Visitor

Senin, 03 April 2017

SKRIPSI S1 KEPERAWATAN PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON NYERI LANJUT USIA DENGAN GASTRITIS PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG RAYA KOTA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN


A.       Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta terjadi peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH). Peningkatan UHH ini berkontribusi terhadap meningkatnya populasi lanjut usia dengan berbagai kebutuhan dan permasalahan yang menyertai. Pada bab I ini akan diuraikan latar belakang yang menjadi dasar penelitian ini, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat penelitian.
Berbagai dampak dari peningkatan umur harapan hidup lanjut usia (lansia) antara lain adalah peningkatan jumlah lansia dan semakin bertambahnya masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multipatologis (Hardywinoto & Setiabudhi, 1999).
Penanganan penyakit degeneratif pada lansia memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif adalah gastritis (Nugroho, 1999).
Menurut Gunnar, Palmi, dan Bucht (2008) penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh perubahan struktur dan kemunduran fungsi jaringan atau organ tubuh yang terjadi antara lain akibat proses menua. Lanjut usia bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses penuaan, terjadi peningkatan insiden penyakit kronik karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar dan menurunnya kemampuan (disabilitas) sehingga akan semakin meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang terjadi akibat kemunduran fisik, psikologis, dan sosial.
Gangguan saluran cerna dapat diperberat dengan adanya faktor risiko yang dapat memperburuk pola makan pada lansia antara lain penyajian makanan, kesehatan fisik, status ekonomi, aktivitas, kemampuan fungsional, keadaan psikososial, budaya  dan pengaruh lingkungan (Miller, 1995).
Adanya penurunan fungsi organ pencernaan akibat proses degeneratif dan adanya faktor risiko yang mempengaruhi pola makan lansia tersebut di atas akan dapat menyebabkan gangguan atau penyakit pada saluran pencernaan. Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia juga dapat berpengaruh pada saluran pencernaan. Perubahan psikososial pada lansia meliputi perubahan peran akibat pensiun (purna tugas) sehingga lansia akan mengalami kehilangan antara lain kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman/ kenalan atau relasi, kehilangan pekerjaan/ kegiatan, dan kehilangan hubungan dengan keluarga; merasakan dan sadar akan kematian; perubahan dalam cara hidup yaitu mulai masuk rumah perawatan lansia; bertambahnya biaya hidup dan pengobatan sedangkan penghasilan sulit, penyakit kronis dan ketidakmampuan (Hardywinoto & Setiabudhi, (1999).
Gastritis adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007).
Gastritis terdiri dari dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal (Brunner & Suddarth, 2004; Jackson, 2006).
Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia. Hasil penelitian yang  dilakukan oleh Maulidiyah (2006) menyatakan bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Nyeri yang terjadi sebagai gejala kekambuhan gastritis akan mengganggu kemampuan lansia dalam melakukan Activity DailyLiving (ADL) sehingga dapat mengganggu kualitas hidup lansia. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis adalah peptic ulcers, pendarahan pada lambung dan risiko kanker lambung. Penurunan fungsi saluran pencernaan juga menyebabkan usia lanjut lebih mudah untuk mengalami penyakit. autoimmune atrophic gastritis. Hal ini terjadi ketika sel-sel kekebalan tubuh yang diproduksi menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung, menyebabkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu proses absorpsi vitamin B-12. Kekurangan B-12 akhirnya dapat mengakibatkan perniciousanemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh (Jackson, 2006).
Penyakit gastritis juga merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini didukung oleh data pola penyakit penyebab kematian umum di Indonesia hasil SKRT tahun 1992 gastritis menempati urutan ke 9, pada tahun 1995 meningkat menjadi urutan ke 6 dan hasil SURKESNAS tahun 2001 gastritis menjadi urutan ke 4 penyebab kematian umum di Indonesia (Depkes, 2006). Data ini menunjukan bahwa kematian akibat penyakit gastritis meningkat dari tahun ke tahun.
Faktor utama penyebab terjadinya penyakit gastritis dan merupakan faktor yang menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis adalah stress. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling dominan kekambuhan gastritis adalah stres psikologis (Maulidiyah, 2006).
Teknik relaksasi diciptakan oleh Jacobson pada tahun 1938. Teknik ini ditujukan untuk menginduksi atau menciptakan relaksasi pada otot dan saraf. Teknik  relaksasi pertama kali diterapkan tahun  1938 pada pasien di rumah sakit yang mengalami tekanan darah tinggi. Pasien dibimbing untuk melakukan teknik relaksasi selama dua sampai tiga kali sehari dalam waktu seminggu, hasilnya menunjukkan bahwa tekanan darah pasien menurun dan dalam beberapa minggu tekanan darah pasien menjadi normal. Hal ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi memiliki efek secara fisiologis dan psikologis(Greenberg, 2002).
Teknik relaksasi  juga telah diteliti di Indonesia pada berbagai masalah kesehatan. Penelitian yang dilaksanakan tersebut menunjukan bahwa teknik relaksasi dapat mengurangi keluhan insomnia efektif menurunkan nyeri pada klien dengan penyakit glaukoma dan efektif terhadap relaksasi skeletal dan stabilitas tekanan darah pada pasien stroke haemorrhagik (Harmayetty, 2008).
Selain itu mengigat  kekambuhan penyakit gastritis dapat dipicu oleh stres psikologis maka pengobatan yang bersifat  nonfarmakologis seperti teknik relaksasi menjadi kebutuhan bagi usia lanjut karena selain mencegah kekambuhan atau komplikasi ganguan saluran cerna, juga  memberikan keseimbangan bagi mental, emosi dan pikiran (Charesworth & Nathan,1996).
Survei awal oleh peneliti di Puskesmas Antang Raya kota Makassar data  lansia Penderita gastritis di Kelurahan Antang Raya tahun 2015 adalah 30 orang dan data tahun 2016  terdapat 28 orang penderita gastritis dan dari bulan januari sampai  mei 2016 sebanyak 20 0rang  penderita gastritis.
Data  hasil wawancara didapatkan bahwah dari 10 usia lanjut  yang  di teliti menyebutkan bahwah  terus menerus mengalami kekambuhan nyeri gastritis dan menggatakan sangat tergantung dengan obat antara lain milanta, antasida  dan ranitidin serta vitamin. Dari 10 lanjut usia, 2 orang  diantaranya pernah  di rawat di rumah sakit karna kekambuhan penyakit  yang di alaminya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian adalah pengaruh teknik relaksasi terhadap respon nyeri pada lanjut usia dengan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar

C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi  terhadap respon nyeri pada lanjut usia dengan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Antang raya kota Makassar.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a.        Untuk mengetahui respon nyeri pada lansia dengan gastritis sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi
b.      Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap respon nyeri lanjut usia dengan gastritis


D.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat bagi pelayanan keperawatan komunitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gerontik di komunitas melalui upaya promotif dan preventif.
2.      Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan komunitas Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai evidence-based practice yang dapat digunakan oleh perawat spesialis komunitas untuk menyusun standar prosedur teknik relaksasi.
3.      Penelitian ini juga dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dalam hal membuktikan secara lanjut pangaruh teknik relaksasi pada populasi dan gangguan kesehatan lain.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     TINJAUAN  UMUM  TENTANG LANSIA
1.      Pengertian lansia
Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (keliat,1999).lansia adalah individu berusia di atas 60 tahun dimana memiliki tanda-tanda penurunan fungsi biologis,psikologis, sosial dan ekonomi yang berlangsung terus menerus secara alamia(Maryam,2008).
Lansia adalah individu yang perlu mendapat perhatian khusus.hal itu disebabkan karena secara teori lansia mengalami  penurunan  fungsi tubuh baik dari segi biologis, psikologi, sosial, maupun spritualnya.
2.      Klasifikasi lansia
Menurut WHO Lansia meliputi :
a.       Usia pertegahan (Middle Age) adalah keseimbangan  kelompok usia dari 45-59 tahun.
b.      Lanjut usia (Elderly) adalah kelompok usia dari 60-74 tahun.
c.       Lanjut usia tua (Old) adalah kelompok usia dari 75-90 tahun.
d.      Usia sangat tua(very Old) di atas 90 tahun.
 klasifikasi pada lansia menurut Depkes RI, 2003 ( didalam Maryam, 2008 )
a.       Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun
b.      Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c.       Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih  dengan masalah kesehatan(DepKes RI,2003 dalam Maryam 2008)
d.      Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa ( Dep Kes RI,2003  dalam Maryam 2008)
e.       Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Dep RI,2003 dalam Maryam 2008).
3.      Karakteristik lansia
Menurut ( keliat,1999 dalam Maryam 2008),lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)
b.      Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari tentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c.       Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B.     TINJAUAN  UMUM TENTANG TEKNIK RELAKSASI
1.     Pengertian teknik relaksasi
Teknik relaksasi  merupakan latihan kontraksi dan relaksasi pada setiap kelompok secara Stematis dan dapat digunakan untuk menurunkan nyeri gastritis. Nyeri yang dialami dapat terus menerus mengalami kekambuhan. ini bertujuan mengetahui efektifitas teknik relaksasi  dalam menurunkan nyeri dan frekuensi  respon nyeri pada usia  lansia dengan gastritis.
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan .teknik ini dapat di gunakan oleh pasien tampa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan  yang di alami sehari- hari di rumah. Terapi non farmakologis yang termurah sampai saat ini tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti, tidak ada efek samping, mudah untuk di lakukan adalah relaksasi atau teknik  Relaksasi yang  merupakan salah satu teknik  untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simple dan sistematis dalam menegangkan sekelompok  otot kemudian merilekskannya kembali (Marks,2010 dalam fitrisyia & Ismayadi 2012).
Relaksasi ini di  perkenalkan oleh Edmund Jacobson pada tahun 1938(Conrad & Roth,2007 dalam fitrisyiah & Ismayadi 2012).
Selain untuk Teknik Relaksasi  juga bermanfaat untuk ansietas mengurangi kelelahan ,kram  serta nyeri  leher dan punggung(Berstein, Borkovec,& steven ,2000 dalam Fitrisyiah & Ismayadi 2012).
Teknik Relaksasi  sampai saat ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah untuk di lakukan, serta dapat membuat tubuh dan fikiran terasa tenang,rileks dan  lebih mudah untuk tidur (Davis,2010 Austrayani  & Widodo 2010).
Dalam relaksasi sendiri, induvidu akan di berikan kesempatan untuk  mempelajari  bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya,klein mulai membedakan sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks.
Sesuatu yang di harapkan di sini adalah individu  secara sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai dengan keiginannya melalui suatu cara yang sistematis.
Subjek juga belajar menyadari otot-ototnya  dan berusaha untuk sedapat mugking mengurangi atau  menghilangkan ketegangan otot tersebut.
Hal-hal ini perlu juga di perhatikan dalam melakukan kegiatan Teknik relaksasi adalah :
1.      Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2.      Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
3.      Posis tubuh,lebih nyaman dengan mata tertutup.jangan dengan berdiri.
4.      Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5.      Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6.      Memeriksa apakah klein benar-benar rileks
7.      Terus menerus memberikan instruksi
8.      Memberikan intruksi  tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.
Manfaat  dari Teknik relaksasi  ini sendiri adalah untuk mengatasi  stress, kecemasan insomnia,dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Pemberian relaksasi  mempengaruhi  pemenuhan kebutuhan  gastritis pada lansia yang di dasarkan pada cara kerja  sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja saling timbal balik mempengaruhi organ-organ yang ada di dalam tubuh  sehingga mampu mengurangi ketegangan(Conrad dan Roth,2007).
Respon relaksasi terjadi karena terangsangnya aktifitas sistem saraf  otonom parasimpatis  nuclei rafe sehingga menyebabkan perubahan yang dapat mengontrol aktivitas sistem saraf otonom  berupa  pengurangan fungsi oksigen ,frekuensi nafas, denyut nadi,ketegangan otot, tekanan darah sehingga mudah untuk tertidur.
Berikut di paparkan masing –masing gerakan dan penjelasan  mengenai teknik relaksasi yang di latih :
1.      Gerakan pertama  di tujukan untuk otot dahi dan mata yang di lakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sekeras- kerasnya ,memejamkan mata sekuat-kuatnya hingga perut terasa mengerut dan di rasakan ketegangan di sekitar dahi,alis, dan mata.secara perlahan

hingga 10 detik lakukan kembali .


A.     TINJAUAN UMUM TENTANG GASTRITIS
1.      Pengertian
     Gastritis adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan  ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007).
Gastritis terdiri dari dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal (Brunner & Suddarth, 2004; Jackson, 2006).
Gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang bersifat  akut. Kronis, difus, atau local(Price dan WiLson 2006).
Gastritis akut adalah suatu peradangan  permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi  pada bagian  superficial(Muttaqin dan sari,2011: 385).
Gastritis merupakan  inflamasi mukosa  gastrik, dan bisa akut maupun kronis. Gastritis akut menyebabkan pemerahan ,edema,hemoragi,dan  erosi mukosa. Gastritis kronis umumnya terjadi pada lanjut usia dan penderita anemia berat, dan sebagai gastritis atrofik kronis yang menyebabkan semua  lapisan mukosa terinflamasi (Sukarmin,2012: 148-149).
Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) menyatakan bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Nyeri yang terjadi sebagai gejala kekambuhan gastritis akan mengganggu kemampuan lansia dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) sehingga dapat mengganggu kualitas hidup lansia. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis adalah peptic ulcers, pendarahan pada lambung dan risiko kanker lambung. Penurunan fungsi saluran pencernaan juga menyebabkan usia lanjut lebih mudah untuk mengalami penyakit. Penyakit gastritis juga merupakan salah satu penyakit yang dapat  menyebabkan kematian. Hal ini didukung oleh data pola penyakit penyebab kematian umum di Indonesia hasil SKRT tahun 1992 gastritis menempati urutan ke 9, pada tahun 1995 meningkat menjadi urutan ke 6 dan hasil SURKESNAS tahun 2001 gastritis menjadi urutan ke 4 penyebab kematian umum di Indonesia (Depkes, 2006). Data ini menunjukan bahwa kematian akibat penyakit gastritis meningkat dari tahun ke tahun. Faktor utama penyebab terjadinya penyakit gastritis dan merupakan factor yang  menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis adalah stres (Charlesworth &  Nathan,).
B.     TINJAUAN UMUM TENTANG RESPON NYERI
1.      Pengertian Respon Nyeri
Nyeri merupakan respon subyektif dimana seseorang memperlihatkan tidak nyaman secara verbal maupun non verbal atau keduanya, akut maupun kronis. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegiatan yang biasa dilakukan . Nyeri yang dialami oleh klien artritis rheumatoid didapatkan skala nyeri rata-rata enam atau nyeri sedang . Metode penanganan nyeri mencakup terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Teknik relaksasi napas dalam adalah sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan untuk mengatasi nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri kronis . Berbagai teknik relaksasi dapat dipakai untuk menciptakan ketenangan dan mengurangi tekanan supaya klien merasa nyaman dan Jurnal Keperawatan Soedirman (Priharjo Robert, 1993).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu mengatakannya. Mengkaji nyeri individu mencakup pengumpulan informasi tentang penyebab fisik dan juga faktor mental atau emosional yang mempengaruhi persepsi individu tentang nyeri. Intervensi keperawatan diarahkan pada kedua komponen tersebut (Smeltzer & Bare,2012).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh pasien.Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri merupakan suatu rasa tidak menyenangkan dan pengalaman emosional disertai kerusakan jaringan yang nyata atau yang potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan demikian.Nyeri Neuropatik (Neuropathy) adalah suatu gangguan fungsi atau perubahan patologis pada suatu saraf, sedangkan neuralgia adalah nyeri di daerah persarafan satu atau beberapa persaraf. Sedangkan nyeri nosiseptik (nociceptor)  merupakan suatu nyeri yang ditimbulkan  oleh suatu rangsangan pada nosiseptor yang merupakan suatu reseptor untuk rang sang bersifat merusak bila berkepanjangan (Meliala L,2011
1.     Skala Nyeri
Menurut Smeltzer (2012) skala nyeri bisa dibagi menjadi 3 dengan penjelasan sebagai berikut.
a.       Skala intensitas nyeri. Bisa juga disebut dengan skala deskritif atau  pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale) VDS merupakan sebuah alat pendeskripsi yang mengukur tingkat nyeri. Terdiri dari garis yang berjumlah tiga sampai lima kata pendeskripsi, disusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.



1.     Patofisiologi
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a.    Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan


b.      Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.Karen  struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya.Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.


 BAB III
Kerangka konsep



A.     DEFENISI OPERASIONAL DAN KRETERIA OBJEKTIF
1.      Teknik relaksasi
Yang di maksud teknik relaksasi adalah melakukan suatu tindakan relaksasi dengan tujuan agar dapat lebih mudah mengurangi rasa nyeri di akibatkan gastritis yang ditujukan pada otot dahi, ototmata,otot dada dan otot perut.
2.      Respon nyeri
Nyeri merupakankondisiberupaperasaantidakmenyenangkanbersifa  sangat subyektifkarenaperasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,dan hanya orang tersebutlah yang dapatmenjelaskanataumengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Aziz Alimul, 2006).
Kriteri Objektif
a. Nyeri Sedang    :  jika skornya 4,5,6,
b. Nyeri  ringan     : jika skornya 1,2,3

B.     HIPOTESIS STATISTIK
1.   Ha ada pengaruh tindakan relaksasi terhadap respon nyeri gastritis lansia.

2.   Ho tidak ada pengaruh tindakan relaksasi terhadap respon nyeri gastritis pada lansia


BAB IV
METODE  PENELITIAN

A.     DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain pra Exsperiment dengan rancangan  pra and post test dalam satu kelompok yaitu bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh respon nyeri  dengan  cara melibatkan satu kelompok subjek yaitu kelompok perlakuan di observasi sebelum di lakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.



A.     POPULASI  DAN SAMPEL
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klein) yang memenuhi kriteria yang  telah di tetapkan. Sementara populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita penyakit gastritis yang berada di wilayah kerja Puskesmas Antang Raya kota Makassar.
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(Arikunto,2006). Sampel pada penelitian ini adalah  lansia dengan penyakit  gastritis yang berobat ke Puskesmas.
Kriteria sampel :
a.       Kriteria inklusi
-    Usia pertengahan (middle age)
-    Menderita penyakit gastritis selama 3 bulan terakhir
-    Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian hingga tahap akhir.
-    Responden yang mengalami nyeri ringan dan nyeri sedang
b.      Kriteria eksklusi
-    Lansia yang memiliki penyakit tertentu sehingga tidak mampu melakukan teknik relaksasi.
-    Tidak bersedia menjadi respon
3.      Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam, 2008).
Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu Non probability sampling dengan cara Purposive sampling. Dimana purposive sampling ini merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian).
B.     Instrumen Penelitian
1.   Hari pertama
Identifikasi klien
a)   Identifikasi  subjek yang berpotensi masuk kedalam penelitian.
b)  Melakukan pengkajian  dengan membagikan kuesioner kepada klien.
c)   Melakukan kontrak atau inform consent dengan responden.
2.   Hari kedua
a)   Pre tes:mengukur kualitas nyeri responden
b)  Menjelaskan tentang teknik relaksasi.
c)   Mengajarkan prosedur tindakan teknik relaksasi.
d)  Menganjurkan responden untuk melakukan tindakan teknik relaksasi sendiri tanpa dibantu.
3.Hari ketiga – ketujuh
Intervensi : dimana lansia melakukan teknik relaksasi pada pagi dan sore hari selama lima hari berturut-turut. Peneliti meminta bantua anggota keluarga untuk  mengawasi pelaksanaan teknik relaksasi yang dilakukan oleh lansia
3.   Hari kedelapan
a)   Post test
b)  Mengukur kualitas nyeri responden



A.     PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data di lakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum tindakan (teknik relaksasi) dan sesudah tindakan (teknik relaksasi ). Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan respon nyeri dengan gastritis pada lanjut usia. Kuesioner berupa pertanyaan tertutup (closed ended question) yaitu daftar pertanyaan yang telah tersedia jawabannya.
B.     PENGOLAHAN  DATA dan ANALISA DATA
1.      Langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu :
a.       Penyunting data (editing) yaitu upaya yang dilakukan untuk memeriksa kembali data yang telah di peroleh dari hasil kuesioner.
b.      Pengkodean (coding) yaitu memberikan kode terhadap data dan di kelompokan sesuai dengan kategori- kategori  yang ada, karena analisis penelitian ini menggunakan perangkat lunak statistik dari computer.
c.       Scoring yaitu penentuan jumlah skor dari jawaban setiap responden yang ada dalam kuesioner.
d.      Data entry yaitu memasukan data hasil penelitian kedalam tabel induk(master table) dari setiap jawaban responden yang sudah di beri kode atau nilai.
e.       Processing yaitu pemrosesan data yang dilakukan dengan cara mengerty data dari kuesioner ke paket program computer.
f.        Tabulasi(tabulationg) yaitu memasukan data ke dalam peragkat lunak untuk memudahkan menganalisis data.
g.       Cleaning yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak
2.      Analisa Data
Analisa data yang di gunakan untuk mengolah data hasil penelitian ini adalah SPSS dan penyajian data berupa :
a.       Analisa Univariat
Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi serta persentase dari tiap variabe yang di teliti
b.      Analisa Bivariat
Analisa bivariat di lakukan untuk melihat hubungan variabel bebas (independen) dan variabel tergantung (dependen), menggunakan uji T test, dengan tingkat kemaknaan adalah α<0,05 Apabila dari hasil uji statistik nilai p<0,05, maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tergantung, begitu juga sebaliknya jika nilai p>0,05,di tolak atau
 tidak ada hubungan  antara variabel bebas dan variabel tergantung yang di ukur
C.      ETIKA  PENELITIAN
Menurut (Hidayat,2009 dalam Iqbal 2014) penelitian dilakukan dengan menekankan etika yang meliputi:
1.      Informed consent ( lembar persetujuan  menjadi responden)
Lembar  persetujuan subyek  di berikan sebelum penelitian dilaksanakan kepada seluruh subyek yang akan di teliti dengan tujuan agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.
2.      Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama subyek pada lembar pengukuran.
3.      Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan tentang informasi yang di berikan oleh subyek penelitian dapat di jamin oleh peneliti.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.        Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
1.     Keadaan Geografis
       Puskesmas Antang terletak Di Kelurahan Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar tepatnya di Jalan Antang Raya No. 43 dengan luas wilayah kerja 371 Ha. Wilayah kerja kelurahan antang dengan jumlah RW sebanyak 11 dan 61 RT. Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Antang adalah sebagai berikut :
a.       Sebelah timur     : Berbatasan dengan Kelurahan Manggala
b.      Sebelah selatan  : Berbatasan dengan Kelurahan Bangkala
c.       Sebelah barat     : Berbatasan dengan Kelurahan Borong
d.      Sebelah utara     : Berbatasan dengan Kelurahan Tello dan
Kecamatan Biringkanaya
2.     Keadaan Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Antang pada tahun 2012 sebanyak 26.445 jiwa terdiri dari laki-laki 13.176 jiwa dan perempuan 13.268 jiwa dengan 5.866 KK.




B.  HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota   Makassar.Penelitian ini di mulai pada tangal 16 juni sampai 16 juli 2016, batas waktu penelitian yang di tentukan  3 hari pengumpulan data post test 14 hari intervensi kemudian diobservasi lagi dengan jumllah sampel sebanyak 20 orang.
1.      Karakterlistrik responden
a.       Umur responden
Penelitian ini menggunakan responden yang berumur diatas 45-59 tahun  karena di sesuaikan dengan tujuan dari penelitian mengenai teknik relaksasi pada lansia dengan gastritis .Berikut ini adalah distribusi umur responden:

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya
Karaktersitik
N
Mean
Median

Min-Maks
Umur
20
54.50
54.50
41-70
                                Data Primer, Juli 2016
Berdasarkan  tabel 5.1 dapat dilihat bahwa  rata-rata umur responden 54.50 tahun, dengan umur paling muda 41 tahun dan paling tua 70 tahun.
b.      Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar
Jenis kelamin
Frekuensi
Persen
Laki-laki
perempuan
2
18
10,0
90,0
Total
20
100,0
                            Data Primer, juli 2016
Berdasarkan Tabel 5.2 Menunjukan bahwa responden laki-laki berjumlah 2 responden,sedangkan responden perempuan berjumlah 18 responden. Jadi total responden sejumlah 20 responden.
c.       Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan pekerjaan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar
Pekerjaan
Frekuensi
Persen
Tidak Bekerja
20
100,0
Total
20
100,0
                        Data Primer, Juni 2016
    Berdasarkan tebel 5.3 dari 20 menunjukan bahwa seluruhan
    responden tidak bekerja.

d.      Obat yang di konsumsi
Tabel 5.4
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan obat yang di konsumsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya
Obat yang di konsumsi
Frekuensi
Persen
Promaag
Dexanta
Mylanta
Paracetamol
Obat tradisional
Ranidin
Omeprazole
5
1
4
1
7
1
1
25,0
5,0
20,0
5,0
35,0
5,0
5,0
Total
20
100,0
                           Data Primer, Juli 2016
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menggunakan obat-obatan tradisional seperti kunyit untuk mengobati sakit maag.









e. Pola makan
                   Tabel 5.5
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan pola
      makan Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya
Pola Makan
Frekuensi
Persen
Teratur
Tidak teratur
12
8
60,0
40,0
Total
20
100,0
                           Data Primer, Juli 2016
 Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa sebagian besar
 responden memiliki pola makan yang teratur.
f.  Makanan yang di sukai
Tabel 5.6
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan makanan yang di sukai Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya
Makanan di sukai
Frekuensi
Persen
Semua makanan
pepaya
12
8
60,0
40,0
Total
20
100,0
                            Data Primer, Juli 2016
 Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan bahwa sebagian   besarresponden (60%) tidak memilih-milih makanan atau menyukai semua jenis makanan.







2. Analisa Univariat

Tabel 5.7
             DistribusiFrekuensiSkala Nyeri Sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi
             Teknik Relaksasi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Antang
Tahun 2016

N
Mean
Median
Min-Maks
Sebelum Intervensi
Setelah Intervensi

20
20
5.55
3.55
6.00
4,00
5-6
3-4



  Data primer, Juli 2016.
  Berdasarkantabel 5.7di dapatkan hasil bahwa rata-rata skala nyeri sebelum
   intervensi 5.55 dan setelah intervensi 3.55.

3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh tindakan teknik relaksai  terhadap skor skala  nyeri pada lanjut usia .setelah itu dilakukan  uji ukuran pengaruh  untuk melihat  seberapa kuat  pengaruh teknik relaksasi  terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis pda lanjut usia.
Tabel 5.8
DistribusiHasilUjiNormalitas Data di Wilayah Kerja Antang Raya kota Makassar Tahun 2016
Variabel
Shapiro-Wilk(p)
Interprestasi hasil
Pengukuran skala nyeri Sebelum intervensi
Pengukuran skala nyeri Setelah intervensi
0,002

0,010
Data tidak normal

Data tidak normal
            Data Primer, Juni 2016
Berdasarkan table 5.8 uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-wilk menunjukkan data variabel pengukuran skala nyeri  sebelum intervensi memiliki distribusi data yang tidak  normal yaitup = 0,002≥0,05. Begitu pula variabel pengukuran skala nyeri   data yang tidak normal yaitup = 0,010≥0,05sehingga keduanya tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik (paired T test) untuk itu uji statistik yang digunakan yaitu uji Wilcocxon.




Tabel 5.9
AnalisisPengaruh kualitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi  dengan Uji Wilcoxon Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar Tahun 2016
Variabel

n
Median
(Minimum-Maksimum)
Rata.5.

p
Nyeri sebelumintervensi     
nyeri sesudah intervensi
20
20
6    (5-6)
4    (3-4)

5,55-0,510
3,55-0,510
0,000
              Data primer, Juli  2016                                                                   uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa responden  yang telah melakukan  tindakan teknik relaksasi dalam mengalami penurunan intensitas nyeri secara bermakna p value 0,000 ≤0,05 yaitu dari skala nyeri sebelum intervensi 6 menurun menjadi 4 atau mendapatkan penurunan skala nyeri ringan.Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima atau ada pengaruh tindakan teknik relaksasi  terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota  Makassar.

C.     PEMBAHASAN
1.      Pengukuran skala nyeri sebelum intervensi
Berdasarkan  hasil pengukuran skala  nyeri  sebelum dilakukan intervensi pada 20 responden  yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi terdapat 18 (90,0%) responden yang berada pada skala nyeri sedang dan 2 (10,0%) responden berada pada skala nyeri ringan. Dengan demikian sebagian besar responden dengan penyakit gastritis mengalami nyeri sedang.
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan pengkajian awal nyeri responden, rata-rata responden memiliki pola makan yang teratur  namun menu makanan yang mereka makan biasanya adalah makanan yang justru pantangan bagi orang dengan penyakit gastritis seperti makanan yang asam dan pedas. Sehingga terkadang mengalami kekambuhan penyakit gastritis. Bahkan ada yang sampai harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Berdasarkan informasi dari responden, setiap kali responden ke Puskesmas untuk berobat, petugas kesehatan hanya memberikan obat tanpa memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit gastritis dan beberapa responden merasa bahwa obat yang diberikan petugas kesehatan tidak berefek terhadap penyakitnya.
2.      Pengukuran skala nyeri sesudah intervensi
Berdasarkan hasil pengukuran skala nyeri sesudah intervensi pada 20 responden  yang terbanyak menderita nyeri gastritis dengan frekuensi skala nyeri ringan 11 (55%) responden dan yang terenda adalah nyeri gastritis dengan frekuensi  skala nyeri sedang sebanyak 9 (45%) responden. Hal ini di sebabkan karena adanya pengaruh tindakan teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis.
Hal  yang dilakukan pada penelitian ini untuk menggurangi skala nyeri responden dengan melakukan teknik relaksasi otot. Teknik relaksasi ini juga terdiri dari 3 gerakan yaitu otot dahi, otot mata,otot dada, dan otot perut. Teknik ini bertujuan untuk memberikan ketegangan pada sekelompok otot, kemudian merilekskannya kembali serta keluarga ikut menerapkan  teknik relaksasi pada pasien setelah penelitian melakukan intervensi.
Hal ini juga didukung oleh Sitralita(2012),dalam penelitiannya menunjukan hasil terdapat pengaruh antara pemberian tindakan teknik relaksasi terhadap peningkatan respon nyeri  responden  di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar.
3.      Pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri
Keefektifan teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis sesudah intervensi mengalami perubahan yang signitifikan pada sebagian besar responden. Hal ini di buktikan dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan nilai di peroleh nilai p= 0,000<0,05 sehingga Ha diterimah dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh tindakan teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis.
Sesuai  dengan hasil penelitian Erliana (2008), mengenai perbedaan tingkat skala nyeri  sebelum dan sesudah di lakukan  tindakan teknik relaksasi otot menunjukan  terdapat penurunan nyeri pada responden  sesudah di lakukan teknik relaksasi otot  selama 20-30 menit, satu kali sehari  secara teratur selama satu minggu. Hal ini terbukti dari adanya penurunan pada skala nyeri responden  tersebut, yaitu sesudah di berikan intervensi tindakan teknik relaksasi otot sehingga terjadi penurunan jumlah responden  pada tingkat skala nyeri  ringan. Dan sebagian keadaan responden mengalami nyeri sedang .
samping itu hasil pembacaan singkat berdasarkan taraf signifikansi(p-value) di dapat p=0,000 dimana nilai tersebut <α=0,05 dengan  demikian Ha di terima yang berarti  ada efektifitas teknik relaksai terhadap pemenuhan kebutuhan nyeri pada lansia dengan gastritis.
Hal ini juga didukung oleh Sitralita(2012),dalam penelitiannya menunjukan hasil terdapat pengaruh antara pemberian tindakan teknik relaksasi terhadap peningkatan respon nyeri  responden  di Wilyah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar.
Teknik relaksasi  merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi dapat di gunakan pada saat individu  dalam keadaan  sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu  tubuh agar  segar kembali dan beregenerasi setiap  hari (Poter &Perry, 2006 dalam Haris & Muhtar 2010).
Teknik relaksasi dapat bermanfaat pada saat menjelang  istirahat  karna dengan pernapasan  yang lambat  dan dalam 1 atau 2 menit memberikan ketegangan. Kontraksai dan relaksasi  otot  dapat mengurangi ketegangan  dan  menyiapkan tubug untuk beristirahat. imajinasi  terbimbing dan berdoa  juga dapat meningkatkan  tidur (Kusyanti,2003 dalam Haris & Muhtar 2010). Sedangkan teori ini juga menyatakan bahwa, seseorang akan merasa kurang nyeri saat melakukan teknik relaksasi  dan selalu merasa nyaman dan relaks,  setelah itu menganjurkan kepada responden  untuk  menjaga pola makan yang teratur serta minum obat  gastritis.
Relaksasi  ini juga merupakan kombinasi dari gerakan  untuk melati pernafasan agar terkontrol dan juga rangkaian  kontraksi  serta  teknik relaksasi  dengan kelompok otot , dan berikan latihan bernafas  dengan berlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan  abdoman terangkat  perlahan  dan dada mengembang penuh. Saat lansia melakukan
Teknik relaksasi ini  dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi selain menyebabkkan  efekyang menenangkan fisik juga dapat menenangkan pikiran. Teknik relaksasi dapat juga membantu lansia untuk mengurangi rasa nyeri yang di rasakannya agar menjadi lebih baik. Relaksai  terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, serta latihan fisik, pernapasan diafragma,relaksasi, serta meditasi (Davis,1987 dalam Haris & Muhtar 2010).
Relaksasi  penting sebagai bahan untuk membangun penenang alami di dalam otak, untuk menolak kekhawatiran  atau memungkinkan panik, mencegah penyakit stres, meningkatkan kebutuhan dalam  menjaga kondisi fisik dengan baik tampa pengecualian. Relaksai dapat menurunkan nyeri,serta membantu tubuh agar merasa  nyaman.
Pemberian teknik relaksasi  otot pada responden  yang mengalami  penyakit gastritis dapat menururunkan ketegangan fisiologis,meningkatkan relaksasi otot,menurungkan kecemasan sehingga terjadi  vasodilatasi pemulu darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi pernapasan  menjadi normal,dan mengurangi evaporasi sehingga responden  menjadi nyaman dan pikiran menjadi tenang. 
Menurut Guyton (2007) dalam Widyastuti  (2014), melalui latihan teknik reaksasi,lansia di latih untuk dapat menimbulkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang dan nyaman. Relaksasi ini juga memberikan efek peningkatan gelombang alfa sehingga lansia dapat lebih muda untuk makan dan beraktivitas.
Teknik relaksasi yang dikombinasikan dengan pernapasan yang melibatkan otot  dahi dan otot mata , otot dada dan otot perut, dan di lakukan selama  satu minggu secara teratur sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang di alami oleh  lansia. Dan teknik ini akan membuat tubuh lebih relaks sehingga kesulitan ketika beraktivitas dapat di atasi. 
Relaksasi sampai saat ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak memerlukan  imajinasi, tidak ada efek samping, muda untuk di lakukan, serta dapat membuat tubuh dan fikiran terasa tenang, rileks, dan lebih muda untuk beraktifita. Dalam teknik relaksasi otot  induvidu akan di berikan kesempatan untuk mempelajari bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya, klein mulai membedahkan sensasi pada saat otot dalam keadaan  tegang dan releks.
Berdasarkan hasil Penelitian yang di lakukan selama 14 hari ini membuktikan adanya pengaruh teknik relaksasi otot terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis hal ini di buktikan dengan adanya penurunan intensitas nyeri setelah di lakukan intervensi. Meskipun masih ada beberapa responden yang penurunan intensitas nyerinya masih tidak signifikan tapi sudah mengalami perubahan dari skala intensitas nyeri sedang menjadi skala intensitas ringan. Penurunan skala intensitas nyeri yang tidak signifikan ini di karenakan tingkat keseriusan perawatan gastritis yang di butuhkan lama, serta koping induvidu yang tidak   efektif  sehingga efek teknik relaksasi yang ditimbulkan pun kurang maksimal.

D.      KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian tentu menemukan keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian diantaranya:
Faktor bahasa karena banyak responden yang kurang memahami bahasa Indonesia sehingga peneliti kadang meminta bantuan keluarga untuk menerjemahkan keluhan responden dan membantu peneliti untuk mengajarkan teknik relaksasi.




 DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth (2004). Medical surgical nursing. (8th Ed.). Philadelphia: J.B.Lippincott Company.

Charlesworth, E., Nathan, R. (1996), Manajemen Stres dengan Teknik Relaksasi, Jakarta, Penerbit Abdi Tandur, 5 – 11

Charlesworth, E., Nathan, R. (1996), Manajemen Stres dengan Teknik Relaksasi, Jakarta, Penerbit Abdi Tandur, 393 – 394

Conrad, A. & Roth, W.T (2007). Muscle Relaxation for Anxiety Disorder : It works but how?. The Journal of Anxiety Disorder, 243-264. Diambi ltanggal 12 Oktober 2011 dari www.laboratoriosilesia.com
Fitrisyia &Ismayadi. 2011. Relaksasi Otot Progresif  Dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia. Fakultas Keperawatan USU. Sumatera Utara

Greenberg, J.S. (2002). Comprehensive stress management. (7th Ed.). United States:Mc Graw Hill Company Inc.

 Haris.  Dan Muhtar.(2010). Pengaruh   teknik relaksasi  progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istrirahat. Jurnal penelitian (online).htt://dikeskotabima,wordpress.co

Hardywinoto &Setiabudhi, T. (1999). Panduangerontologi ;tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama ppincott Company

Harmayetty (2008). Efektivitas intervensi keperawatan teknik relaksasi progresif napas dalam dengan posisi alternative berbaring terhadap stabilitas Tekanan Darah pada pasien stroke haemorhagikfasesub akut di IRNA medic Penyakit Saraf RSU Dr. Soetomo Surabaya..Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.Surabaya.

Hidayat, A. A. (2009). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Jackson, S. (2006). Gastritis. Diambil dari http://www.gicare.com/pated
/ecd9546.htm. Diakses tanggal 27 Mei 2008.
Keliat. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EKG
Maulidiyah. (2006). Hubungan antara  stress dan kebiasaan  makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Diambil dari http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?Id=gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah. Diakses tanggal 27 Mei 2008

Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut Dan Perawatannya, hal 32. Salemba Medika.
Maryam, R.S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :Salemba Medika
Miller, C.A. (1995). Nursing care of older adults : Theory and Practice. (2th Ed.).
Philadelphia: JB Lippincott Company.
Price & Wilson, 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.Volume
                2.Edisi 6. EGC : Jakarta.
Potter &Perry ,2005. Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta :Edisi 4 Buku Kedokteran EGC
PRIO.2009. pengaruh teknik  relaksasi progresif terhadap respon nyeri dan frekuensi kekambuhan nyeri pada lanjut usia dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas pancoran mas kotadepok. PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS  ILMU KEPERAWATAN DEPOK (Jurnal diketahui).
Sufiana Larombia, Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur Di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 (Skripsi)

Smeltzer Suzanne C, dan Bare,Brenda G, 2012 . Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddart edisi 8 vol1.Jakarta :Buku Kedokteran EGC

 Wibowo, Y.A. (2007). Gastritis. Diambil dari http://fkuii.org/tikidownload_ wiki_attachment.php?attld=1078&page=Yoga%20Agua%20Wibowo. Diakses tanggal 27 Mei 2008

Wibowo, Y.A. (2007). Gastritis. Diambil dari http://fkuii.org/tikidownload_ wiki_attachment.php?attld=1078&page=Yoga%20Agua%20 Wibowo. Diakses tanggal 27 Mei 2008.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar