Visitor

Sabtu, 01 April 2017

KTI KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “K” INPARTU KALA II DENGAN PRESENTASE BOKONG DI UPD RSUD ENDE TANGGAL 23 NOVEMBER 2015

                 BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan kejadian yang fisiologis yang normal yang terjadi dalam kehidupan, tapi biasa juga terjadi komplikasi yang diantaranya adalah letak sungsang. Letak bokong adalah letak membujur dengan kepala janin berada dibagian fundus uteri sedangkan bokongnya dipintu atas panggul. Dalam persalinan normal, bila kepala janin dapat dilahirkan, maka bagian badan lainnya termasuk bokong tidak akan mengalami kesulitan apapun. Sebaliknya pada kedudukan bokong persalinan bokong dapat terjadi pada waktu pembukaan belum dekat tapi dapat terjadi kesulitan pada persalinan berupa bahu janin dengan sberbagai kedudukan lengan atau kepala janin denagan volume yang lebih besar.(Prawirohardjo,2012;588)
Frekwensi presentasi sungsang cukup tinggi pada persalinan preterm yaitu pada usia 28 minggu dengan insiden sekitar 15 % . Namun versi spontan dapat mengurangi presentasi ini sampai sekitar 3-4 % saat cukupbulan(Chapman, 2013;213).

Menurut World Health Organisation (WHO). Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 13.778 orang setiap tahun, itu berarti setiap 2 jam ada dua ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal dunia, kejadian kematian ibu sabagian besar terdapat di Negara berkembang. Di tingkat ASEAN, Indonesia merupakan Negara dengan angka kematian ibu tertinggi. (WHO,2015)
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas provinsi Nusa Tenggara Timur Angka Kematian Ibu, pada tahun 2014 AKI mencapai 359/100.000 kelahiran disebabkan oleh perdarahan 110 orang (39,4%), eklampsia  orang 46 (16,5%), infeksi 4 orang (1,4%), abortus 69 orang (24,7%), partus lama 12 orang (4,3%) dan lain-lain 118 orang (42,3%). Sedangkan data tahun 2015 mengalami penurunan tipis AKI hanya 72/100.000 kelahiran hidup. Yang disebabkan oleh perdarahan 13 orang (9,36%), eklampsia 17 orang (12,24%), infeksi 2 orang (1,44%), abortus 9 orang (6,48%) dan lain-lain 31 orang (22,32%). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa  Tenggara  Timur  di akses Tahun  2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik UPTD Ende rmenyatakan bahwa jumlah persalinan periode Januari sampai Desember 2014 terdapat 1764 orang,adapun persalinan dengan Letak Bokong sebanyak 110 orang(6,2%) ,dan pada akhir tahun 2015 jumlah perslinan sebanyak 1736,dengan persalinan Letak Bokong sebanyak 87 orang(5%) .(Data rekam medik RSUD Ende,Tahun 2015).Letak bokong mengakibatkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal lebih tinggi dari pada presentase kepala.Faktor yang dapat meningkatkan insiden letak bokong meliputi prematuritas,sebelum usia gestasi 34 minggu.
Untuk meminimalkan risiko kematian pada Ibu dan janin perlu kesadaran kepada Ibu-Ibu hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya dan juga pengambilan keputusan agar bisa diatasi oleh tenaga yang terampil dalam penangannya sehingga penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Presentasi Letak Bokong di UPTD RSUD Ende.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah adalah Bagaimanakah penerapan Manajemen Kebidanan Intranatal Care pada   Ny"K " dengan Presentasi Letak Bokong di RSUD Ende.
C. Tujuan Penelitian
     1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan Manajemen Kebidanan Intranatal Care Pada Ny" K  "dengan Letak Bokong di RSUD Ende .
 2. Tujuan Khusus
a.    Dapat melakukan pengkajian data pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende .
b.     Dapat menganalisa dan menginterpresikan data untuk menegakkan diagnosa / masalah aktual pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
c.    Dapat menganalisa dan menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa / masalah potensial pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
d.   Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
e.    Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan letak bokong diRSUD  Ende.
f.     Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
g.    Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
h.    Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
D. Manfaat Penelitian
      1. Manfaat akademik
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi Diploma Tiga Kebidanan StiKes Mega Rezky Makassar.
2. Manfaat ilmiah
    Diharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumber informasi kedepannya ,serta bahan acuan bagi penulis selanjutnya.    .
3. Manfaat insitusi.
     Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi rekan-rekan Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan StiKes Mega Rezky Makassar dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan.
      4. Manfaat bagi penulis
        Sebagai bahan tambahan pengalama berharga bagi penulis untuk menambah pengalaman dan memperluas wawasan dalam Asuhan Kebidanan.

E. Metode Penelitian
       Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini   adalah:
1.      Studi kepustakaan
Penulis mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan kasus yang dibahas yaitu persalinan dengan presentasi letak bokong dari beberapa buku dan internet
2.      Studi kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah melalui Asuhana Kebidanan meliputi: Pengkajian, merumuskan diagnose / masalah aktual maupun masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan dan melaksanakan tindakan, mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan presentasi letak bokong untuk mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan teknik yaitu :
a.       Anamneses
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistimatis, mulai dari Head To Toes, palpasi dan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai dengan kebutuhan.

c.       Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta  pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkunganya.
3.   Studi dokumentasi
Mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, dan petugas laboratorium serta data penunjang lainya.
4.  Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan dokter atau bidan yang menanganinya secara langsung   serta berdiskusi dengan pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
F.   SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ilmiah ini maka penulis menyusun dengan sistematika adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.        Rumusan Masalah
C.       Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
2.      Tujuan Khusus
D.      Manfaat Penelitian
E.        Metode Penelitian
F.        Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan Umum Tentang Intranatal Care
1.    Pengertian Intranatal Care
2.    Tanda-tanda Persalinan
3.    Tahap-tahap Persalinan
4.    Teori Terjadinya Persalinan
B.  Tinjauan Umum Tentang Letak Bokong
1.    Pengertian Letak Bokong
2.    Insiden
3.    Patofisiologi
4.    Diagnosa
5.    Etiologi
6.    Klasifikasi
7.    Komplikasi
8.    Penanganan Pada Saat Hamil
9.    Penanganan Saat Inpartu
10.Mekanisme Persalinan Letak Bokong
C.  Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2.    Tahapan Manajemen Asuhan Kebidanan
D.    Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB III STUDI KASUS
A.    Langkah I Identifikasi Data Dasar
B.     Langkah II Identifikasi Diagnosa Masalah Aktual
C.     Langkah III Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
D.    Langkah IV Kolaborasi / Emergency
E.     Langkah V Intervensi
F.      Langkah VI Implementasi
G.    Langkah VII Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Identifikasi Analisa Data Dasar
B.     Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
C.     Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
D.    Tindakan Segera / Kolaborasi
E.     Rencana Tindakan
F.      Implementasi
G.    Evaluasi
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Intranatal Care
1.    Pengertian Intranatal Care
            Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu ( Nugroho, 2011)
Intranatal/Persalinan adalah proses membuka dan minipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa komplokasi baik ibu maupun janin. (Nugroho, 2012; 185)
Persalinan fase aktif (atau persalinan aktif) biasanya mengacu pada pembukaan serviks lebih dari 3 cm disertai kontraksi yang mengalami kemajuan, yakni kontraksi yang menjadi semakin lama, kuat dan sering. Perlu diketahui bahwa pada multipara terkadang pembukaan mencapai 3,4 atau bahkan 5 cm tanpa kontraksi yang mengalami kemajuan. (Rahmawati, 2012 ;41).
Partus biasa (Normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar, 2013; 69)
2.  Tanda-tanda intranatal / persalinan (Sukarni K, 2013; 209-213)
Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu (saat uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Tanda dan gejala menjelang persalinan adalah:
1. Perasaan distensi berkurang (Ligthtening)
Lightening yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan, adalah penurunan bagian presentasi kedalam pelvis minor. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini, bidan tidak dapat melakukan pemeriksaan ballotemen terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan diatas simfisis pubis pada palpasi abdomen. Pada leopold 4, jari-jari yang sebelumnya merapat, sekarang akan memisah lebar.
2. Perubahan Serviks
Perubahan serviks diduga terjadi akibat pengikatan intensitas braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks, bidan dapat meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses persalinan begitu muncul kontraksi persalinan bahwa waktunya sudah dekat.


3. Persalinan palsu
Persalian palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
4. Ketuban pecah
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini(KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam.
5. Bloody show
Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut, wanita seringkali berpikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Kadang-kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk masa. Plak yang keluar saat persalinan berlangsung dan terlihat pada vagina, sering kali disangka tali pusat yang lepas. Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 sampai 48 jam.
6. Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita ini merasa energik melakukan sebelum kedatangan bayi, selama beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, akibatnya mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan letih.
3.    Tahap-tahap persalinan (Mochtar, 2013 ;71-73)
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu (partus dimulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Darah berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler  disekitar kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala penbukaan di bagi atas 2 fase:
1.    Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm ,lamanya  7-8 jam..
2.    Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a.   Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4   cm.
b.    Periode dilatasi maksimal (steadiy): selama 2 jam,pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c.   Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2.    Kala II (Kala pengeluaran)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang tepimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½-1 jam.
3.  Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4.    Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
4.    Teori terjadinya persalinan (Mochtar, 2013 ;70)
1.  Teori penurunan hormone
 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
2.    Teori plasenta menjadi tua
 Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.  Toeri distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
4.   Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglio servikale (Fleksus Frakenhauser). Apabila ganglio tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.


5.  Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
a  Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis         servisis dengan tujuan merangsang Fleksus F rankenhauser.
b. Amniatomi : pemecahan ketuban   
c. Tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan per infus   
B. Tinjauan Khusus tentang Persalinan Letak Bokong
1.      Pengertian Letak Bokong
a.    Letak Bokong adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri (Prwairohadjo, 2012 ;588)
b.    Letak bokong adalah suatu keadaan dimana janin dalampo posisi membujur / memanjang kepala berada pada fundus sedangkan bagian terendah adalah bokong (Sumarah,2010;122)
c.     Letak Bokong adalah posisi dimana bayi didalam rahim letaknya longitudinal dan bokong bayi berada di segmen bawah uterus (Williams,2010;157)  
2.        Insiden
Letak bokong dalam persalinan memiliki frekwensi cukup tinggi pada persalinan preterm yaitu pada usia 28 minggu dengan insiden sekitar 25 %. Namun versi spontan dapat mengurangi persentasi ini sampai sekitar 3-4 % saat cukup bulan (Chapman , 2013 ;213 )

3.      Patofisiologi
Janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak bokong atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada diruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekwensi letak bokong lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi bokong.
4.       Diagnosis (Rukiyah,2013;240)
a.          Kepala janin teraba diatas ambilikus
b.         Bunyi jantung janin terdengar paling keras diatas ambilikus atau apabila terdengar diatas suprapubis, bunyi jantung lebih keras ketika dilanjutkan keatas fundus uterus
c.          Pergerakan janin terasa kuat jauh dari fundus atau diperut bagian bawah
d.         Ibu sering merasakan benda keras (kepala) mendesak tulang iga
e.          Diatas simpisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak
f.          Diagnosis diperkuat oleh pemeriksaan ultrasonografi
g.         Pemeriksaan Dalam
Teraba sacrum, anus, tuber isciadikum kadang-kadang kaki atau lutut. Perlu diperhatikan perbedaan dengan presentasi muka, Yaitu:
a.    Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak ada hisapan, terdapat mekonium kesimpulannya hal tersebut adalah anus.
b.    Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah, proses zigomatikum maka kesimpulanya hal tersebut adalah mulut.
c.    Apabila menemukan tumit, sudut 90˚ dengan jari-jari rata, maka kesimpulanya hal tersebut adalah kaki.
d.   Apabila menemukan jari-jari panjang tidak rata dan tidak terdapat sudut maka kesimpulanya hal tersebut adalah tangan.
e.    Apabila teraba patella dan poplitea maka kesimpulanya adalah lutut.
5.     Etiologi (Harry Oxorn,2010;195)
a.    Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative basar
b.    Hidramnion karena anak mudah bergerak
c.    Plasenta previa karena menghalangi turunya kepala janin kedalam pintu atas panggul
d.   Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornos dan mioma uterus
e.    Panggul sempit
f.     Pasien dengan multiparitas
g.    Kehamilan ganda / gamelly
h.    Kelainan bentuk kepala, yaitu hidrosefalus dan anensefalus karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
6.    Klasifikasi Presentasi Letak Bokong (Wiliam,2010;196)
a.  Presentasi Bokong                                                    
Disebut juga Frank Breech dimana bokong saja yang menjadi
bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas
b.  Presentasi Bokong Kaki Sempurna                           
   Presentasi dengan fleksi pada pinggul dan lutut dengan kaki
  disamping  bokong.
 c. Presentasi Bokong Kaki Tak Sempurna
Salah satu atau kedua kaki merupakan bagian presentasi dengan ekstensi pada pinggul (kedua pinggul) dan lutut (kedua lutut).
7.    Komplikasi Presentase Bokong(Chapman,2013;219)
a.    Komplikasi presentasi bokong pada ibu:
1).Pelepasan plasenta
2).Perlukaan vagina / serviks
3).Indometritis
b.   Komplikasi pada janin
1).Hipoksia
                     Hipoksia teridentifikasi sebagai penyebab tersering kematian bayi bokong. CESDI (2000) mengatakan bahwa tidak diketahuinya dan tindakan terlalu cepat merupakan foktor utama.
2).Prolaps tali pusat
Insiden : 3,7 % pada bayi bokong
Prolaps tali pusat adalah sebagai berikut:
a)  Lebih sering pada primigravida daripada multigravida (6% dan 3%)
b) Lebih umum pada persalinan premature dan presentasi inkomplet (tipe kaki menumbung presentasi bokong)
3).Hiperekstensi kepala bayi (star gazin)
Insiden : 5 %
Hiperekstensi kepala bayi dapat terjadi akibat faktor berikut :
a).Tali pusat menjerat leher bayi
b).Lokasi plasenta
c).Spasme otot bayi
d).Abnormalitas uterus atau bayi
4).Trauma kepala dan leher
5).Penarikan yang kuat oleh pemberi asuhan dapat menyebabkan cedera otak dan medulla spinalis iatrogenic, tangan/kepala mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap dan disprporsi savalopelvik.
6).Pelepasan plasenta premature
Mungkin berhubungan dengan posisi maternal pada stadium kedua persalinan.
7).Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, dan   kepala macet.
8.    Penanganan letak bokong pada saat hamil
a.  Lakukan versi luar, jika :
(1) Kehamilan berumur ± 37 minggu, dan kemungkinan besar lahir/dapat dilahirkan pervaginam, ketuban utuh dan air ketuban.
(2) Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi (contohnya  : pertumbuhan janin terlambat, perdarahan bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi).
(3)    Jika versi luar berhasil, lanjutkan dengan persalinan normal.
b.    Jika versi luar gagal, lanjutkan  dengan persalinan bokong.
c.    Pertolongan spontan (bracht) pada primi gravida sebaiknya di Rumah Sakit  dan harus dievaluasi hati-hati karena kelahiran bokong belum tentu kepala bisa lahir yang dapat membawa kematian janin. Kepala janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat.
d.   Pada umur kehamilan 7-8 bulan dapat dicoba melakukan nungging 3-4 kali per hari selama 15 menit.
9.      Penanganan persalinan letak bokong saat inpartu
Persiapan atau perencanaankelahiran  
a)        Bayi dalam posisi yang baik dan tidak terlalu besar
b)        Bidan yang terampil dan kompeten dapat mendukung ibu dalam  kelahiran  sungsang
c)        Komunikasi yang baik antara ibu dan bidan
d)       Beri informasi kepada ibu agar ibu merasa percaya
 diri menghadapi proses persalinan peran bidan
e)      Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya
      melahirkan bayi.
f)       Meyakinkan bahwa ibu mempunyai dukungan yang
kuat untuk diri sendiri.
 g). Bidan harus seirama dan mampu mengenali ,mengkaji dan merespon bila terjadi kesalahan.
10. Mekanisme persalinan letak bokong
Kala I persalinan
1.    Asuhan dan observasi sama dengan kelahiran sefalik
a. Tidak ada pemeriksaan vagina rutin
b. Makanan dan minuman sesuai dengan keiginan ibu
c. Mendorong ibu untuk berkemih secara teratur
2.    Bila terjadi fase laten yang lama pada kala pertama persalinan akibat tidak adanya aplikasi bagian presentasi ke serviks tetapi kemajuan berkembang cepat begitu fase aktif tercapai.
3.    Ibu kemungkinan merasa kehabisan nafas, selama dan setelah kontraksi akibat tekanan kepala bayi terhadap diafragma ibu.
4.    Pada multigravida mungkin mengalami sedikit atau tanpa ketidak nyamanan pada persalinan dini (sebelum 4 cm).
5.    Jangan melakukan pemecahan ketuban artufisial. Bila ketuban rupture spontan, lakukan pemeriksaan vagina untuk menyingkirkan prolaps tali pusat, presentase kaki atau lutut dan memeriksa jantung bayi.
6.    Keinginan mengejang premature jarang pada bayi sungsang. Ukuran pada bayi bokong ekstensi atau fleksi dengan ukuran kepala.
Kala II persalinan
1. Pada multigravida mungkin mengalami sensasi .
a.    Mekonium keluar akibat tekanan pada bokong bayi. Adanya mekonium bukan berarti  menunjukkan bahwa bahwa bayi mengalami atau pernah stress. Adanya mekonium menjadi berarti bila DJJ menjadi abnormal.
b.    Ketika bokong mencapai perineum mungkin perlu dilakukan episiotomi, bila kencang atau kaku dan tidak melar meakipun sudah dengan kontraksi yang baik dan usaha meternal atau mempercepat kelahiran pada gangguan janin.
c.    Bila ketuban utuh maka harus dipecahkan saat bokong mencapai liquor di sekeliling kepala bayi
d.   Goyangan dan gerakan naik turun selama desensus bokong bayi tampak jelas
         Kelahiran (Rukiyah, 2013 ;249)
1.    Tanpa sentuhan, kecuali benar-benar dibutuhkan atau ada komplikasi.
2.    Tungkai yang ekstensi tampak tidak berujung tetapi biasanya muncul begitu saja kemudian diikuti lengan.
3.    Ketika melahirkan ambilikus, tali pusat bisa mengalami kompresi antara kepala dengan pelvis ibu (keduanya tulang), bisa juga DJJ semakin lambat.
4.    Bila tegang, lengkung tali pusat dapat dikeluarkan, tetapi peganglah dengan lembut untuk menghindari stimulasi konstriksi sehingga menurunkan oksigen ke bayi.
5.    Biarkan bayi mengeluarkan tubuhnya. Hal ini akan membawa dagu ke perineum, diikuti kelahiran kepela.
6.    Bidan meletakkan tangan di bawah bokong, bayi duduk di tangannya  atau tangan menyokong bayi pada pinggulnya
Persalinan presentasi bokong pervaginam (Sumarah,2010;127-138)
Ada tiga cara persalinan sungsang lewat vagina:
1.        Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi secara spontan dengan tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis persalinan ini disebut persalinan dengan cara bracht.
2.        Ekstraksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai ambilikus, tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan tenaga penolong, misalnya dengan cara klasik, muller, mouritceaau.
3.        Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan/ dokter kebidanan. Misalnya bayi dilahirkan dengan ekstraksi kaki atau ekstraksi bokong.
Pada persalinan presentasi bokong terdapat 3 fase yaitu
1.    Fase lambat
Dilakukan sebelum bokong  lahir  dengan  tetap  melakukan  pemantauan.
Jangan melakukan kristeler / dorongan pada fundus karena mengakibatkan tangan janin menjungkit keatas.
2.    Fase bertindak cepat
Setelah bayi lahir sampe pusat, janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit, karena tali pusat terhimpit antara badan dengan panggul. Bila tidak terjadi secara spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksiparsial, seperti dengan cara klasik, muller, lovset, mouritceau.
3.    Fase lambat
Saat pada mulut lahir, seluruh kepala kemudian dilahirkan dengan pelan-pelan untuk menghindari resiko pendarahan intracranial akibat akibat perbedaan tekanan di dalam uterus dan di dunia luar lebih rendah
Posisi ibu untuk persalinan dan kelahiran (Harry Oxorn;198)
1.    Jongkok
a.    Dianjurkan oleh ondent (1984) sebagai secara mekanis efisien mengurangi kemungkinan menarik bayi keluar dan mengurangi kelambatan antara kelahiran bayi, umbilicus dan kepala bayi.
b.    Memaksimalkan kapasitas pelvis tetapi jongkok didukung dan menggantung perlu di praktikkan dalam kehamilan.
2.    Berdiri
a.    Dipercaya oleh beberapa orang sebagai posisi yang lebih fisiologis
b.    Tubuh bayi menggantung lurus kebawah, ini akan mendorong terjadinya defleksi kepala, memberikan tekanan ekstra pada dasar leher dan meningkatkan resiko kerusakan medulla spinalis.
c.    Meningkatkan robekan perineal
3.    Tangan dan lutut
a.         Gravitasi membentuk desensus bayi
b.        Membantu kerja dan perilaku uterus
c.         Tidak menyebabkan traksi atau takanan pada plasenta atau tali pusat
d.        Memfasilitasi kelahiran kepala bayi
e.         Memunginkan bayi bermanuver.
Tehnik untuk membantu persalinan bokong
1.    Bracht
Persalinan persentasi sungsang yang terjadi secara spontan tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong sudah lahir. Adapun caranya adalah :
a.    Setiap ada his ibu diminta untuk menerang
b.    Bila bokong sudah lahir, penolong kemudian memegang  bokong janin tanpa melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong diletakkan pada paha janin sedangkan keempat jari pada kedua tangan mengcengkeram bagian sacrum janin. Pada saat perut lahir, penolong mengendorkan tali pusat, karena tali pusat terjepit antara kepala janin dan pangggul maka janin harus lahir maksimal 8 menit.
c.    Setelah angulus skapula inferior lahir kemudian melakukan hiperlordosis yaitu bokong diarahkan keperut ibu sampai seluruh kepala bayi lahir.
d.   Bila terjadi kesulitan untuk melahirkan bahu janin ataupun kepala, maka segera lakukan manual aid dengan ekstraksi parsial.
Untuk pertolongan bayi segera lahir dengan presentasi bokong perlu disiapkan persiapan resusitasi sebelum persalinan untuk persiapan penanganan asfiksia.


1.    Ekstaksi parsial
a.    Cara kalisik
Cara klasik bertujuan untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Bahu belakang mempunyai daerah yang lebih luas.
Adapun prosedurnya adalah :
1). Setelah bokong bayi lahir, pengang bokong hingga kaki  lahir. Jangan  lupa untuk mengendorkan tali pusat. Pegang bokong janin dengan menggunakanibu jari yang berdampingan dengan tulang sakrum.
2). Selanjutnya bayi ditarik kebawah sehingga scapula di bawah simpisis.
3). Bila bahu belakang bayi bahu kiri, maka bayi dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kaki, dengan cara telunjuk diselipkan pada kedua kaki janin, kemudian bayi ditarik kearah kanan atas ibu. Bahu dan lengan belakang kiri bayi dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan kiri menelusuri punggung bay sampai fosa cubiti. Lengan kiri bayi dilahirkan dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukanya.
4). Bila bahu belakang bayi bahu kanan, maka bayi dipegang dengan tangan kiri penolong pada pergelangan kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua kaki janin, kemudian bayi ditarik ke arah kiri atas ibu. Bahu dan lengan belakang kiri bayi dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan kanan menelusuri punggung bayi sampai fosa cubita. Lengan kiri bayi dilahirkan dengan gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukanya
5). Langkah selanjutnya memegang kaki janin dengan tangan penolong pada pergelangan kaki, kemudian bayi ditarik bawah sampng berlawanan arah dengan tarikan pertama, dengan gerakan yang sama seperti melahirkan bahu belakang, lahirkan bahu sebelah depan.
b.      Cara perasat muller
Metode muller ini bertujuan untuk penanganan kelahiran bahu  depan terlebih dahulu. Caranya adalah:
1)   Setelah janin lahir sampai perut, longgarkan tali pusat, pegang bokong janin dengan menggunakan ibu jari sejajar pada os sacrum dan keempat jari di femur bagian depan.
2)   Selanjutnya janin ditarik kebawah sehingga angulus skapula di bawah simpisis
3)    Kemudian melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan cara yang sama dengan klasik, untuk melahirkan bahu depan, bayi ditarik kebawah samping, kemudian dua jari menelusuri punggung bayi sampai fosa cubiti, lengan depan lahir dengan cara seperti gerakan tangan janin mengusap muka serta di tarik ke atas samping untuk melahirkan bahu dan lengan bawah
a.    Cara lovset
1)        Mekanisme kerja metode ini adalah bahwa bahu belakang selalu berada pada letak yang lebih rendah di banding dengan bahu depan, maka bahu akan lahir dengan mudah dibawah simfisis
2)        Setelah bayi dalam posisi anteroposterior, pegang bokong bayi dengan kedua tangan penolong. Tarik kebawah sampai scapula berada dibawah simfisis
3)        Pegang bayi pada dada dan punggung, kemudian bayi diputar 180˚ sampai bahu belakang berubah menjadi bahu depan dan lahir
4)        Dengan arah yang berlainan dengan putaran yang pertama. Bayi diulangi diputar 180˚ sampai kedua bahu lahir
3. Eksrtaksi total
a. Ekstraksi kaki
Adapun caranya adalah :
1)   Tangan kanan penolong secara obstetric dimasukkan kedalam introitus vagina kemudian setelah menemukan bokong janin, menyusuri sampai paha dan akhirnya ke lutut. Lakukan gerakan abduksi dan fleksi pada paha janin. Tangan kiri melakukan tekanan kearah bawah pada fundus. Tangan yang berada dalam vagina memegang pergelangan tungkai janin, dan ditarik keluar dengan perlahan sampai lutut tampak di vulva.
2)   Setelah kedua kaki lahir, maka kedua tangan penolong memegang betis bayi lalu di lakukan tarikan kebawah hingga pangkal paha lahir, kemudian tangan berpindah memegang pangkal paha dan di ulangi di tarik kearah bawah hingga kedua trokhanter atau bakong lahir.
3)   Selanjutnya bayi dilahirkan dengan manual aid seperti ektraksi parsial.
b. Ekstraksi bokong
Dilakukan pada presentasi bokong murni dan bokong berada pada dasar panggul. Jari telunjuk dimasukkan ke dalam introitus vagina menelusuri bokong hingga sampai pada lipat paha kemudian melakukan tarikan ke arah bawah hingga trohanter lahir. Setelah kedua lipat paha kelihatan, maka kedua jari mengait kedua lipat paha dan melakukan tarikan ke bawah sampai bokong lahir. Selanjutnya bayi dilahirkan dengan menual aid seperti ekstraksi parsial.
Kala III persalinan
Harus dipimpin sesuai harapan ibu, penggunaan oksitosin harus ditunda sampai kelahiran kepala bayi komplet.
Rangkuman :
1.    Lepas tangan bokong, kerusakan sering terjadi akibat sering terlalu dipaksa
2.    Tidak ada pemeriksaan vagina rutin
3.    Tidak ada pemecahan ketuban secara artifisial, bila ruptur spontan terjadi, pastikan tidak ada presentasi tali pusat / kaki
4.    Hindari epidural
5.    Biarkan ibu mengambil posisi secara spontan
6.    Tidak ada augmentasi, jika kemajuannya lambat, pertimbangkan seksio sesaria
7.    Periksa DJJ secara teratur
8.    Biarkan ibu mengedan spontan, bila perlu berikan panduan
9.    Pasti ada mekonium
10.    Episiotomi hanya boleh dilakukan bila dirasa perlu oleh bidan
11.    Bayi bokong mungkin lambat untuk bernafas spontan dari sefalik maka bersiap-siaplah dengan menyediakan alat resusitasi
C. Proses Manajemen Kebidanan
1.    Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara sistematis, mulai dari mengumpulkan data, menganalisis data, menegakkan diagnosis kebidanan, menyusun rencana asuhan, melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan. (Mangkuji,dkk, 2012: 2)
1.    Tahapan-tahap Dalam Manajemen Kebidanan(Varney,2012)
Langkah I : Mengidentifikasi Data Dasar
Pada langkah pertama dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya serta meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini disimpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter dalam menajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
Langkah II : Identifikasi Diagnosis / Masalah Aktual
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai pengarahan, masalah sering menyertai diagnosis.


Langkah III : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikas. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Segera dan Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter  untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.langkah keempat mencermingkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi, pembahasan rencana bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan tindakan.
Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Direncanakan Asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang  telah diidentifikasikan atau antisipasi rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut, oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan.
Langkah VI    : implementasi asuhan kebidanan
Pada langkah keenam in rencana asuhan menyeluruh,seperti yang teleh diuraikan pada langkah yang kelima dilaksanakan secara efisien dan aman, implementasi dapat dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasma dengan tim kesehatan lain, jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya misalnya : agar langkah-langkah tersebut benar benar terlaksana.
Langkah VII  : eveluasi asuhan kebidanan
Dilakukan evaluasi efektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap efektif pelaksanaanya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
D . Pendokumentasian asuhan kebidanan
Asuhan yang diberikan harus dicatat secara benar,jelas,singkat dan logis dalam satu metode pendokumentasian,pendokumentasian yang benar adalah yang dapat mengkombinasi kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada seorang klien.yang didlamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan menghadapi klien sesuai dengan langkah langkah dalam proses manajemen kebidanan. Menurut Helen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 (tujuh) langkah agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,maka dokumentasi dalam bentuk SOAP (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2013).
1. Data Subjektif  (S)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis langkah 1 varney,terutama data yang diperoleh melalui anamnesis data subjektif in berhubungan masalah dari sudut pandang pasien.ekspresi pasien mengenai kekahwatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis
2. Data Objektif (O)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan fisik pasien pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lainnya.
3. Assessment  (A)
Menggambarkan pendokementasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :

a.       Diagnosa / masalah
b.      Antisipasi diagnose / masalah potensial
c.       Perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter,konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah II, III, IV varney.
4. Planning
Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahankan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin kesejahteraanya. 
Standar Nonmenklatur Diagnosa Kebidanan
1.    Diakui dan disahkan oleh profesi
2.    Berhungan langsung dengan  praktek kebidanan
3.    Memiliki cirri khaskebidanan
4.    Didukung oleh klinikjulgemen dalam praktik kebidanan.
Tabel II. Daftar nomenklatur diagnose kebidanan
1.    
Persalinan Normal
35.
Invertio Uteri
2.                    
Partus Normal
36. 
Bayi Besar
3.    
Syok
37.
Malaria Berat Dengan Komplikasi
4.       
DJJ tidak normal
38.
Malaria Ringan Dengan Komplikasi
5.       
Abortus
39.
Mekonium
6.       
Solusio Placentae
40.
Meningitis
7.       
Akut Pyelonephritis
41.
Metritis
8.       
Amnionitis
42.
Migrain
9.       
Anemia Berat
43.
Kehamilan Mola
10.   
Apendiksitis
44.
Kehamilan Ganda
11.   
Atonia Uteri
45.
Partus Macet
12.   
Infeksi Mammae
46.
Posisi Occiput Posterior
13.   
Pembengkakan Mamae
47.
Posisi Occiput Melintang
14.   
Presentasi Bokong
48.
Kista Ovarium
15.   
Asma Bronchiale
49.
Abses Pelvix
16.   
Presentasi Dagu
50.
Peritonitis
17.   
Hipertensi Kronik
51.
Placenta Previa
18.   
Koagilopati
52.
Pneumonia
19.   
Presentasi Ganda
53.
Pre-Eklampsia Ringan/Berat
20.   
Cystitis
54.
Hipertensi Karena Kehamilan
21.   
Cystitis
55.
Ketuban Pecah Dini
22.   
Eklampsia
56.
Partus Prematurus
23.   
Kelainan Ektopik
57.
Prolapsus Tali Pusat
24.   
Ensephalitis
58.
Partus Fase Laten Lama
25.   
Epilepsi
59.
Partus Kala II Lama
26.   
Hidramnion
60.
Sisa Plasenta
27.   
Presentasi Muka
61.
Retensio Plasenta
28.   
Persalinan Semu
62.
Ruptura Uteri
29.   
Kematian Janin
63.
Bekas Luka Uteri
30.   
Hemorargik Antepartum
64.
Presentase Bahu
31.   
Hemorargik Postpartum
65.
Distosia Bahu
32.   
Gagal Jantung
66.
Robekan Serviks dan Vagina
33.   
Invertio Uteri
67.
Tetanus
34.   
Infeksi Luka
68.
Letak Lintang



BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “ K “ INPARTU KALA II 
DENGAN PRESENTASE BOKONG DI RSUD ENDE
TANGGAL 23 NOVEMBER 2015

NO. Rekam Medik                             :03 xxx
Tanggal Masuk RS                              : 23-11-2015, Pukul 10.15 Wita
Tanggal Partus                                    : 23-11-2015, Pukul 10.53 Wita
Tanggal Pengkajian                             : 23-11-2015, Pukul 10.20 Wita
LANGKAH I IDENTITAS DATA DASAR
A. Identitas istri / suami
Nama istri / suami               : Ny “ K “     /  Tn “ A “
Umur                                  : 19  tahun    / 20 tahun
Nikah /Lamanya                 : 1 kali         / ± 1 Tahun
Suku                                   :Ende         / Ende
Agama                                :Katolik    /  katolik
Pendidikan                         : SMA     /  SMA
Pekerjaan                            : IRT        /  Petani
Alamat                                : Moni
 B.DATA BIOLOGIS / FISIOLOGI
1.      Keluhan utama sakit perut tembus belakang
a.       Riwayat keluhan utama
b.      Ibu masuk RSUD Ende dengan keluhan sakit perut tembus belakanng pada taanggal 22 November 2015.    
c.       Sifat keluhan hilang timbul
d.      Usaha klien untuk mengatasi nyeri adalah mengurut –urut belakangnya
e.       Tidak ada keluhan yang menyertainya    
C.  RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
1.      GI P0  A0
2.      HPHT 27-02-2015
3.      HTP 20-11-2015
4.      Pemeriksaan antenatal dilakukan hanya 1 kali yaitu hanya pada  trimester ke III
5.      Suntikan TT sebanyak 1 kali yaitu pada trimester ke III
6.      Ibu mendapat terapi : tablet Fe 10 tablet dengan dosis 1x1 tablet / hari, Vitamin 10 tablet
D. RIWAYAT KESEHATAN YANG SEKARANG DAN  LALU
1.      Ibu tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, malaria dan diabetes
2.      Ibu tidak pernah menderita penyakit kelamin (HIV / AIDS, GO dan Sifilis)
3.      Tidak pernah dioperasi dan tranfusi darah
4.      Tidak ada penyakit yang menyertai kehamilan
5.      Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan rokok dan alcohol
6.      Tidak ada riwayat keterunan kembar dari pihak suami maupun istri
E . DATA PSIKO ,SOSIAL,EKONOMI DAN SPRITUAL
1.      Keluarga senang dengan kehamilan ibu yang sekarang
2.      Ibu merasa khawatir dengan keadaannya dan janinnya
3.      Hubungan ibu dengan suami dan keluarga harmonis
4.      Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
5.      Ibu mengerjakan pekerjaan RT dibantu oleh suami dan keluarga
6.      Kebutuhan bayi dan biaya persalinan sudah disiapkan
7.      Ibu selalu berdoa semoga persalinannya berjalan lancar
F.R IWAYAT KELUARGA BERENCANA
     Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
G. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
1.      Umur kehamilan ibu cukup bulan
2.      Ibu mengeluh nyeri sakit perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir dan darah, sejak tanggal 22-11-2015, Pukul 23.00 Wita
3.      Sifat nyeri hilang timbul dan mengganggu aktifitas ibu
4.      Ada pengeluaran air ketuban Pukul 10.30 Wita
5.      Gerakan janin kuat terutama disebelah kanan dan gerakan terasa   lebih banyak dibagian bawah
6.      Ibu tidak pernah merasa nyeri perut saat janin bergerak
7.      Ibu merasa sesak dan mengeluh sering kencing
8.      Ibu BAB terakhir tanggal 22-11-2015
9.      Ibu datang didampingi oleh suami dan keluarga
G. Pemeriksaan Fisik
1.    KU dan TTV
a. Penampilan ibu tampak lemah dan kesadaran composmentis
b. TB                                       : 160 cm
c. BB sebelum hamil               : 62 kg
d. BB sekarang                       : 64 kg
e. Lila                                      : 23,5 cm
f. TTV : Tekanan darah           : 120/70 mmHg
 Pernafasan                           : 24 x/menit
   Nadi                                     : 78 x/menit
 Suhu                                     : 36,6˚C
2.    Kepala
    Inspeksi: Kulit kepala bersih,lurus, warna hitam dan rambut tidak mudah rontok
Palpasi : Tidak ada massa serta tidak ada nyeri tekan
3.    Wajah
Inspeksi:  Simetris KI/KA, tidak ada kloasma
Palpasi : Konjungtiva merah muda,sclera tidak ikterus
4.    Mulut
Inpeksi   : Bibir tidak pecah-pecah,keadaan gigi tampak bersih.

5.    Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis
6.    Payudara
Inspeksi :Simestri kiri dan kanan ,putting susu terbentuk ,hiperpigmentasi aerola mammae.
Palpasi   :Tidak ada massa dan nyeri tekan ,ada kolostrum bila payudara dipencet
7.    Abdomen
Inspeksi   : Pembesaran perut sesuai umur kehamilan ,tampak linea gravidarum ,tonus otot tampak tegang dan tidak ada bekas luka operasi.
Palpasi     : Leopold I              : TFU 3 jrbpx (31 cm)
                   Leopold II                        : Punggung Kiri (PUKI)
                   Leopold III          : Bokong Sampurna
                   Leo[old  IV          :Divergen (BDP)
Auskultasi : Denyut jantung janin terdengar jelas ,kuat dan teratur pada kuadran kiri dengan frekuensi 140x/i
 /TBJ : (TFU x LP) : 31 x 90 = 2790 gram
8.    Eksterimitas
Inspeksi           :  Simetri kiri kanan ,tidak ada varises
Palpasi             :  Ada odema pada kaki, refleks patella kiri dan kanan (+)     

9.    Pemeriksaan Dalam (VT)
 Tanggal 23-11-2015, Pukul 10.30 Wita Oleh Bidan Nining Rahmawati
a.    Vulva / vagina                               : Tidak ada kelainan
b.    Portio                                           : Tidak teraba
c.    Ketuban                                        : Pecah jernih jam 10.30 Wita
d.   Pembukaan                                    : 10 cm
e.    Presentasi                                      : Bokong sempurna
f.     Penurunan                                     : Hodge IV
g.    Molase                                          :  Tidak ada
h.    Penumbungan                              : Tidak ada
i.      Kesan panggul                             : Normal
j.      Pelepasan                                     : Lendir,darah dan sisa air ketuban
10.     Pemeriksaan laboratorium tanggal 23-11-2015
a.    Darah : HB : 12,2 gr %
b.    Urine :
Alb : Negatif
Reduksi : Negatif
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
G1 P0 A0, gestasi 40 minggu 1 hari, presentasi bokong sempurna, Hodge IV, tunggal, hidup, puki, inpartu kala II fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.
1.   G1 P0 A0
Data Subjektif   : ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah  keguguran.    
Data Objektif    :
a.Tonus otot tampak tegang
b. Tampak linea nigra
c. Teraba bagian-bagian janin pada saat palpasi
Analisa dan interpretasi data
a.    Pembesaran perut disebabkan oleh hipertropi otot-otot polos uterus, disamping itu serabut–serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.(Sarwono,2012;196 )
b.    Tonus otot perut tampak tegang karena belum perna teregang sebelumnya.Striae livide terjadi karena serabut-serabut elastik dari lapisan kulit kedalam terpisah dan putus karena regangan uterus, sehingga kulit uterus seolah-olah retak-retak dan warnanya berubah agak hipeemik.
c.    Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, dimana fungsi keduanya ini mempengaruhi pertumbuhan, keseimbangan mineral, metabolisme, menyeimbangkan hormon-hormon yang lain dan dimulainya persaliana (Penny,2010;79).
d.   Keadaan ini mengakibatkan hipertropi lobus intermedia hipofise sehingga produksi MSH (Melanosis Stimulating Hormone) meningkat maka terbentuklah linea nigra (Sarwono,2011;204 )
2.   Gestasi 
Data Subjektif     : Ibu mengatakan kehamilan cukup bulan
                                HPHT  : 27-02-2015
Data Objektif      : HTP     : 20-11-2015
                               TFU       :31 CM( 3 Jrbpx)
Analisa dan interpretasi data
Menurut rumus neagele dari HPHT : 27-02-2015 maka didapatkan tafsiran persalinan 20-11-2015, dimana hari pertama haid terakhir dikurang 7 hari, kemudian hasilnya dtambahi 9 bulan.  (Williams 2010;79).
3.   Presentasi bokong sempurna, Hodge IV
Data Subjektif        : ibu merasakan gerakan janinnya terasa lebih banyak   dibagian bawah
Data Objektif         :
a.       Leopold I                    :   3 Jrbpx (30 cm)
b.      Leopold II                   : Punggung Kiri (PUKI)
c.       Leopold III                 : Bokong
d.      Leopold IV                 : Divergent                             
e.       Auskultasi DJJ terdengar sedikit lebih tinggi dari umbilicus,dengan    frekuensi 140 x/i
Analisa dan interpretasi data
a.       Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (letak sungsang) dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri (Sarwono, 2012;588).
b.      Pada PDV(Periksa Dalam Pravagina)hanya dapat diraba bokong ,menandakan bawa janin dengan presentase bokong sampurna. (Sarwono,2012;587).
c.       Pada PDV penurunan bagian terbawah janin (bokong) berada pada H IV yaitu sejajar dengan promontorium-PAP (HI), pinggir bawah simpisis (H II), setinggi spina ischiadica (H III). Terletak setinggi ujung os soccygis (Sarwono, 2012).
d.      Diagnosis letak bokong dapat diketahui juga dari keluhan ibu yakni pergerakan janin lebih banyak dibagian bawah (Sastrawinata, 2011;146).
e.       Auskultasi DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang sedikit lebih tinggi dari umbilikus pada presentasi bokong.
f.       Pada palpasi akan teraba bagian yang keras, bundar dan melenting pada fundus uteri .
4.   Tunggal, hidup
Data Subjektif        :
a.       Ibu mengatakan janinya bergerak kuat terutama disebela kiri.  
b.      Ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar baik dari pihaknya maupun dari suami.
Data Objektif :
a.       Palpasi Leopold hanya teraba dua bagian besar janin pada  tempat yang berbeda yaitu Leopold I teraba kepala pada fundus dan Leopold III teraba bokong
       b.  Pembesaran perut sesuai umur kehamilan
       c.  DJJ hanya terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu   tempat yaitu   pada kuadran kiri atas perut dengan frekwensi 140 x/menit

Analisa dan interpretasi data
a.       Dari hasil pemeriksaan ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar baik dari pihak ibu maupun dari pihak suami didukung oleh pemeriksaan Leopold I dan III teraba 2 bagian besar janin pada sumbu yang berlawanan bagian kepala pada kudran atas dan bagian bokong pada bagian bokong perut serta pembesaran perut sesuai umur kehamilan dan DJJ hanya terdengar pada satu tempat menandakan janin tunggal (Sarwono,2012).
b.      Salah satu tanda pasti kehamilan adalah bergerak pada usia kehamilan 20 minggu pada primipara dan 16 minggu pada multipara dan adanya DJJ merupakan tanda bahwa janin hidup (120-160 x/menit)
5.   Punggung kiri
Data Subjektif         :ibu merasakan bahwa gerakan janinnya dirasakan sebelah kanan perut
Data Objektif         : Palpasi Leopold II teraba punggung disebelah kiri perut
Analisa dan interpretasi data
Pada palpasi Leopold II teraba tahanan keras, lebar seperti papan pada sisi kiri perut ibu dan pada sisi kanan perut ibu teraba bagian kecil janin, hal ini menandakan bahwa punggung janin berada disebelah kiri.
6. Inpartu kala II
Data Subjektif     : Ibu merasa seperti mau BAB dan ingin mengedan
Data Objektif      :His 5x10 menit durasi 45-50 detik, kuat dan teratur. Dilatasi serviks 10 cm,portio melesap,anus terbuka dan vulva membuka dan perineum menonjol.
                       Analisa dan interpretasi data
a.       Inpartu kala II adalah kala pengeluaran jani, his terkoordinir kuat, cepat dan lebih lama. Bokong janin telah turun dan masuk pada ruang panggul secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau BAB dengan tanda-tanda anus terbuka.
b.      Dilatasi serviks 10 cm (lengkap) dan portio melesap menandakan bahwa ibu masuk dalam inpartu kala II
7. Keadaan ibu dan janin
Data Subjektif
a.       Ibu tidak ada penyakit yang menyertai kehamilannya
b.       Ibu tidak pernah penyakit jantung, hipertensi, malaria, DM, dan     penyakit kelamin
c.       Janin bergerak aktif disebelah kanan
Data Objektif
a.         Keadaan composmentis
b.        TTV
TD    : 120/70 mmHG                    
P       : 24 x/menit
N       : 78 x/menit               
S       : 36,6 ˚C
c.         DJJ terdengar jelas pada kuadran perut kanan atas sedikit   lebih       tinggi dari umbilikus dan frekwensi 140 x/menit, kuat dan teratur.
d.         Konjungtiva merah muda dan skelera tidak ikterus
e.          Pada pemeriksaan laboratorium :
Hb  : 12,2 gr %
Alb : negatif (-)
Red : negatif (-)
Analisa dan interpretasi data
a.TTV ibu masih dalam batas normal menandakan bahwa ibu dalam keadaan baik . TTV normal yaitu:
TD       : Sistole : 100-130 mmHg                  P          : 16-24 x/menit
                                 Diastole : 70-90 mmHg                    S          : 36,5˚C-37,5˚C
N         : 70-90 x/menit
b.DJJ dalam batas normal menandakan bahwa janin dalam keadaan baik.DJJ  normal : 120-160 x/menit
c.Skelera tidak ikterus dan konjungtiva merah muda menandakan bahwa ibu dalam keadaan baik
d. Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 12,2 gr %, ALB : negatif (-) dan Red : negatif (-) menandakan ibu dalam keadaan baik. Nilai normal Hb : 12-14 gr %, Alb dan Red : negatif (-)
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH POTENSIAL
1.    Potensial terjadinya partus lama
Data Subjektif                       : Tampak gelisah atau cemas dengan kehamilannya
DataObjektif                                            : Leopold III teraba bokong
Pemeriksaan Dalam (VT)                          : Presentasi bokong sempurna
Analisa dan interpretasi data
a.    Prognosis bagi ibu dengan persalinan letak sungsang adalah partus lama  
b.    Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebihh dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara.
c.    Salah satu etiologi dari partus lama adalah kelainan letak janin misalnya pada janin dengan presentasi bokong.Gejala klinik pada ibu dengan   partus lama adalah gelisah dan cemas
2.    Potensial terjadinya asfiksia
Data Subjektif                  :                                                             
Data Objektif                    : Leopold III teraba bokong
Pemeriksaan Dalam (VT) : presentasi bokong sempurna.
Analisa dan interpretasi data
a.    Prognosis bagi janin dengan kelahiran bokong adalah adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir ,tali pusat terjepit diantara kepala dan panggul ,anak bisa menderita asfiksia.
b.    Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru lahir tidak segera bernafas dengan spontan dan teratur setelah dilahirkan.
c.    Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh kekurangan O2 pada partus lama.
LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter obygn mengenai penanganan pada ibu dengan partus lama dan pada bayi dengan asfiksia.
LANGKAH V RENCANA TINDAKAN
Diagnosa       : G1 P0 A0, gestasi 40 minggu 1 hari, presentasi bokong sempurna, Hodge IV, tunggal, hidup, puki, inpartu kala II, keadaan ibu dan janin baik
a.    Tujuan :
b.    Inpartu kala II berlangsung baik 
c.    keadaan ibu dan janin baik
d.   Ibu mendapat dukungan fisik dan psikis dari keluarga
e.    Ibu dapat beradaptasi dengan keadaannya yang diakibatkan oleh letak janin.
f.     Tidak terjadi partus lama
g.    Tidak terjadi asfiksia
b.    Kriteria :
a.    Kala II berlangsung normal 1 ½-2 jam kemudian, paling lambat Pukul 11.00 Wita
b.    Keadaan ibu dan janin baik
c.    TTV : TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-90 mmHg
P : 16-24 x/menit                     S          : 36,5°c-37,5°c
N : 70-90 x/menit                    P          :20x/i-24x/i
d.   His  : 5x10 menit durasi 50-55 detik
e.    DJJ  : 100-180 x/menit
f.     Ibu dan keluarga mengerti dan menerima perubahan yang terjadi pada ibu.
g.    Ibu tidak gelisah dan cemas
h.    Persalinan berlangsung tidak lebih dari 24 jam (Kala I-IV)
i.      Bayi yang baru dilahirkan segera bernafas dengan spontan danteratur setelah dilahirkan
Rencana tindakan
Tanggal 23 -11-2015 Pukul 10.30 Wita
1.    Menyapa ibu
2.    Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
Rasional : Apabila ibu dan keluarga mengetahui keadaanya maka akan memberikan dukungan psikologi yang dapat mengurangi kecemasaan dan siap mengadapi persalinan.
3.    Anjurkan pada keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu bila tidak ada his
Rasional : Makan dan minum adalah sumber energi dan kalori yang dibutuhkan yang disuplai keejaringan .Ibu dalam proses persalinan membutukan kalori yang banyak dan bila ibu tidak mensuplai makanan dan minuman untuk mngganti kalori yang keluar mak ibu akan kelelahan.    
4.    Anjurkan ibu untuk berbaring dengan cara litotomi
Rasional : Dapat mempermudah penolong dalam memimpin persalinan dengan letak bokong.         
5.    Beri dukungan moril pada ibu
Rasional : Dengan memberi dukungan ibu akan bersemangat sehingga  kegelisaan dan kecemasannya dapat teratasi
6.    Anjurkan ibu untuk meneran bila ada his
Rasional : Dengan adanya dorongan meneran dari ibu saat ada his bisa mempercepat turunnya kepala janin.
7.    Lakukan tekhnik PI sesuai standar
Rasional : mencegah infeksi silang                                           
8.    Siapkan alat partus, laruran clorin 0,5%, air DTT, tempat plasenta, tempat sampah, pakaian ibu dan selimut bayi
Rasional :Dengan menyiapkan peralatan sebelumnya maka akan memperlancar proses pertolongan persalinan dan mencegah terjadinya infeksi silang.
9.    Observasi DJJ,His dan nadi tiap 30 menit
Rasional : Dengan mengobserpasi ,dapat mengetahui  keadaan ibu dan janin dan mempermudah petugas dalam mengantisipasi masalah yang mungkin  terjadi.
10.    Melakukan pemeriksaan dalam dan observasi TTV
Rasional :Pemantauan TTV untuk mengetahui keadaan ibu dan untuk mengetahui kemajan persalinan.
11.    Menginformasikan hasil pemantauan kala I kepada ibu dan keluarga
Rasional :
12.    Membimbing ibu untuk meneran
Rasional :
13.    Dokumentasikan hasil pemantauan kala I dalam partograf
Rasional : Merupakan standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dan memantau ,menilai kemajuan persalinan ,keluhan ibu ,janin serta memudahkan pengambilan keputusan klinis dan rencana tindakan.
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 23-11-2015 jam 10.35 Wita
1.    Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2.    Menganjurkan pada keluarga untuk memberi makan dan minum kepada ibu bila tidak ada his
3.    Menganjurkan ibu berbaring secara litotomi
4.    Memberi dukungan moril pada ibu
5.    Menganjurkan ibu untuk meneran bila ada his
6.    Melakukan teknik PI sesuai standar
7.    Menyiapkan alat partus, larutan klorin 0,5%, air DTT, tempat plasenta, tempat sampah, pakaian ibu dan selimut bayi
8.    Observasi DJJ,His dan nadi tiap 30 menit
His  :5x10 menit dengan durasi 45-55x/i
DJJ :140x/i                         Nadi    : 80 x/i
9.    Melakukan pemeriksaan dalam dan observasi TTV
a.     Vulva / vagina                                : Tidak ada kelainan
b.    Portio                                              : Tidak teraba
c.    Ketuban                                           : Pecah jernih jam 10.30 Wita
d.   Pembukaan                                      : 10 cm
e.    Presentasi                                         : Bokong sempurna
f.     Penurunan                                        : Hodge IV
g.    Molase                                            :  Tidak ada
h.    Penumbungan                                 : Tidak ada
i.      Kesan panggul                                : Normal
j.      Pelepasan                                        : Lendir,darah dan sisa air ketuban
TTV
       TD            :120/70 mmHg
       P               : 24 x/i
       S               : 36,6 °c
10.    Menginformasikan hasil pemantauan kala I kepada ibu dan keluarga
11.    Membimbing ibu meneran
12.    Dokumentasikan hasil pemantauan kala I pada partograf
13.    Melihat tanda dan gejala kala II
14.    Mendekatkan alat partus
15.    Memakai alat pelindung diri
16.    Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
17.    Memasang handuk diatas perut ibu dan duck dibawah bokong ibu.
18.    Membuka penutup bak partus
19.    Memakai sarung tangan
20.    Mempersiapkan diri untuk menolong secara klasik, mauritceau.
21.    Memasang handuk diatas perut ibu dan duck dibawah bokong ibu.
22.    Melindungi perineum agar tidak terjadi rupture.
23.    Saat bokong tampak dibawah vulva ,lakukan episotomi
24.    Melahirkan  bokong secara klasik ,dimana bokong dicekap dengan kedua tangan ,kedua ibu jari berada pada sacrum dan jari-jari lain melingkari Krista II iliaca kemudian digerakkan sampai ujung bawah.
25.    Melahirkan lengan belakang bila punggung berada di sebelah kiri kedua kaki janin dipegang secara perasat garpu dan digerakkan kekanan atas, jari tangan dan jari telunjuk tangan kanang penolong melalui scapula menyusuri humerus janin menuju lengan belakang sampai fossa cubiti dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan kedua jari tersebut dengan gerakan seakan-akan menyapu muka bayi.
26.    Mengeluarkan lengan depan kemudian kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong dan ditarik kearah bawah. Tangan kiri penolong menyusuri punggung janin menuju ke lengan dan sampai fossa cubiti dan lengan depan dikeluarkan.
27.    Setelah lengan lahir, lahirkan kepala secara mauritceau, janin diletakkan di lengan kiri bawah penolong dan jari tengah kanan penolong dimasukkan kedalam mulut janin, sedangkan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada maksila untuk menjaga kepala janin agar tetap fleksi. Tangan kanan memegang kedua bahu janin dengan dua jari diletakkan pada bahu kanan dan bahu kiri. Kemudian janin ditarik kebawah searah sumbu panggul sampai dagu, hidung, muka, dan kepala bayi .
Bayi lahir jam 10.53 Wita,BB: 2700 gram,PB:48cm,JK:P
28.    Membersihkan jalan nafas, menghisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir.(Saction)
29.    Meletakkan bayi di atas perut ibu dan nilai keadaan bayi
30.    Mengeringkan bayi.
31.    Menjepit tali pusat dengan klem 3-5 cm vulva dan klem kedua 1-2 cm dari klem pertama
32.    Melindungi tali pusat dengan tangan kiri menggunakan kasa ,lalau potong tali pusat.
33.    Menyelimuti kembali bayi dengan selimut yang bersih dan kering
34.    Melakukan IMD(Inisiasi Menyusui Dini)
KALA III
35.    Memeriksa perut ibu ,apakah bayi tunggal atau ganda
36.    Memeriksa tinggi fundus uteri
37.    Memberitahu ibu untuk pemberian suntikan oxytosin : Ibu bersedia disuntik.
38.    Memberikan suntikan oxytosin secara IM sebanyak 10 unit
39.    Memindahkan klem pada tali pusat dengan jarak 5-6 cm dari vulva
40.    Meletakkan tangan kiri diatas simpisis
41.    Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali) : Tali pusat bertambah panjang dan tidak masuk saat ditekan pada bagian bawah uterus kearah dorsol cranial.
42.    Meminta ibu untuk meneran sedikit bila plasenta nampak di vulva dan tangan kanan menarik tali pusat kearah bawah.
43.    Memegang dan menjemput plasenta searah jarum jam,Plasenta lahir lengkap jam 11.00 Wita.
44.    Masase fundus uteri secara sirkuler : Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.
45.    Memeriksa kelengkapan plasenta : Kotiledon, selaput amnion, dan selaput chorion lengkap
46.    Memeriksa adanya robekan jalan lahir : Terdapat robekan (ruptur perineum tingkat II).Melakuakan penjahitan tanpa anastesi.
47.    Melakukan observasi kontraksi uterus  : Kontraksi uterus baik dan TFU
setinggi pusat
48.    Membersihkan sarung tangan dari darah dan lendir dengan larutan klorin 0,5% .
49.    Mengikat tali pusat 2-3 cm dari umbilicus dengan simpul mati
50.    Mengikat tali pusat dengan simpul mati untuk ledua kalinya
51.    Melepaskan klem tali pusat dan masukan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%
52.    Menyelimuti kembali bayi
53.    Melakukan IMD
54.    Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, darah dan mengganti pakaian ibu
55.    Mengatur posisi ibu senyaman mungkin : Ibu dalam posisi telentang
56.    Membereskan peralatan kemudian merendam kedalam larutan clorin 0,5% serta mendokumentasikan tempat persalinan dengan larutan clorin 0,5 %.
       Mencuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan mengeringkan dengan handuk.
57.    Menganjurkan ibu unuk memulai pemberian ASI dan makan makanan bergizi.
Mengobservasi TTV, kontraksi uterus,kandung kemih dan jumlah pendarahan.
58.    Mendokumentasikan hasil asuhan dengan melengkapi partograf : Partograf terlampir.
LANGKAHS VII : EVALUASI
Tanggal 23-11-2015 ,Pukul 11.10 Wita
1.      Inpartu kala I , II ,III Dan IV berlangsung baik ditandai dengan pembukaan lengkap pada Pukul 10.20 Wita ketuban pecah jernih Pukul 10.30 Wita, dan penurunan bokong Hodge IV.
Bayi lahir spontan pada pukul 10.53 Wita dengan JK     : P ,BB :2700 Gram, PB          :48 cm dan A/S  : 8/10.
Plasenta lahir lengkap pada pukul 11.00 Wita
2.      Keadaan ibu dan bayi baik di tandai dengan :
a. TTV : TD           : 120/70 mmHg           P          : 24x/menit
                    N             : 78 x/menit                 S         : 36,6˚C
b. BB         :2700 Gram  ,PB         :48cm  ,
3.      Ibu dan keluarga mengerti dan menerima perubahan yang terjadi pada ibu.
4.      Ibu merasa mules di perut bagian bawah dan kelelahan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Puskesmas/RS/RS
No. RM       :03xxx
Nama pasien : ʺ Kʺ
Catatan Perkembangan
Nama        :  ʺSʺ
Tanggal /Jam
Catatan Perkembangan (SOAP)
Nama/Paraf
23-11-2015
15 Menit jam I
11.15-12.00


KALA IV
S  : a. .Ibu merasa lelah dan ingin istirahat
b.Ibu dan keluarga merasa senang dengan kelahiran bayinya.
 : 1. Kontraksi uterus baik,teraba bundar dank eras.
2.      Terdapat jahitan
3.      Pendarahaan ± 50 cc
4.      Kandung kemih kosong
5.      TTV
TD    : 120/70 mmHg
P       : 24 x /menit
N       : 78 x / menit
S        : 36,6 º C
   : Kala IV berlangsung normal
P      : 1. Mengevaluasi TTV,TFU dan kontraksi uterus
2. Mengevaluasi kandung kemih
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
4.  Memberitahu ibu untuk mengganti pembalut bila terasa penuh





23-11-2015
30 Menit jam II
12.30-13.00 wita

S  : a.Ibu merasa lelah
O   : 1. Kontraksi uterus baik,teraba bundar dan k eras.
2. Terdapat jahitan
3. Pendarahaan ± 20 cc
4. Kandung kemih kosong
5. TTV
TD    : 120/80 mmHg
             P       : 24 x /menit
N       : 80 x / menit
S        : 3686 º C
A     : Kala IV berlangsung normal
    : 1. Mengevaluasi TTV,TFU dan kontraksi uterus
2.  Mengevaluasi kandung kemih
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
4. Memberitahu ibu untuk mengganti pembalut bila terasa penuh.
5. Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum
6. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi
14.00 Wita
Pasien pindah ke Ruangan PNC (Nifas III)



 BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Dalam penerapan Asuhan Kebidanan Intranatal Dengan Persentasi Bokong di UPTD RSUD Ende tanggal 23 November 2015.
Pembahasan ini disusun berdasarkan dari Asuhan yang nyata dengan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 7 langkah.
A.      Langkah I. Identifikasi Data Dasar
   Dalam pengkajian dimulai dari pengumpulan data melalui anamnese, meliputi identitas isteri dan suami, riwayat antrenatal care, riwayat persalinan sekarang yang berpedoman pada format pengkajian yang telah tersedia, namun tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data lain yang ditemukan pada ibu, selanjutnya pemariksaan fisik yang dimulai dari kepala sampai kaki meliputi inspeksi,palpasi, perkusi, auskultasi dan vagina touch (VT)
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokong didapatkan dari anamnese dimana gerakan janin lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas teraba benda keras (kepala), pada pemeriksaan Leopold I teraba kepala pada fundus, dan Leopold III teraba bokong, auskultasi denyut jantung janin didapatkan pada daerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila ligament denyut jantung
janin terdengar dibawah umbilicus, dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong.
Pada tinjauan kasus berdasarkan riwayat antenatal care ibu hanya memeriksakan kehamilanya 1 kali selama kehamilan dan pada anamneses didapatkan ibu mengeluh timbul rasa mules dan nyeri perut tembus belakang sejak tanggal 22 Novembee 2015 Pukul 23.00 Wita, terutama didaerah sebelah kiri bawah, ibu merasakan agak sesak pada perut bagian atas karena kepala yang menekan tulang iga, Leopold III presentasi bokong, dan hasil VT didapatkan dilatasi serviks 10 cm, ketuban pecah, presentasi bokong sempurna dan penurunan Hoodge IV.
 Berdasarkan data diatas, penulis menemukan kasenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, dimana dari riwayat kunjungan antenatal yang hanya dilakukuan 1 kali selama kehamilan sehingga penulis menyimpulkan salah satu faktor dari persalinan letak sungsang ini adalah kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilanya
A.      Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung boleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi sungsang didapatkan dari anamnese dimana gerakan janin lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut bagian atas teraba benda keras (kepala), pada pemeriksaan Leopold I teraba kepala pada fundus, dan Leopold III teraba bokong, auskultasi denyut jantung janin didapatkan pada daerah sedikit di atas umbilicus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar dibawah umbilicus, dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong
Pada tinjauan kasus pada anamnese didapatkan ibu hamil pertama, tidakm pernah keguguran, HPHT tanggal 27-02-2015, ibu mengeluh nyeri tembus kebelakang sejak tanggal 23-11-2015 jam 23.00 Wita, ibu merasakan janinya bergerak kuat, perut bagian atas yang menekan tulang iga sehingga ibu merasa agak sesak, ibu tidak bisa tidur karena nyeri yang dirasakan, Leopold III presentasi bokong dan hasil VT didapatkan dilatasi serviks 10 cm, ketuban utuh, presentasi bokong dan penurunan Hoodge IV, sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah aktual GI P0 A0, umur kehamilan 40 minggu 1 hari, PU-KI, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan janin baik, inpartu kala II fase aktif dengan masalah nyeri teratasi karena kontraksi.
Berdasarkan uraian diatas pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny “ K“.
B.       Langkah III. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
     Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah mengidentifikasikan adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi
sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa presentasi sungsang setelah bokong lahir dapat terjadi penekangan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan asfiksia.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny. “ K “ di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu partus lama tidak terjadi, namun bayi asfiksia. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny. “ K “ ditemukan adanya kesenjangan.
C.      Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi
 Pada tinjaun pustaka bahwa beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak. Situasi lainnya bila saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Dan pada tinjauan kasus disini dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan partus lama dan penanganan pada bayi asfiksia.
Dengan demikian adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di lahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan
D.      Langkah V. Rencana Asuhan Kebidanan
Dalam membuat perencanaan penulis malakukan sesuai data yang diperoleh dan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan ibu. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam suatu tindakan.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tindakan yang dilakukan pada presentasi bokong, dapat berlangsung pervaginam dan ditolong oleh tenaga terlatih, mengikuti kemajuan persalianan, menolong persalinan dengan menyiapkan alat resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, melakukan episiotomi, dan melahirkan bokong secara bracht, dan apabila lengan bahu tidak dapat lahir dapat dilahirkan dengan cara manual aid yaitu cara klasik, muller, lovset, serta melahirkan kepala dengan cara mourutceau
Sedangkan tinjaun kasus pada Ny. “ K “, rencana tindakan yang dilakukan adalah asuhan sayang ibu, menyiapkan alat partus, mengobservasi kemajuan persalinan, menyiapkan resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, dan melahirkan bokong dengan cara brach, dan melahirkan bahu dengan cara klasik serta melahirkan kepala dengan cara mouritceau.
Berdasarkan uraian diatas, pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny.“ K“ di Rumah Sakit Umum Daerah Ende..
E.       Langkah VI. Melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada tinjaun pustaka dijelaskan rencana asuhan menyeluruh yang teknik direncanakan dan dilaksanakan secara efisien dan aman. Dengan menyesuaikan kondisi, keadaan dan kebutuhan ibu serta menjelaskan apa yang akan dilakukan sehingga ibu dan keluarganya dapat membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pada tinjauan kasus semua rencana asuhan kebidanan telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ende tanggal 23-11-2015, secara garis besar penanganan yang dilakukan untuk menangani presentasi sungsang menunjukkan adanya kesamaan dengan tinjaun pustaka.
F.       Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
Hasil evaluasi setelah penanganan pada presentasi bokong, adalah persalinan berlangsung normal, dimana kala II tidak lebih dari kriteria yang ditetapkan, ibu dapat melahirkan pervaginam, keadaan ibu baik, bayi lahir tanggal 23 November2015 Pukul 10.53 Wita, presentasi bokong sempurna, jenis kelamin perempuan, BBL 2700 gram, PBL 48 cm, afgar score 7/9 karena bayi tidak langsung menangis atau terjadi asfiksia
Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan tidak tecapai semua sehingga pada hasil evaluasi ini terjadi kesenjangan dimana hasil evaluasi dari asuhan yang diberikan tidak semuanya berhasil berdasarkan tujuan yang diberikan.




BAB V
PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori dan pengelaman langsung di lahan praktek melalaui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada  Ny‟K” dengan Letak Bokong d RSUD Ende tanggal 23 November 2015 ,maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran –saran.
A.      Kesimpulan
1.        Pada identifikasi data dasar yang dilaksanaka Ny.“K“ ditemukan kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus, dimana berdasarkan riwayat kehamilan ibu, yang hanya memeriksakan kehamilanya 1 kali sehingga penulis menyimpulkan salah satu faktor penyebab dari kelahiran sungsang adalah kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilanya.
2.        Diagnosa aktual pada Ny.“ K “adalah GI P0 A0 , masa gestasi 40 minggu 1 hari, punggung kiri, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala II fase aktif.
3.        Masalah potensial yang terjadi pada Ny. “ K “ adalah bayi asfiksia
4.        Pada kasus Ny.“ K“ dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk persiapan penanganan bayi asfiksia.
5.        Pada rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.“ K “ yaitu inpartu kala II berlangsung dengan baik, keadaan ibu dan janin baik, ibu dapat beradaptasi dengan keadaanya, tidak terjadi partus lama dan bayi asfiksia
6.        Pada kasus Ny.“ K “ semua rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik
7.        Hasil evaluasi pada asuhan kebidanan pada Ny.“ K “ adalah persalinan berlangsung normal, ibu dapat melahirkan pervaginam, keadaan ibu baik, bayi lahir tanggal 23 November 2015Pukul 10.53 Wita, presentasi bokong sempurna, jenis kelamin perempuan, BBL 2700 gram, PBL 48 cm, afgar score 7/8 karena bayi tidak langsung menangisatau terjadi asfiksia
8.        Penanganan yang dilakukan pada letak bokong pada Ny. “ K “ adalah cara bracht untuk melahirkan bokong, cara klasik untuk melahirkan bahu dan cara mauritceau untuk melahirkan kepala
B.       Saran
1.         Bagi ibu hamil
a.    Pada ibu yang memiliki kasus yang sama dengan kasus yang ada diatas pada masa kehamilan seharusnya rajin memeriksakan kehamilanya supaya dapat ditangani lebih dini, seperti disuruh nungging pagi dan sore selama 10 menit, sehingga letak bokong dapat berputar ketempat semula, atau bisa dilakukan versi luar. Penyulit-penyulit yang kemunkinan bisa terjadi dalam persalinan dapat segera ditangani
b.    Untuk mencegah kelahiran bokong sebaiknya ibu hamil harus memperhatikan kunjungan antenatal cerenya, sehingga dapat dilakukan penanganan secara dini.
c.    Bagi ibu yang memiliki kasus yang sama sampai pada persalinan agar memilih tempat dengan peralatan yang lengkap, sehingga apabila terjadi partus lama atau bayi asfiksia dapat segera ditangani dengan cepat, sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
2.   Saran Untuk Bidan
a.    Diharapkan seorang bidan agar dapat lebih profisional dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi khususnya dalam kasus letak bokong agar tidak tarjadi komplikasi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b.    Diharapkan seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosa ]suatu masalah yang dihadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien.
c.    Diharapkan seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya diperluhkan adanya kerjasama antar tim dan diperluhkan ketersediaan dana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien .
d.   Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti RSU,RB,Puskesmas rawat Inap dan lain sebagainya dalam rangkauntukmendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari
3.         Saran Untuk Rumah Sakit
Sebaiknya pihak UPTD RSUD Ende menempatkan bidan sebagai para medis tetap yang bertugas di ruangan bersalin,nifas / perawatan ginekologi dan ruang bayi agar setiap klien mendapatkan kualitas pelayanan yang profisional sesuai dengan disip[lin ilmu yang dimiliki petugasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Boyle Moureen. 2008. Kedaruratan Dalam Persalinan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Chapman Vicy, 2013. Asuhan Persalinan Dan Kelahiran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Leveno, K. J,dkk 2010. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Mochtar Rustam. 2011. Sinopsis Obstentri Fisiologi dan Obstentri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I. Jakarta. EGC
Nugroho, Taufan.2012.Patologi Kebidanan.Yogyakarta;Medical book
Prawihardjo Sarwono,2011.Ilmu Kandungan. Edisi ke III Cetakan. Pertama.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta
Rahmawati, Titik. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. PT Prestasi Pustakaraya : Jakarta
Sastrawinata, S. dkk. 2011. Obsetri Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Simkin Penny. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, melahirkan dan bayi. ARCAN. Jakarta
Supari. 2013. Penurunan Angka Kematian ibu dan Bayi. http: // ugm. ac. id. diakses 31 mei 2011
Varney Helen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Widjanarko Bambang. 2010. Persalinan Pada Presentasi Bokong. http://reproduksi umj.blogspot.com/search/laber/distosia. Diakses tanggal 31 mei 2011.











1 komentar: