannya dalam tubuh tetapi tubuh tidak dapat mensintesis asam alfa amino.
b.      Asam amino semi-esensial yaitu alfa amino meski disintesis dalam tubuh namun jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam alfa amino.
c.       Asam alfa amino yang non-esensial yaitu, asam amino yang diperlukan tubuh secara sintesis dalam tubuh yang mencakup memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam alfa amino. Metabolisme komponen nitrogen asam alfa amino adalah reaksi deaminasi (pembuangan asam amino). Dari hasil reaksi deaminase ( gugus amino) tersebut diubah menjadi ammonia (NH3), dihati amonia didetoksikasi menjadi urea, selanjutnya urea dieksresi melalui ginjal. Pembentukan urea dari ammonia ini berlangsung melalui siklus urea (Syaifuddin, 2012).
Didalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses pencernaan. Di dalam lambung terdapat enzim pepsine (protrase lambung) dan HCl yang bekerja sama melakukan perombakan rantai khusus ikatan peptide dari asam amino yang rantainya pendek yang disebut pepton. Selanjutnya sebagian yang sudah dicerna masuk kedalam usus, protein dirombak menjadi asam amino sederhana yang langsung diserapileh usus (Riska, 2015).
Didalam duodenum protein makanan yang sudah mengalami pencernaan parsial itu dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari cairan pangkreas dan dari dinding usus halus.Pangkreas menghasilkan enzim-enzim proteolitik trypsine dan chemotrypsine, sedangkan sekresi dinding usus terdapat enzim erepsine yang merupakan campuran dari sejumlah enzim-enzim oligopeptidase, yaitu yang memecah ikatan-ikatan oligopeptide. Oleh erepsine, olipeptida dipecah lebih lanjut menjadi asam amino (Djaeni, 2004).
Dalam darah asam amino membawa nitrogen dan zat belerang kesetiap sel dalam tubuh. Sel tubuh memisahkan asam amino khusus sel untuk perbaikan pertumbuhan. Hati memecah asam amino, dari proses dibentuk ureum bersenyawa dengan karbon dibebaskan untuk oksidasi. Produksi bungan hasil metabolism protein dalam jaringan terdapat urea, asam urat, dan kreatinin. Bahan ini disekresi didalam urin,yang berlebihan dalam tubuh tidak disimpan tetapi disekresikan dalam urin (Syaifuddin, 2012).
5.      Kegunaan Protein Bagi Tubuh Manusia
Protein sangat berperan penting untuk pertumbuhan manusia.Penting yang terdapat dalam semua makhluk hidup. Jadi tanpa adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel makhluk hidup secara garis besarnya guna protein bagi manusia adalah sebagai berikut :
a.       Untuk membangun sel jaringan tubuh seorang bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg.
b.      Untuk mengganti sel tubuh yang haus atau rusak.
c.       Untuk membuat air susu, enzim dan hormone air susu yang diberikan ibu kepada bayinya dibuat dari makanan ibu itu sendiri.
d.      Membuat protein darah, untuk mempertahankan tekanan osmose darah.
e.       Tubuh menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh
f.       Sebagai pemberi kalori (Ellya, 2010).
6.      Akibat Kekurangan dan  Kelebihan Protein
a.      Akibat kekurangan
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat social ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.
1.      Kwashior lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbanag terutama dalam hal protein. Kwashior dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih. Gejalanya adalah pertumbuhan terlambat, otot-otot berkurang dan melemah, edema, muka bulat seperti bulan dan gangguan psikomotor. Edema terutama pada perut, kaki, dan tangan merupakan ciri khas kwashiorkor dan kehadirannya erat berkaitan dengan albumin dalam serum. Anak apatis, tidak ada nafsu makan, tidak gembira dan suka merengek, kulit mengalami depigmentasi, kering, bersisik, pecah-pecah dan dermatosis.
2.      Marasmus
Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan.Penyakit ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienes atau sering kena infeksi terutama gastroenteritis. Marasmus berpengaruh jangka panjang terhadap mental, fisik yang sukar diperbaiki.
b.      Akibat Kelebihan Protein
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh, makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalh lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino membratkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menyebakan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam. Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg berat badan. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali angka kecukupan gizi untuk protein (Almatsier S, 2004).
7.      Asam Amino
Asam amino terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus karboksil (- COOH) satu gugus asam amino (NH2),  satu gugus hidrogen (-H) dan satu gugus radikal (-R) rantai cabang.
Pada umumnya asam amino yang diisolasi dari protein hidroksilat merupakan alfa asam amino, yaitu gugus karboksil dan amino terikat pada atom karbon yang sama. Yang membedakan asam amino satu sama lain adalah rantai cabang atau gugus R nya, R berkisar dari satu atom hidrogen (H) sebagaimana terdapat pada asam amino paling sederhana glisin ke rantai karbon lebih panjang, yaitu hingga tujuh atom karbon.
a.       Sifat-sifat Asam Amino
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan asam amina. Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat atau amina. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amino akan menerima ion H+. Oleh adanya gugus tersebut maka asam amino dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter (Riska, 2015).
1.      Asam amino esensial adalah asam amino yang dapat dibuat atau disintesis dalam tubuh dengan mengkonversikan satu asam amino menjadi asam amino yang lain dalam sel-sel tubuh.
2.      Asam amino non esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat atau disintesis dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein.
Penggolongan asam amino esensial dan non esensial dapat dilihat pada table .
Tabel 2.2 Beberapa asam amino esensial dan asam amino non esensial.
Asam Amino Esensial
Asam Amino Non-Esensial
Isoleusin
Alanin
Leusin
Arganin
Lisin
Aspargin
Metionin
Asam aspartate
Fenilalanin
Sistein
Treonin
Asam glutamate
Triptofan
Glisin
Valin
Ornitin
Histidin (esensial untuk anak-anak)
Prolin
Serin

Tirosin

(sumber: Poedjiadi,2014).
a.      Fungsi Khusus Asam Amino
1.      Triptofan adalah precursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin.
2.      Metionin memberikan gugus metil guna sintesis kolin dan kreatinin. Disamping itu metionin merupakan prekursor sistein dan ikatan mengandung sulfur lain.
3.      Fenilanin adalah prekursor tirosin dan bersama membentuk hormone-hormon tiroksin dan epinefrin.
4.      Tirosin merupakan prekursor bahan yang membentuk pigmen kulit dan rambut.
5.      Arginin dan sentrulin terlibat dalam sintesis ureum dalam hati.
6.      Glisin mengikat bahan-bahan toksik dan mengubahnya menjadi bahan tidak berbahaya, glisin juga digunakan dalam sintesis porfirin nukleus hemoglobin dan merupakan bagian dari asam empedu.
7.      Histidin diperlukan untuk sintesis histamin.Kreatinin yang disintesis dari arginine, glisin dan metionin bersama fosfat membentuk kreatinin fosfat, suatu simpanan penting fosfat berenergi tinggi didalam sel.
8.      Glutamin yang dibentuk dari asam glutamat dan asparagin dari asam aspartat merupakan simpanan asam amino didalam tubuh. Disamping itu asam glutamat adalah parakursor pengantar saraf gamma amino asam butirat (Almatsier, 2004).
b.      Klasifikasi Asam Amino Menurut Gugus Asam dan Basa
Klasifikasi asam amino menurut jumlah gugus asam (karboksil) dan basa (amino) yang dimiliki adalah.
1.      Asam amino netral yaitu asam amino yang mengandung satu gugus asam dan satu gugus amino.
2.       Asam amino asam (rantai cabang asam) yaitu asam amino yang mempunyai kelebihan gugus asam dibandingkan dengan gugus basa.
3.      Asam amino basa (rantai cabang basa) yaitu asam amin yang mempunyai kelebihan gugus basa.
4.      Asam amino yang mengandung nitrogen imino pengganti gugus amino primer dinamakan asam imino (Sunita, 2004).
1.      Tinjauan Tentang Analisis Protein
a.      Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif protein bisa dilakukan dengan bebrapa reaksi warna seperti dengan pereaksi Ninhidrin, pereaksi Biuret, dan pereaksi Millo.

b.      Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif protein dan asam amino dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni :
volimetri, gasometri, spektrofotometri, spektrofluorometri, turbidimetri, pengikatan zat warna (dyebinding method), dan kromatografi.
1.      Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.  Secara kuantitatif, nilai gizi tempe lebih rendah dari pada nilai gizi pada kedelai. Namun, secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini karena kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktifitas enzim proteolitik yang mengakibatkan protein, lemak dan karbohidrat pada tempe mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan kedelai.
Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikalatalis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah ditambah dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk didestilasi uap secara kuantitatif kedalam larutan penyerap dan selanjutnya ditetapkan secara titrasi.
Metode ini cocok untuk penetapan kadar protein yang tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akibat proses pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada makanan.
2.      Prinsip Kerja
Bahan didestruksi dengan H2SO4 pekat. Nitrogen yang terdapat dalam bahan kemudian berikatan dengan H2SO4 membentuk  (NH4) 2SO4). Pada tahap destilasi, penambahan reagen NaOH 30% dan dengan adanya pemanasan akan membebaskan NH3 dalam bentuk gas yang kemudian dikondensasi dan ditangkap oleh asam klorida. Titrasi dengan NaOH akan kembali membebaskan ammonia yang kemudian berikatan dengan HCl membentuk amonium klorida.
1.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Kjeldahl
a.       Kelebihan
1)      Secara internasional dan masih merupakan metode standar utuk perbandingan terhadap semua metode lainnya.
2)      Presisi tinggi dan baik reproduktifitas telah membuat metode utama untuk estimasi protein dalam makanan

b.      Kekurangan
1)      Memberikan ukuran protein yang benar, karena semua nitrogen dalam makanan tidak dalam bentuk protein.
2)      Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena mereka memiliki urutan asam amino yang berbeda.
3)      Penggunaan asam sulfat pekat pada suhu tinggi menimbulkan bahaya yang cukup besar, seperti halnya penggunaan beberapa kemungkinan katalis teknik ini memakan waktu untuk membawa keluar .
Kerangka Konsep
Tempe merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga banyak digemari oleh masyarakat. Selain itu tempe mudah diperoleh dan harganya pun sangat terjangkau. Banyak masyarakat Indonesia pada umumnya mencukupi kebutuhan protein dengan mengkonsumsi tempe.
Dengan pemeriksaan laboratorium kita dapat membandingkan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah di olah dengan menggunakan metode analisis yaitu metode secara kuantitatif dengan cara metode volumetri yang merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan volume. Dan dilakukan metode Kjeldahl untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Dan dilakukan analisa data dan hasil.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan merupakan obsevasional bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mendapatkan keterangan tentang perbandingan protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah di olah.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Tempat penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
2.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan  pada tanggal 28  Juni-21 Juli 2016
C.    Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel
1.      Populasi

Dalam penelitian ini dijadikan sebagai populasi adalah beberapa tempe kedelai yang beredar atau dijual di pasar Antang.
2.      Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah beberapa tempe kedelai yang beredar atau dijual di pasar Antang.
3.      Tekhnik pengambilan sampel
32
Tekhnik pengambilan sampel diambil secara insidental sampling .

D.    Tekhnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi, kemudian dilakukan eksperimen di Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
Alat dan Bahan Penelitian
a)      Alat yang Digunakan :
Alat destilasi, neraca analitk, lemari asam, gelas kimia, sendok tanduk, Erlenmeyer, lumpang dan aluh, biuret, kondensor lurus, labu kjeldahl, statif, bunsen, bulp dan batu didih.
b)      Bahan yang digunakan :
Aquades, H2SO4 P.a, Zink, NaOH 30 %, HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N dan indikator PP 0,1%.
1.      Prosedur Kerja :
a.       Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis kadar protein dengan kjeldhal.
b.      Proses Pengambilan dan Pengolahan Sampel
1.      Sampel di ambil langsung yang berada disekitar wilayah Antang.
2.      Sampel siap dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.



c.       Persiapan Sampel
1.      Preparasi sampel
Sampel tempe dibagi menjadi tiga tahap yaitu tempe yang belum dimasak (mentah), tempe yang telah dikukus, dan tempe yang telah di goreng,
2.      kemudian sampel tempe dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu dan di timbang 0,5 gram.
3.      Tahap Destruksi
sampel lalu dimasukkan kedalam labu alas dear dan kemudian ditambahkan 1 gram Zink, lalu tambahkan 20 ml H2SO4 p.a, bila warna telah berubah menjadi coklat susu maka proses destruksi telah selesai. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan Nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi ditambahkan H2SO4.
4.      Tahap Destilasi
a.       Sampel yang telah didestruksi kemudian didinginkan sejenak,setelah dingin dimasukkan kedalam labu ukur dan dicairkan dengan aquades.
b.      Dimasukkan HCl 0,1 N sebanyak 20 ml kedalam erlenmeyer dengan ditambahkan indikator PP 5 tetes, pasang pada alat destilat.
c.       Dimasukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam labu kjeldahl kemudian ditambahkan 10 ml NaOH 30% kemudian langsung pasang pada alat destilat.
d.      Dipanaskan dengan menggunakan bunsen pada tabung kjeldahl kemudian tunggu hingga uap yang berada pada tabung mengilang yang menandakan proses destilasi selesai.
5.      Tahap Titrasi
Dititrasi sampel yang ada pada erlenmeyer dengan menggunakan NaOH 0,1 N sampai adanya perubahan warna yaitu warna ungu muda
6.      Dicatat volume titrasi (Riska, 2012).

d.      Perhitungan Kadar Protein

Protein (%) = N (%) × faktor Konversi
E.      Analisa Data
Hasil uji laboratoirum akan disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dianalisa secara deskriptif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari 3 sampel tempe yang dilakukan pada tanggal 28 Juni - 21 Juli 2016 di Fakultas Farmasi  Universitas Muslim Indonesia, maka diperoleh hasil pemeriksaan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Volume Awal dan Hasil Titrasi sampel
No
Nama Sampel
Berat Sampel
Vol. Titrasi
Vol. NaOH 30%
Indikator PP
N NaOH
1.
Tempe Mentah
0,50024 g
19,5 ml
10 ml
5 tetes
0,1139
2.
Tempe Kukus
0,54622 g
19,8 ml
10 ml
5 tetes
0,1139
3.
Tempe Goreng
0,54556 g
13,52 ml
10 ml
5 tetes
0,1139
sumber : Data primer Juli 2016

Data tersebut digunakan untuk menghitung kadar N total (N%) pada tempe, dimana masing-masing sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

37
 


Protein (%) = N (%) × faktor Konversi

Untuk perhitungan % protein dalam tempe dilakukan seperti rumus diatas berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh data % protein sampel sebagai berikut :
Tabel 2.4 Hasil Kadar Protein (%)
No
Nama Sampel
Kadar Protein (%)
1.
Tempe mentah
38,8681
2.
Tempe kukus
36, 1437
3.
Tempe Goreng
24, 7100
                  Sumber: Olah data, 2016
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui perbandingan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah diolah didapatkan bahwa kandungan protein tertinggi ada pada tempe kedelai mentah yaitu 38,8681 %, dan kandungan protein yang paling terendah yaitu tempe goreng dengan hasil 24, 7100 %.
B.     Pembahasan
Kedelai adalah sumber terbesar protein, sedangkan tempe merupakan produk olahan kedelai melalui proses fermentasi dengan penambahan Rhizopus oligosporus. Selama proses pembuatan tempe terjadi dua kali fermentasi, yaitu saat perendaman dan saat peragian. Fermentasi akan mengubah sebagian besar glukosida dalam kedelai menjadi aglikon (aglycone) yang lebih mudah diserap oleh tubuh. Tinggi rendahnya kisaran hasil protein disebabkan karena berbagai faktor seperti: tahap kematangan kedelai, iklim dan suhu tempat tumbuh kedelai, kondisi tanah, cara bertanam, cara pengolahan tempe. (Astuti L. 2015)
Tempe merupakan komoditi pangan yang sangat banyak digemari diindonesia termasuk didunia, hal ini dikarenakan tempe banyak memiliki kandungan protein yang sangat tinggi
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena itu sel merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh
Proses fermentasi kedelai menjadi tempe menyebabkan peningkatan manfaat dari tempe, sehingga diperkirakan fungsi tempe sebagai makanan fungsional, khususnya efek hipokolesterolemia dan antioksidan, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai. Namun, protein bersifat rentan terhadap proses pengolahan dan suhu selama pemasakan.
Perebusan dapat menurunkan kadar protein dalam bahan pangan, ini karena pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi akan menyebabkan denaturasi protein. Pemanasan protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut diantaranya denaturasi, kehilangan aktivitas enzim,  perubahan warna, derivatisasi residu asam amino, pemutusan ikatan peptida. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan, pH, adanya oksidator, antioksidan, radikal, dan senyawa aktif lainnya khususnya senyawa karbonil. Reaksi yang terjadi pada saat pemanasan protein tersebut dapat merusak kondisi protein, sehingga kadar protein dapat menurun. (Astuti L. 2015)
Proses penggorengan bahan pangan menurunkan kadar protein lebih tinggi dibanding perebusan karena suhu yang digunakan sangat tinggi dan protein akan rusak dengan panas yang sangat tinggi. Penggorengan dapat juga menurunkan kadar protein karena pada proses penggorengan sebagian minyak goreng akan menempati rongga-rongga bahan pangan menggantikan posisi air yang menguap sehingga konsentrasi protein persatuan berat bahan menjadi lebih kecil. Retensi protein adalah: suatu ketahanan satu bahan pangan atau komposisi bahan pangan terhadap berbagai jenis perlakuan yang diterapkan pada bahan tersebut. Kadar protein bahan pangan yang direbus lebih tinggi dibandingkan bahan pangan yang digoreng. Hal ini diduga karena penggunaan suhu yang relatif tinggi pada proses penggorengan yang mengakibatkan kerusakan protein bahan pangan uji lebih besar dibandingkan dengan bahan pangan uji yang direbus. (Rizky R. 2015)
Penggunaan suhu 160 C – 300 C pada penggorengan akan menyebabkan kerusakan yang cukup besar atau bisa menurunkan nilai gizi protein. Pada umumnya proses pemasakan dengan menggoreng termasuk paling sering dilakukan. Suhu menggoreng biasanya mencapai 160 C, oleh karena itu sebagian zat gizi diperkirakan akan rusak, diantaranya vitamin dan protein.
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl terhadap kandungan nitrogen total dan nitrogen bukan protein. Analisis protein dengan cara kjeldahl dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. Pada tahap destruksi sampel tempe dipanaskan dengan H2SO4 pekat untuk  mendestruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Elemen-elemen karbon (C) dan hidrogen  (H) teroksidasi menjadi karbon monoksida (CO2) dan (H2O). Elemen-elemen nitrogen (N) akan berubah menjadi ammonium sulfat atau (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses oksidasi ditambahkan Zink (Zn) sebagai katalisator. Zink dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut dapat menaikkan titik didih selain itu juga mudah terjadi perubahan dari valensi tinggi kevalensi yang rendah atau sebaliknya. Proses destruksi selesai dan setelah itu ekstrak sampel ditambahkan aquades sebanyak 100 ml.  Pada tahap destilasi ammonium sulfat dipecah menjadi amonia (NH3) dengan penambahan natrium hidroksida. Proses ini yaitu untuk memisahkan cairan atau larutan berdasarkan titik didih. Amonia (NH3) yang dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh asam klorida dalam wadah penampung dalam jumlah yang berlebih. Agar kontak antara asam dan amonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan indikator PP (Fenolftalein) banyaknya asam klorida yang bereaksi dengan amonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan NaOH 0,1 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna ungu muda. Analisis Kjeldahl digunakan untuk menentukan kadar protein dalam sampel yang mengandung protein.
Menurut peraturan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA nomor 75 tahun 2013 tentang kecukupan gizi yang dianjurkan perorangan perhari yaitu keutuhan protein pada umur 0-9 tahun= 12-49 g/kg BB, umur 10-49 tahun 56-72 g/kg BB. Sehingga dianjurkan untuk memperhatikan batas jumlah kadar protein yang seharusnya dikonsumsi tiap harinya. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan penyakit Kwashiorkor pada anak-anak dibawah umur lima tahun (balita), dan penyakit marasmus yang menyerang pada bayi berumur dua belas bulan pertama. Penyakit ini terjadi kaarena formula pengganti asi yang terlalu encer. Protein secara berlebihanpun tidak menguntungkan bagi tubuh dan dapat menimbulkan masalah lainnya, kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Dan kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam. (Riska R. 2015)

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan  
Berdasarkan hasil penelitian kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah diolah dapat ditarik kesimpulan:
1.       Ada perbedaan kadar protein pada tempe kedelai sebelum dan sesudah diolah yaitu Tempe Mentah (38,868%), Tempe Kukus (36,1437 %), Tempe Goreng (24,7100 %).
2.      Dari hasil beberapa tempe yang ditelah diuji tersebut, kadar protein pada tempe yang lebih besar ialah pada tempe mentah (tempe yang belum diolah) yaitu sebesar 38,868%, sedangkan pada yang terendah kadar protein nya ilah pada tempe yang telah digoreng yaitu sebesar 24,7100 %.
B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan ini masih ada banyak kekurangan, sehingga dapat dianjurkan beberapa saran yaitu :
1.      Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas, sehingga dapat mewakili populasi yang lebih besar.
2.     
43
Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berfungsi sebagai pembanding dengan selang waktu dan suhu pengolahan yang berbeda.
3.      Masyarakat sebaiknya mengkonsumsi tempe sebagai sumber protein hewani yang memiliki  protein dan gizi tinggi untuk kebutuhan sehari-hari yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, 2004. prinsip Dasar Ilmu Gizi (ed.2). Jakarta: Gramedia Pustakan
Utama
Andarwulan N, 2011.Analisis Protein Pangan. Surabaya: Dian Rakyat
Maksimal tempe sebaiknya jangan digoreng. (27 April
2016)
Astuti L. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Komposisi Zat Gizi
Bahan Pangan Sumber Protein. Jakarta : Percetakan Negara

Cahyadi A, 2009. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Tempe. Bandung:
Alfa Beta


Darmi A. (2012). KTI. Analisa Kandungan pada Tempe yang Disimpan Selama
2 Hari,. STIKes Mega Rezky Makassar; Tidak dipublikasikan.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2015

Djaeni A.S,2004.Ilmu Gizi. (ed.4), Jakarta: Dian Rakyat

Ellya W. (2010). Pemanfaatan Kacang-Kacangan Lokal Sebagai Substitusi
Bahan Baku Tempe Dan Tahu, Jurnal Pertanian. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Tangerang, 3 (4): 12-15. (Diakses 24 Mei 2016 pukul 20.00 wit.)

Ido L. 2010 Perancangan Buku Visual Tentang Tempe Sebagai Salah Satu
Makanan Masyarakat Indonesia. Universitas Kristen
Petra,Siwalankerto 121-131, Surabaya

Mulyadi, 2011. Proses Pencernaan Lemak, Karbohidrat, dan Protein. Graha
Ilmu: Yogyakarta

Rahmawati,2013 Kandungan Protein Terlarut Daging Ikan Patin Akibat
Variasi Pakan Tambahan.(Skripsi Universitas Jember): Jember

Riska R. (2015). KTI. Perbandingan Kadar Protein pada Beberapa Jenis Telur
yang Dijual Dipasar Antang Makassar,. STIKes Mega Rezky
Makassar; Tidak dipublikasikan.



Rizky R. 2015.  Perbedaan Teknik Penggorengan Terhadap Kadar Protein
Terlarut Dan Daya Terima Keripik Tempe. Bandung : Pelangi
Ilmu Volume 5(2): 19

Rohman S.A, 2007 .Analisis Makanan. Gadjah Mada Universitay
Press:Yokyakarta

Sidik A.K, 2009. Struktur dan Fungsi Protein, J. Pelangi Ilmu Volume 2(5): 19


Syaifuddin,2012.Anatomi dan Fisiologi :Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan (ed.4). Jakarta:
ECG
Tiara C. 2015. Kedelai : Khasiat dan teknologi tempe (ed,1). Solo : Tiga
serangkai

Waluyo, 2004. Kesehatan Lingkungan (ed.1). Jakarta: Buku Kedokteran

Wikipedia, 2012. Sejarah Terbentuknya Tempe dan Cara Pengolahan Tempe :
Surabaya
Wisnu A. 2014. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo : Remaja
Rosdakarya

Yohanis N, 2009. Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yokyakarta: Graha Ilmu

Yohanes K,2015. Budaya Pengolahan Produk Tempe Generasi Dua Di Sentr
Industri Kerajinan Tempe Kota Malang. Naskah layak terbit:10
Maret 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar