Visitor

Jumat, 31 Maret 2017

LAPORAN PEWARNAAN SPORA ANALIS KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan  sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)
Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan basillah yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu berbuat demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa spesies Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986)

B.     TUJUAN PERCOBAAN

1.      Untuk memahami prosedur pewarnaan spora bakteri.
2.      Untuk memahami prinsip pewarnaan spora bakteri.
3.      Untuk mengetahui bentuk dan letak spora pada bakteri.






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam  bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan (Dwidjoseputro, 1989).

Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetatif (eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila kondisilingkungan tidak optimum lagi untuk  pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012)

Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces misalnya, meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di ujung hifa, suatu filamen vegetatif. Proses ini serupa dengan  proses pembentukan spora pada beberapa cendawan(Irianto, 2006)
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel danmerupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkatme tabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006)

Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini  berbeda dari peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar, 1986)

Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis  pada bakteri, karena memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaan buruk. Langkah-langkah utama di dalam proses pembentukan spora sebagai  berikut :

1.      Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membran sel di dekatsatu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut  bakal spora.
2.      Pembentukan sederet lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.
3.      Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis (Pelczar, 1986)

Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya. Semua endospora bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitu suatu substansi yang tidak terdeteksi pada sel vegetatif. Sesungguhnya, asam tersebut merupakan 5-10 % berat kering endospora. Sejumlah besar kalsium  juga terdapat dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan korteks terbuat dari kompleks Ca2+ asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986)

Letak spora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi semua spesies contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk ditengah – tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi lateral yaitu di bentuk di tepi sel (Pelczar, 1986)

Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resisten terhadap kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti desinfektan. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras (Hadioetomo, 1985).

Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Pewarnaan tersebut adalah dengan  penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri (Volk & Wheeler, 1988)

Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan  perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi (Dwidjoseputro, 1989)

Jika medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora (Dwidjoseputro, 1989)

Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup  bertahun - tahun bahkan berabad - abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70°C, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan  berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988)





BAB II

METODE PERCOBAAN



A.    WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN

Praktikum dilaksanakan hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2016 pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat diLaboraturium Mikrobiologi Jurusan Analis Kesehatan STIKes MEGA REZKY MAKASSAR.

B.     ALAT DAN BAHAN
                               I.            Alat
§  Mikroskop
§  Ose
§  Kaca Objek
§  Bak Pewarna

                            II.            Bahan
§  Biakan Bakteri Bacillus sp
§  Malachite green
§  Safranin
§  Aquadest

C.    PROSEDUR KERJA

1.      Dibuat preparat ulas dari biakan yang disediakan
2.      Ditetesi ulasan dengan malachite green, lalu difiksasi
3.      Setelah dingin, dibilas object glass dengan aquadest
4.      Diteteskan safranin dan diamkan ±45 detik
5.      Dicuci dengan aquadest, dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN



A.    HASIL PENGAMATAN
 












Bahan              : Biakan Bakteri Bacillus sp
Morfologi        : Basil (berbentuk batang)
Perbesaran       : 100 x
Warna Spora   : -
Letak spora     : -

B.     PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa  pewarnaan spora. Spora pada bakteri berbeda dengan spora pada jamur, pada  bakteri sporanya tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi tetapi sebagai perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut. Endospora bakteri tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (desinfektan , antibiotik), dan radiasi sinar UV. Biasanya bakteri yang membentuk endospora merupakan fase tidur dari bakteri. Endospora ini mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan bagi bakteri. Tetapi setelah keadaan lingkungan menguntungkan bagi bakteri maka bungkus spora akan pecah dan tumbuh bakteri.

Pertama pembuatan ulasan bakteri, untuk membuat ulasan bakteri disiapkan object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Selanjutnya digunakan ose untuk mengambil biakan yang akan dioleskan pada object glass, Sebelum bakteri diambil menggunakan ose, terlebih dahulu ose disterilkan dengan cara memanaskan kawat ose dengan nyala api. Tujuannya adalah agar tidak ada bakteri kontaminan yang berasal dari alat-alat yang digunakan. Metode sterilisasi ini merupakan bagian dari teknik aseptis, yaitu proses tanpa kontaminasi untuk menjamin preparasi bebas dari mikroba kontaminan. Teknik ini diterapkan untuk seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan preparasi. Setelah ose disterilkan, ose dibiarkan mendingin dengan bantuan udara. Tujuan pendinginan ini adalah agar bakteri yang nanti diambil dengan ose tidak mati karena suhu kawat yang terlalu panas.

Setelah ose dan kaca obyek siap digunakan, dibuat olesan bakteri dengan mengoleskannya pada kaca obyek yang sebelumnya telah ditandai. Proses pembuatan olesan selalu dilakukan di dekat api. Hal ini bertujuan untuk  mencegah adanya bakteri kontaminan selama proses tersebut. Olesan dibuat tidak terlalu tebal agar bakteri tidak menumpuk dan agar lebih mudah mengeringkannya. Setelah itu, kaca obyek difiksasi dengan cara melewatkannya di atas nyala api sekitar tiga kali. Kaca obyek hanya dilewatkan agar bakteri pada olesan yang telah dibuat tidak mati karena suhu yang terlalu panas.

Selanjutnya diteteskan malachite green lalu difiksasi kembali. Tujuan dari fiksasi ini adalah pelekatan bakteri supaya pada saat pembilasan, bakteri tersebut tidak ikut hilang terbawa air. Selain itu fiksasi juga berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan pada kaca preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya.

Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori-pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.

Setiap akhir pemberian reagent atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek dengan menggunakan air. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagent, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissue agar aquadest tidak tercampur dengan reagent atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop.

Pada praktikum kali ini, kelompok kami tidak menemukan spora pada bakteri. Adapun faktor yang mempengaruhi pewarnaan spora yaitu fiksasi, smear terlalu tebal, waktu pengecatan tidak tepat, konsentrasi reaagen, umur bakteri dan nutrisi.




BAB V

PENUTUP


A.    KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop,  maka dap disimpulkan bahwa hasil bakteri ialah tidak terdapat spora diakabitkan oleh beberapa faktor.

B.     SARAN
Setelah melakukan praktikum. Diharapkan kepada praktikan agar melakukan praktikum dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati dalam melakukan percobaan serta menggunakan alat pelindung diri (APD).







DAFTAR PUSTAKA


Hadioetomo, R.S. 1985.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.Jakarta :PT. Gramedia
Dwidjoseputro, D.1989.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Pelczar, M.J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: UI Press.
Hastuti, S.U. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi . Malang : UMM Press.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung : Yrama Widya
Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga






Tidak ada komentar:

Posting Komentar