Visitor

Sabtu, 01 April 2017

LAPORAN AKHIR KOMUNITAS RW 6 RT 3 KELURAHAN TAMANGAPA KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKSSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam uoaya peningkatan status kesehatannya. Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mampunyai satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar di RW 04 kelurahan tamangapa. Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen desa untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan kepada masyarakat yang hakekatnya memerlukan acuan/landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.Perawat kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat. Kegiatan praktek ini dilakukan secara komprehensif dan tidak terbatas pada kelompok umur atau diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Keperawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta pelayanan yang diberikan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan, kelompok kerja komunitas.Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan teknologi tepat guna, serta memanfaatkan kebijakan pemerintah. Proses keperawatan komunitas dilakukan melalui lima tahap, yaitu: pengkajian, analisa data, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu; keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keprawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Profesi Ners STIkes Mega Rezky Makassar  Angkatan VI Gelombang I melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas dan keluarga selama 6 minggu di RW 06 Kelurahan Tamangapa  Kecamatan manggala makassar dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Diharapkan mahasiswa Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar akan dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan komunitas yang didapat pada perkuliahan, guna meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, dengan mendapatkan gambaran masalah kesehatan masyarakat melalui peninjauan implementasi dari praktek profesi sebelumnya, menganalisa kembali hasil implementasi sebelumnya, memberi informasi tentang prioritas masalah, menginformasikan pelaksanaan dalam kegiatan-kegiatan asuhan keperawatan.

B.     TUJUAN

1.      Tujuan Umum

Setelah melaksanakan peninjauan di lingkungan masyarakat, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat pada tingkat komunitas dengan pendekatan proses keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kegiatan peninjauan di masyarakat, diharapkan mahasiswa mampu:
a.       Melakukan survey kembali berdasarkan evaluasi praktek keperawatan komunitas sebelumnya pada tanggal 11 April – 22 Mei 2016.
b.      Menganalisa hasil observasi dari proker yang masih aktif dan pasif.
c.       Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas berdasarkan pendataan yang diperoleh.
d.      Menyusun perencanaan keperawatan komunitas, meliputi prioritas masalah, perumusan tujuan, dan intervensi.
e.       Melaksanakan perencanaan sesuai dengan kesepakatan dengan masyarakat.
f.       Melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
C.    MANFAAT
a.       Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan , khususnya keperawatan komunitas.
b.      Dapat bekerja sama dengan masyarakat menemukan masalah kesehatan serta pemecahan masalah kesehatan.
c.       Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan keperawatan, instistusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
d.      Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan secara individu, keluarga , kelompok dan masyarakat.

D.    WAKTU  DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTEK
Praktek Profesi keperawatan Komunitas dilaksanakan di lingkungan RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, mulai tanggal 11 April 2016  sampai 22 Mei 2016.
E.     RANCANGAN KEGIATAN
1.      Observasi Proker Praktik Sebelumnya
Melakukan wawancara dengan masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan petugas Puskesmas serta mengobservasi lingkungan pemukiman di wilayah RW 6.
2.      MMD I (pertemuan I)
a.       Perkenalan dan penjelasan tentang pelaksanaan PPKK mahasiswa Profesi Ners STIkes Mega Rezky Makassar angkatan VI Gelombang I  pada masyarakat.
b.      Melakukan survei/orientasi batas-batas wilayah RW 6 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala.
3.      Pendataan RW ( RT 01, 02, 03 dan 04 )
4.      Tabulasi hasil pendataan
5.      MMD II (pertemuan II)
a.       Mendiskusikan rencana tindakan / solusi dari permasalahan kesehatan yang di temukan yang telah dianalisis sebelumnya.
b.      Pelaksanaan Rencana Tindakan ( Proker )
Masyarakat bersama mahasiswa melaksanakan tindakan kesehatan yang telah direncanakan.
6.      MMD III (pertemuan III)
Evaluasi dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat bersama mahasiswa.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Model keperawatan komunitas disusun mengacu kepada model atau teori keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat. Banyak para pakar atau ahli mendefinisikan tentang keperawatan komunitas, diantaranya menurut Chang (1982), keperawatan komunitas adalah menyeluruh mampu berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah pada masyarakat tersebut.Sedangkan Ruth B. Freeman (1981), mendefinisikan perawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan kepada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.Banyak konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Betty Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model teori Neuman di dasari oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan.Keseahatan masyarakat di tentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk mealakukan tiga tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.      Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan  ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.

2.      Pencegahan  sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan di temukannya masalah kesehatan.Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.
3.      Pencegahan tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat yang berfungsi optimal dari ketidakmampuannya. Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spritual.
Pada dasarnya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan sintesa dari konsep keperawatan dengan konsep kesehatan masyarakat serta didukung oleh ilmu-ilmu lain. Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut:
1.      Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat dipengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam system hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat ekosistem.
2.      Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam system hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat system tubuh.
3.      Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
B.     PARADIGMA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan&Dawkins,1987).Paradigma keperawatan komunitas mamandang manusia sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual yang utuh serta unik, dalam arti merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek jasmani rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya.
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia secara terus menerus menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya dan selalu berusaha beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1.      Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, psikologi, dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien atau klien.
2.      Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu fisiologi, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga sebagai salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu:
a.          Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b.         Keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah, ataupun memperbaiki serta mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan.  Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. Peran dari anggota-anggota keluarga akan mengalami perubahan, bila salah satu anggota mengalami sakit.
c.          Disisilain status kesehatan dari klien juga sebagian akan ditentukan oleh kondisi keluarganya.
3.      Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu identitas bersama. Bersama memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruksi dan produktif. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperatawan untuk mencapai kesehatan yang optimal.
C.    TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
1.      Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2.      Tujuan Khusus
a.       Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b.      Meningkatnya kemampuan induvidu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar  dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c.       Tertanganinya  kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan.
d.      Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan dirumah, dipanti dan dimasyarakat.
e.       Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan usaha keperawatan dirumah.
f.       Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan dirumah, dan di Puskesmas.
g.      Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat optimal.
D.    SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson  (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1.      Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil dll) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2.      Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
a.       Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan yaitu keluarga dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatus, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa di intervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik)
b.      Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat ataupun kurang energi kronis, keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti pendarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga neonatus BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c.       Keluatga dengan tindak lanjut perawatan
1)   Drop out tertentu seperti ibu hamil, bayi, balita, dengan keterlambatan tumbuh kembang, penyakit kronis atau endemis.
2)   Kasus pasca keperawatan seperti kasus pasca perawatan yang dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan kasus katarak yang dioperasi di Puskesmas atau persalinan dengan tindakan.
3.      Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai atau kesatuan dalam komunitas.Asuhan ini diberikan untuk kelompok berisiko atau untuk masyarakat wilayah binaan dengan memandang komunitas sebagai klien.Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan.
E.     KARAKTERISTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok. Focus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, focus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat mengkaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.
F.     PERAN PERAWAT KOMUNITAS
1.      Pemberi Pelayanan Keperawatan Secara Langsung
Perawat dalam memberikan pelayanan selalu melibatkan klien dalam setiap proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Selain itu perawat juga menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dan intervensi yang sifatnya preventif.Intervensi dilakukan dengan memberikan pelayanan primer yang mencakup perawatan fisik, dukungan emosional, serta pembelajaran kepada klien.Pemberian pelayanan biasanya dilakukan ditatanan rumah, sekolah, klinik maupun tempat kerja.
2.      Pemberi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pelayanan keperawatan komunitas diberikan dengan menerapkan proses keperawatan komunitas dalam menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses ini dapat diselenggarakan secara mandiri dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya, dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dan penerima pelayanan.
3.      Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mendeteksi keadaan serta tanda-tanda dini masalah kesehatan melalui hubungan atau kontak yang terus menerus dengan klien sebagai penerapan metode epidemiologis.
4.      Pendidik
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya.Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.Selama belajar perawat mengevaluasi umpan balik dari klien.Kegiatan pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan ditiap tingkatan pelayanan kesehatan masyarakat.Isi pendidikan kesehatan berbeda-beda sesuai dengan masalah dan situasi yang ada.
5.      Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya. Perawat juga memberikan perlindungan kepada klien untuk mendapatkan hak yang sama dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan klien yang lainnya. Pelayanan yang diberikan merupakan upaya bersama dengan disiplin lain mulai dari penentuan tujuan, dan penyusunan rencana dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
6.      Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
7.      Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan Rumah sakit atau anggota Tim kesehatan yang optimal.Kolaborasi dimulai dengan menjalin penerimaan, kepercayaan, saling bertukar informasi, menyusun tujuan bersaman mengontrol diri dan interdependen sebagai bagian klien.
8.      Konselor
Perawat sebagai narasumber bagi klien didalam mengatasi masalah kesehatan.Perawat memberikan alternative pemecahan masalah berkaitan dengan masalah yang dihadapi klien tanpa harus ikut serta dalam pengambilan keputusan. Kegiatan konseling membawa klien kearah proses pemecahan masalah. Keputusan yang diambil dalam menentukan tindakan yang sesuai dengan masalahnya ditentukan oleh klien sendiri.
9.      Panutan
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan peran yang diharapkan. Dapat menjalankan kegiatannya dengan baik apabila perbuatannya sesuai dengan apa yang dikatakannya. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
10.  Peneliti
Peneliti dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktek keperawatan.Penelitian juga dapat menunjang pengembangan metode dan teknik baru dalam pemberian asuhan keperawatan.Keperawatan kesehatan komunitas juga turut serta dalam penelitian atau studi kesehatan masyarakat yang ada kaitannya dengan tugas keperawatan kesehatan komunitas.
11.  Pembaharu
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
G.    ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin atau tidak terjangkau), dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan perawatan dan rehabilitasi.Pelayan yang diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan, kelompok kerja komunitas.Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, tekhnologi tepat guna serta memanfaatkan kebijakan pemerintah.
            Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi masalah kesehatan sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap sebagai berikut :
1.      Pengkajian
            Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc.Forlace (1985), yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riyawat individu termasuk riwayat kesehatan, faktor-faktor lingkungan adalah : Lingkungan fisik, pendidikan, keamanan,transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunitas dan rekreasi.
            Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara dangan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2.      Analisa data dan diagnosa keperawatan
                   Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a.       Masalah sehat sakit
b.      Karakteristik populasi
c.       Karakteristik lingkungan
3.      Perencanaan (Intervensi)
                  Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek yaitu : primer, sekunder, dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerja sama dan proses kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1968), ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan perencanaan sosial (sosial planning), pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dan pendekatan social action, namun yang dominasi adalah dengan pendekatan locality development yang berarti mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
                  Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4.      Pelaksanaan (Implementasi)
                  Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985) :
a.       Pencegahan Primer
                  Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum sakit.Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b.      Pencegahan Sekunder
                     Menekankan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c.    Pencegahan Tersier
                    Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :
1)    Aktivitas kegiatan program
2)    Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)
5.      Evaluasi             
            Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan (proses), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a.       Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b.      Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran serta staf atau pelaksana tindakan fasilitas dan jumlah peserta.
c.       Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d.      Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah masyarakat merasa puas.
e.       Dampak : Apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi.

Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang telah dipelajari, maka mahasiswa melakukan praktek keperawatan di RW 6 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala. Laporan kegiatan praktek mahasiswa akan dilaporkan secara rinci pada BAB berikut.


BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari pendataan langsung mahasiswa program profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar pada tanggal 14-15 April 2016, jumlah kepala keluarga sekitar RW 06 RT 03 kurang lebih 50 namun yang didata hanya 38 kepala keluarga dengan alasan terdapat beberapa rumah yang tidak ditemui pemiliknya dan tidak mau didata, jadi jumlah jiwa yang didapat sekitar 176 jiwa.
Tabel 3.1
Distribusi Jumlah Status Kepala Keluarga Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Hubungan dengan KK
Frekuensi
%
KK
38
21,6
Istri/Suami
37
21,1
Anak
96
54,5
Cucu
3
1,7
Family
2
1,1
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 175 warga di RT 03, data status kepala keluarga yang tertinggi adalah anak dengan jumlah 9 (54,5%) dan yang terendah adalah family dengan jumlah 2 (1,1%).


Tabel 3.2
Distribusi Jumlah Kelompok Umur Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Kelompok Usia
Frekuensi
%
0-11 bulan
4
2,3
1-5 tahun
20
11,4
6-12 tahun
33
18,8
13-18 tahun
21
11,9
19-25 tahun
26
14,8
26-35 tahun
28
15,9
36-45 tahun
27
15,3
46-54 tahun
10
5,7
55-59 tahun
-
-
60-69 tahun
7
4,0
> 70 tahun
-
-
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data kelompok usia yang tertinggi adalah usia 26-35 tahun dengan jumlah 28 (15,9%) dan yang terendah adalah usia 0-11 bulan dengan jumlah 4 (2,3%).
Tabel 3.3
Distribusi Jumlah Jenis Kelamin Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
Laki-laki
91
51,7
Perempuan
85
48,3
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki dengan jumlah 91 (51,7%) dan yang terendah adalah perempuan dengan jumlah 85 (48,3 %).

Tabel 3.4
Distribusi Jumlah Pekerjaan Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pekerjaan
Frekuensi
%
IRT
27
15,3
Pelajar
69
39,2
Buruh harian lepas
24
13,6
Tidak bekerja
16
9,1
Peg. Swasta
19
10,8
Petani
9
5,1
Pedagang/penjual
9
5,1
Tukang
2
1,1
Sopir
1
0,6
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data pekerjaan yang tertinggi adalah pelajar dengan jumlah 69 (39,2%) dan yang terendah adalah sopir dengan jumlah 1 (0,6%).
Tabel 3.5
Distribusi Jumlah Pendidikan Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pendidikan
Frekuensi
%
Belum sekolah
25
14,2
Tidak tamat SD/MI
3
1,7
SD/MI
58
33,0
SMP/Mts
38
21,6
SMA/MA
47
26,7
Diploma/S1
5
2,8
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data pendidikan yang tertinggi adalah SD/MI dengan jumlah 58 (33,0%) dan yang terendah adalah tidak tamat SD/MI dengan jumlah 3 (1,7%).
Tabel 3.6
Distribusi Jumlah Penyakit 6 Bulan Terakhir Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Penyakit 6 Bulan Terakhir
Frekuensi
%
Tidak ada keluhan
47
26,7
Batuk/pilek
12
6,8
Demam>=5 hari
9
5,1
Demam< 3 hari
13
7,4
DBD
7
4,0
Kelainan kulit/bercak
3
1,7
Diare
20
11,4
Pegal linu
21
11,9
Sakit kepala
19
10,8
Sakit ulu hati
6
3,4
Sesak nafas
8
4,5
Lainnya
11
6,2
Total
176
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data penyakit 6 bulan terakhir yang tertinggi adalah tidak ada keluhan dengan jumlah 47 (26,7%) dan yang terendah adalah kelainan kulit/bercak dengan jumlah 3 (1,7%).






Table 3.7
Distribusi Jumlah Sumber Air Bersih Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Sumber Air Minum
Frekuensi
%
PAM
13
34,2
Sumur tembok
17
44,7
Sumur tidak tembok
6
15,8
Pompa/Mesin
2
5,3
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data sumber air bersih yang tertinggi adalah sumur tembok dengan jumlah 17 (44,7%) dan yang terendah adalah pompa/mesin dengan jumlah 2 (5,3%).
Table 3.8
      Distribusi Jumlah Kondisi Fisik Air Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa     
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Kondisi Fisik Air
Frekuensi
%
Berbau
6
15,8
Berasa
7
18,4
Keruh
3
7,9
Tidak berbau
9
23,7
Jernih
13
34,2
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data kondisi fisik air yang tertinggi adalah jernih dengan jumlah 13 (34,2%) dan yang terendah adalah keruh dengan jumlah 3 (7,9%).





Table 3.9
Distribusi Jumlah Jarak Sumber Air  Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jarak Sumber Air
Frekuensi
%
1 meter
9
23,7
2 meter
5
13,2
3 meter
11
28,9
4 meter
5
13,2
5 meter
8
21,1
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jarak sumber air yang tertinggi adalah 3 meter dengan jumlah (28,9%) dan yang terendah adalah 2 meter dengan jumlah 5 (13,2%).
Table 3.10
Distribusi Jumlah Masak Air Minum Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Masak Air Minum
Frekuensi
%
Tidak
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel atas menunjukkan bahwa dari 33 KK di RT 03, semua tidak memasak air minum.




Table 3.11
Distribusi Jumlah Masak air minum  Di RW 06 RT  03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Alasan Tidak
Frekuensi
%
Air gallon
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan  bahwa dari 38 KK di RT 03, semua warga minum air galon.
Table 3.12
Distribusi Jumlah Tempat Penampungan Air Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tempat Penampungan Air
Frekuensi
%
Tertutup
22
57,9
Terbuka
16
42,1
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data  tempat penampungan air yang tertinggi adalah tertutup dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah terbuka dengan jumlah 16 (42,1%).





Table 3.13
Distribusi Jumlah Membersihkan Tempat Penampungan Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Frekuensi Membersihkan Penampungan
Frekuensi
%
1 minggu
18
47,4
2 minggu
13
34,2
3 minggu
7
18,4
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data membersihkan penampungan tertinggi adalah 1 minggu dengan jumlah 18 (47,4%) dan yang terendah 3 minggu dengan jumlah 7 (18,4%).
Table 3.14
Distribusi Jumlah Ada Jamban Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada jamban
Frekuensi
%
Ya
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki jamban.
Table 3.15
Distribusi Jumlah Jenis Jamban Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Jamban
Frekuensi
%
Leher Angsa
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki jenis jamban leher angsa.
Table 3.16
Distribusi Jumlah SPAL Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada SPAL
Frekuensi
%
Ya
23
60,5
Tidak
25
39,5
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data SPAL yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 25 (39,5%) dan yang terendah ya dengan jumlah 23 (60,5%).
Table 3.17
Distribusi Jumlah Pembuangan Limbah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pembuangan Limbah
Frekuensi
%
Dialirkan ke got
18
47,4
Dialirkan disawah
20
52,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data pembuangan limbah yang tertinggi adalah dialirkan disawah dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah dialirkan ke got dengan jumlah 18 (47,4%).



Table 3.18
Distribusi Jumlah Tempat Sampah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tempat Sampah Sesuai Kesehatan
Frekuensi
%
Ya
19
50,0
Tidak
19
50,0
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data tempat sampah yang sesuai kesehatan adalah sama dengan jumlah 19 (50,0%)
Table 3.19
Distribusi Jumlah Buang Sampah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Dimana Membuang Sampah
Frekuensi
%
Ditempat sampah
16
42,1
Dibakar
22
57,9
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data buang sampah yang tertinggi adalah dibakar dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah ditempat sampah dengan jumlah 16 (42,1%).




Table 3.20
Distribusi Jumlah Kepemilikan Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Status kepemilikan rumah
Frekuensi
%
Milik pribadi
33
86,8
Kontrak
3
5,3
Menumpang
3
7,9
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data Kepemilikan rumah yang tertinggi adalah milik pribadi dengan jumlah 33 (86,8%) dan yang terendah adalah kontrak dan menumpang dengan jumlah 3 (7,9%).
Table 3.21
Distribusi Jumlah Jenis Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Rumah
Frekuensi
%
Permanen
14
36,8
Semi permanen
24
63,2
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jenis rumah yang tertinggi adalah semi permanen dengan jumlah 24 (63,2%) dan yang terendah adalah permanen dengan jumlah 14 (36,8%).



Table 3.22
Distribusi Jumlah Ventilasi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada ventilasi
Frekuensi
%
Ya
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki ventilasi.
Table 3.23
Distribusi Jumlah Pencahayaan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada pencahayaan
Frekuensi
%
Ya
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua pencahayaan dirumah.
Table 3.24
Distribusi Jumlah Keadaan Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Keadaan Dalam Rumah Bersih
Frekuensi
%
Ya
22
57,9
Tidak
16
42,1
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data keadaan rumah yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 16 (36,8%).
Table 3.25
Distribusi Jumlah Pekarangan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada pekarangan
Frekuensi
%
Ya
18
47,4
Tidak
20
52,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data perkarangan yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 18 (47,4%).
Table 3.26
Distribusi Jumlah Pekarangan Dimanfaatkan Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Apakah Dimanfaatkan Pekarangan
Frekuensi
%
Ya
18
47,4
Tidak
20
52,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data dimanfaatkan perkarangan yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 18 (47,4%).



Table 3.27
Distribusi Jumlah Manfaat Pekarangan Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Memanfaatkan Pekarangan
Frekuensi
%
Ditanami sayur dan buah
7
18,4
Ditanami bunga
11
28,9
Tidak dimanfaatkan
20
52,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data manfaat perkarangan yang tertinggi adalah tidak dimanfaatkan dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah Ditanami sayur dan buah dengan jumlah 7 (18,4%).
Table 3.28
Distribusi Jumlah Vektor Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Vektor  Berbahaya Bagi Kesehatan
Frekuensi
%
Lalat
16
42,1
Nyamuk
22
57,9
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data vector yang tertinggi adalah nyamuk dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah lalat dengan jumlah 16 (42,1%).








Table 3.29
Distribusi Jumlah JPKM Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada JPKM Dana Sehat
Frekuensi
%
Ya
23
60,5
Tidak
15
39,5
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jkm yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 23 (60,5%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 15 (39,5%).
Table 3.30
Distribusi Jumlah Pestisida Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Menggunakan Pestisida
Frekuensi
%
Ya
9
23,7
Tidak
29
76,3
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data Peptisida yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 29 (76,3%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 9 (23,7%).




Table 3.31
Distribusi Jumlah Alat Pelindung diri Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Menggunakan Alat Bantu Penyemprotan
Frekuensi
%
Ya
5
13,2
Tidak
33
86,8
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data APD yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 33 (86,8%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 5 (13,2%).
Table 3.32
Distribusi Jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Menggunakan Alat Kontrasepsi
Frekuensi
%
Ya
18
47,4
Tidak
20
31,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data alat kontrasepsi yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (31,6%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 18 (47,4%).









Table 3.33
Distribusi Jumlah Jenis Kontrasepsi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Kontrasepsi
Frekuensi
%
Suntik
6
15,8
Pil
12
31,6
Kb alami
20
52,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jenis kontrasepsi yang tertinggi adalah kb alami dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah suntik dengan jumlah 6 (15,8%).
Table 3.34
Distribusi Jumlah Informasi Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Dapat Informasi Kesehatan
Frekuensi
%
Ya
20
52,6
Tidak
18
47,4
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data informasi kesehatan yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 18 (47,4%).



Table 3.35
Distribusi Jumlah Pemeriksaan Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Dimana Periksa Kesehatan
Frekuensi
%
PKM
25
65,8
RS
6
15,8
Dokter praktek
7
18,4
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data pemeriksaan kesehatan yang tertinggi adalah PKM dengan jumlah 25 (65,8%) dan yang terendah adalah RS dengan jumlah 6 (15,8%).
Table 3.36
Distribusi Jumlah Tanggapan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tanggapan Terhadap Petugas Kesehatan
Frekuensi
%
Baik
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua tanggapan warga terhadap petugas kesehatan baik.
Table 3.37
Distribusi Jumlah Kunjungan Petugas Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah  Pernah Dikunjungi Petugas Kesehatan
Frekuensi
%
Tidak
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua tidak pernah dikunjungi oleh petugas kesehatan.
Table 3.38
Distribusi Jumlah Jentik Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Ada Jentik Pada Penampungan
Frekuensi
%
Ya
13
34,2
Tidak
25
65,8
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jentik yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 25 (65,8%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 13 (34,2%).
Table 3.39
Distribusi Jumlah DBD Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Ada Penderita DBD Setahun Terakhir
Frekuensi
%
Ya
7
18,4
Tidak
31
81,6
Total
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data DBD yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 31 (81,6%) dan yang terendah adalah ya dengan jumlah 7 (18,4%).




Table 3.40
Distribusi Jumlah Menu Makanan Tiap Hari Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Menu Harian Ada Sayur & Lauk
Frekuensi
%
Ya
38
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan  bahwa dari 38 KK di RT 03, semua menu makanan tiap hari adalah sayur dan lauk pauk.
Table 3.41
Distribusi Jumlah Umur Balita Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur Balita
Frekuensi
%
1 tahun
5
25,0
2 tahun
5
25,0
3 tahun
3
15,0
4 tahun
4
20,0
5 tahun
3
15,0
Total
20
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data umur yang paling tertinggi adalah 1 dan 2 tahun dengan jumlah 5 (25,0%) dan yang terendah 3 dan 5 tahun dengan jumlah 3 (15,0%).




Table 3.42
Distribusi Jumlah Jumlah Kelamin Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Kelamin Balita
Frekuensi
%
Laki-laki
8
40,0
Perempuan
12
60,0
Total
20
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data jenis kelamin balita yang paling tertinggi adalah perempuan dengan jumlah 12 (60,0%) dan yang terendah laki-laki dengan jumlah 8 (40,0%).
Table 3.43
Distribusi Jumlah Berat Badan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Berat Badan balita
Frekuensi
%
6-9 kg
9
45,0
10-13 kg
8
40,0
14-17 kg
3
15,0
Total
20
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data berat badan balita yang paling tertinggi adalah 6-9 kg dengan jumlah 9 (45,0%) dan yang terendah 14-17 kg dengan jumlah 3 (15,0%).



Table 3.44
Distribusi Jumlah Imunisasi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Pernah Di Imunisasi
Frekuensi
%
Ya
20
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, semua pernah diimunisasi.
Table 3.45
Distribusi Jumlah Jenis Imunisasi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Imunisasi
Memperoleh
%
Total
Ya
Tidak
Ya
Tidak
BCG
20
-
100,0
-
100,0
DPT 1
19
1
95,0
5,0
100,0
DPT 2
19
1
95,0
5,0
100,0
DPT 3
19
1
95,0
5,0
100,0
Polio 1
19
1
95,0
5,0
100,0
Polio 2
19
1
95,0
5,0
100,0
Polio 3
19
1
95,0
5,0
100,0
Polio 4
19
1
95,0
5,0
100,0
Campak
18
2
90,0
10,0
100,0
Hepatitis
19
1
95,0
5,0
100,0
Jumlah
20
100,0
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data tertinggi yaitu balita yang mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah 18 orang (90,0%) dan data yang terendah yaitu balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah 2 orang (10,0%).

Table 3.46
Distribusi Jumlah Asi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
ASI Eklusif
Frekuensi
%
Ya
16
80,0
Tidak
4
20,0
Total
20
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data Asi yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 16 (80,0%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 2 (20,0%).
Table 3.47
Distribusi Jumlah Umur Bayi Hari Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur bayi
Frekuensi
%
1 bulan
1
25,0
2 bulan
1
25,0
4 bulan
1
25,0
10 bulan
1
25,0
Total
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan  bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, yang berumur 1 bulan berjumlah 1 orang (25,0%), umur 2 bulan 1 orang (25,0%), umur 4 bulan 1 orang (25,0%) dan umur 10 bulan 1 orang (25,0%).



Table 3.48
Distribusi Jumlah Jenis Kelamin Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis kelamin Bayi
Frekuensi
%
Laki-laki
1
25,0
Perempuan
3
75,0
Total
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data jenis kelamin bayi yang tertinggi adalah perempuan dengan jumlah 3 (75,0%) dan yang terendah adalah laki-laki dengan jumlah 1 (25,0%).
Table 3.49
Distribusi Jumlah Berat Badan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Berat Badan Bayi
Frekuensi
%
1-3 kg
1
25,0
4-5 kg
2
50,0
> 6 kg
1
25,0
Total
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data berat badan bayi yang tertinggi adalah 4-5 kg dengan jumlah 2 (50,0%) dan yang terendah adalah 1-3 kg dan > 6 kg dengan jumlah 1 (25,0%).



Table 3.50
Distribusi Pemeriksaan K4 Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pemeriksaan K4 Lengkap
Frekuensi
%
Ya
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua melakukan pemeriksaan K4.
Table 3.51
Distribusi Jumlah Penolong Persalinan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Penolong Persalinan
Frekuensi
%
Tenaga kesehatan (dokter/Bidan)
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua .melakukan penolong persalinan di petugas kesehatan.
Table 3.52
Distribusi Jumlah Tempat Persalinan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tempat Persalinan
Frekuensi
%
RS
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data tempat persalinan semua di Rumah Sakit.


Table 3.53
Distribusi Jumlah Neonatus Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Neonatus
Frekuensi
%
Ya
4
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua neonatus pernah di periksa petugas kesehatan.
Table 3.54
Distribusi Jumlah Anak Sulit Makan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Anak Sulit Makan
Frekuensi
%
Ya
32
59,3
Tidak
22
40,7
Total
54
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data anak sulit makan yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 32 (59,3%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 22 (40,7%).





Table 3.55
Distribusi Jadwal Harian Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah Anak Memiliki Jadwal Harian
Frekuensi
%
Ya
39
72,2
Tidak
15
27,8
Total
54
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data anak memiliki jadwal harian yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 39 (72,2%) dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 15 (27,8%).
Table 3.56
Distribusi Jumlah Masalah Anak/Remaja Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Masalah Yang Sering Dialami Anak/Remaja
Frekuensi
%
Sulit belajar
22
40,7
Kurang bisa bergaul
15
27,8
Kurang PD
3
5,6
Lain-lain
14
25,9
Total
54
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data masalah yang sering dialami yang tertinggi adalah sulit belajar dengan jumlah 22 (40,7%) dan yang terendah adalah kurang PD dengan jumlah 3 (5,6%).



Table 3.57
Distribusi Jumlah Yang Dilakukan Remaja Jika Punya Masalah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jika Punya Masalah Yang Dilakukan Anak/Remaja
Frekuensi
%
Bercerita ke teman/ orang lain/saudara
20
37,0
Bercerita kepada orang tua
26
48,1
Marah/mengamuk
7
13,0
Bermain
1
1,9
Total
54
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data jika punya masalah yang tertinggi adalah bercerita kepada orang tua dengan jumlah 26 (48,1%) dan yang terendah adalah bermain dengan jumlah 1 (1,9%).
Table 3.58
Distribusi Jumlah Pemanfaatan Waktu Luang Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Waktu Luang Anak/Remaja
Frekuensi
%
Karang taruna/organisasi sekolah
7
13,0
Masjid/keagamaan
16
29,6
Membantu ortu
18
33,3
Olahraga
5
9,3
Lain-lain
8
14,8
Total
54
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data waktu luang yang tertinggi adalah membantu orang tua dengan jumlah 18 (33,3%) dan yang terendah adalah olahraga dengan jumlah 5 (9,3%).


Table 3.59
Distribusi Jumlah Umur Lansia Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur Lansia
Frekuensi
%
55-59 tahun
-
-
60-69 tahun
7
100,0
> 70 tahun
-
-
Total
7
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03 berumur 60-69 tahun.
Table 3.60
Distribusi Jumlah Tempat Pengobatan Penyakit Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Dengan Adanya Penyakit
Frekuensi
%
Berobat kesarana yankes
2
28,6
Berobat ke praktik tenaga kesehatan
3
42,9
diobati/diatasi sendiri
2
28,6
Total
7
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data penyakit yang tertinggi adalah berobat ke praktik tenaga kesehatan dengan jumlah 3 (42,93%) dan yang terendah adalah Berobat kesarana yankes dan diobati/diatasi sendiri dengan jumlah 2 (28,6%).



Table 3.61
Distribusi Jumlah Pemeriksaan Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Periksa Kesehatan
Frekuensi
5
1x
1
14,3
Jika sakit saja
6
85,7
Total
7
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data pemeriksaan kesehatan yang tertinggi adalah Jika sakit saja dengan jumlah 6 (85,7%) dan yang terendah adalah 1 kali dengan jumlah 1 (14,3%).
Table 3.62
Distribusi Jumlah Kegiatan Lansia Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apa kegiatan lansia
Frekuensi
%
Memelihara hewan
2
28,6
Menonton Tv
5
71,4
Total
7
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data kegiatan lansia yang tertinggi adalah menonton TV dengan jumlah 5 (71,4%) dan yang terendah adalah Memelihara hewan dengan jumlah 2 (28,6%).




Table 3.63
Distribusi Jumlah Bantuan yang dibutuhkan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Bentuk Bantuan Apa Yang Diharapkan Masyarkat
Frekuensi
%
Dana Sehat
2
28,6
Penyuluhan kesehatan
5
71,4
Total
7
100,0
Data Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data bantuan yang dibutuhkan yang tertinggi adalah penyuluhan kesehatan dengan jumlah 5 (71,4%) dan yang terendah adalah dana sehat dengan jumlah 2 (28,6%).
Setelah dilakukan survey dan analisa data berdasarkan data pada bulan April tahun 2016 diadakan pertemuan dan  tukar pendapat bersama masyarakat yang bertujuan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang muncul dan bersama-sama dengan masyarakat untuk menetapkan Plan Of Action dari masalah yang muncul tersebut. Dari hasil curah pendapat tersebut diatas, maka dapat menentukan masalah yang benar – benar menjadi prioritas di RW IV RT 03 Kelurahan Tamangapa, yaitu : Masalah resiko terjadinya penyakit DBD, Masalah potensial masyarakat dalam meningkatkan kesehatan balita, dengan analisa data sebagai berikut :


NO
DATA
Penyebab
Diagnosa Keperawatan
Komunitas
1
a.       Vector nyamuk  47,6%
b.      Dari 38 KK terdapat 22 KK yang lingkungannya kurang bersih bersih 57,9%
c.       Jumlah penyakit yang diderita batuk 6,8% demam  <5 hari 5,1%, demam >3 hari 7,4%, DBD 4,0%, kelainan kulit 1,7%, diare 11,4%, pegal linu 11,4%, sakit kepala 10,8%, gastritis 3,4%, sesak napas 4,5%

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan
Resiko terjadinya penyakit DBD pada masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa b/d kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan

2
a.       Dari 176 jiwa terdapat  20 balita
b.       Dari 20 balita, 12 balita yang kurang nafsu makan
tingginya  kesadaran ibu terhadap kesehatan balita

 Potensial masyarakat  RT 03  RW 06 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita b/d tingginya  kesadaran ibu terhadap kesehatan balita

No
Diagnosa  Keperawatan Komunitas
1
2
3
4
5
6
7
8
Total skor
DX
T
W
D
P
O
1.







2.




Resiko terjadinya penyakit DBD pada masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa b/d kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan

Potensial masyarakat  RT 03 RW 06 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita b/d tingginya  kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
1







1
2







1





3







1







2







1








1







1







3







1







1







1







1







1







1







1



2







1

2







1



1







1


20







12


1







2


Keterangan:
1.    Sesuai dengan peran perawat komunitas  
2.    Jumlah yang  beresiko                   
3.    Besarnya resiko     
4.    Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5.    Minat masyarakat                          
6.    Kemungkinan untuk diatasi          
7.    Sesuai dengan program pemerintah


1.   SumberDaya
O : Orang
P : Peralatan
D : Dana
   W : Waktu
    T :Tempat

Lambang Skor
1.   Kurang/sedikit
2.   Cukup
Baik/banyak



BAB IV
PEMBAHASAN
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat.
Melalui pengkaderan dan pembentukan kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) di RT 03 RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala mulai tanggal  11 April 2016 sampai 21 Mei 2016, hingga melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan remaja sehingga dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang praktik keperawatan komunitas
1.      Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi : umur. pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan ekonomi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta observasi langsung berdasarkan format pengkajian .
Analisis Swot :

1.      Strength / kekuatan

a.       Mahasiswa telah dibekali  pengetahuan tentang teori-teori pengkajian komunitas semasa di bangku perkuliahan.
b.      Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif dari seluruh masyarakat kelurahan tamangapa, termasuk para tokoh pemuda, tokoh agama, dan seluruh pengurus pokjakes/kader Kesehatan, pihak puskesmas serta aparat pemerintah.

2.      Weakness / kelemahan

Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang diperoleh hal ini diakibatkan kurang efektifnya bahasa, tingkat pendidikan  rendah  yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan, Kepala keluarga yang tidak ada pada saat pendataan, dan lingkungan yang berjauhan dan keadaan jalan yang kurang baik untuk di tempuh dengan kendaraan  sehingga menyulitkan pendataan.

3.      Opportunity / kesempatan

Kesempatan dari  tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik dari masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.  Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan

4.      Threat / ancaman

a.       Adanya miskomonikasi yang menjadikan kesalahan dalam interpretasi data
b.      Jawaban hasil pendataan yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena bersifat subjektif.

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu atau kelompok terhadap masalah kesehatan baik yang aktual maupun yang potensial. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan baik yang ditemukan saat pengkajian (aktual), maupun yang mungkin timbul kemudian (potensial) dan diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan intervensi keperawatan. 
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di RT 02 RW 06 kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala ditemukan limadiagnosa antara lain:
a.       Resiko terjadinya penyakit DBD sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan.
b.      Potensial masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita.


3.      Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting dari proses keperawatan dimana setelah dianalisa dan skoring masalah kemudian ditentukan rencana tindakan guna penyelesaian masalah.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dibuat dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Adapun rencana keperawatan yang disusun harus mencakup:
1.      Perumusan tujuan
2.      Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan
3.      Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat perencanaan keperawatan komunitas.
Analisis SWOT :
a.      Kekuatan pada perencanaaan ini adalah motivasi dari pemerintah setempat, puskesmas, kader kesehatan ,  Pokjakes dan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama serta remaja mesjid untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan, terbukti adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut serta menjadi anggota dalam Pokjakes, bantuan materil,  tenaga dan tempat.
b.      Kelemahan pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana (donator) yang dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk menghadapi kendala dana tersebu
c.       Kesempatan dalam perencanaan ini adalah banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan sehingga mereka menyempatkan diri sebagai penanggung jawab dalam beberapa kegiatan. Bantuan dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan berupa kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
d.      Ancaman pada perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan sebagai petani, buruh, PNS dan swasta, dll,  mungkin beberapa diantara mereka pergi ke kebun atau ke sawah, faktor cuaca (musim hujan). Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat dipastikan dari saat penyusunan perencanaan ini.
4.      Implementasi
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang ada.
Masalah kesehatan I : Resiko terjadinya penyakit DBD sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Analisis SWOT :
a.      Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan Pokjakes, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
b.     Kelemahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpartisifasi dalam hal kerja bakti untuk membersihkan lingkungan kelurahan tamangapa.
c.      Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
d.     Ancaman dalam kegiatan ini adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program kegiatan yang dilaksanakan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan keadaan cuaca yang kurang bersahabat (musim hujan).
Masalah kesehatan II : Potensial masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
Analisis SWOT :
a.       Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
b.      Kelemahannya  kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit yang diderita ke pelayanan ( Puskesmas ) setempat
c.       Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya penyuluhan pemeriksaan kesehatan balita melalui posyandu.
d.      Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari aparat pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam tindak lanjut program, Motivasi dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada serta program yang dibuat.
5.      Evaluasi
Berdasarkan respon verbal dan non verbal menurut teori Anderson dapat disimpulkan hasil evaluasi bahwa :
1.      Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari masyarakat.
2.      Pada pelaksaaan kegiatan (implementasi) biasanya masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran apalagi jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan materi.
3.      Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari kader/pokjakes setempat, tokoh masyarakat, puskesmas dan swadana mahasiswa sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang dengan berbagai alasan terutama masalah financial dan waktu yang tersedia.
4.      Masih ada kegiatan yang belum terlaksana karena Kondisi cuaca, dukungan dan motivasi dari masyarakat yang  kurang dan  keterbatasan fasilitas yang dibutuhkan.
5.      Tindak lanjut dari aparat kesehatan terkait ( Puskesmas, ketua RW 06)  sangatlah perlu terutama dalam meningkatkan  motivasi  dan kesadaran masyarakat untuk sehat melalui kegiatan mereka sendiri.
6.      Perlunya kerjasama pihak puskesmas dengan POKJAKES yang telah terbentuk agar supaya program-program yang telah dilaksanakan tetap berkelanjutan dan terus melakukan bimbingan serta evaluasi hasil kerja POKJAKES di  RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala.



BAB V
P E N U T U P
A.    Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Komunitas sebagai salah satu  penerapan dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan komunitas bertujuan  untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh melalui kerjasama  dan peranserta masyarakat, sedangkan fokus  keperawatan individu, kelompok, keluarga menekankan pada pencegahan penyakit  dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Dalam kegiatan ini mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengkajian,  menetapkan masalah, menentukan prioritas, membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan evaluasi. Adapun masalah kesehatan yang  ditemukan di kelurahan Tamangapa adalah : Resiko terjadinya penyakit DBD sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan. Potensial masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut antara lain : Melaksanakan kerja bakti, penyuluhan DBD dan PHBS serta pemeriksaan kesehatan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang kedua yaitu melakukan pemberian makanan pendamping ASI.
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil antara lain, meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan melalui penyuluhan dan terlaksananya kegiatan kerja bakti, lingkungan sekitar RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa tampak bersih.
Keberhasilan yang dicapai merupakan tanda adanya peningkatan peran serta masyarakat melalui Kelompok Kerja Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, remaja mesjid, Puskesmas, dan pemerintah setempat. Dan secara umum adalah karena adanya dukungan penuh dari masyarakat RT 03 RW 06 kelurahan tamangapa.
B.     Saran
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas serta aparat pemerintah setempat mulai bupati sampai lingkungan perlu dipertahankan / ditingkatkan dimasa-masa mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas yang berkualitas.
2.      Kerja sama antara POKJAKES dan instansi terkait agar tetap dipertahankan dan dikembangkan sehingga  program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.
3.      Puskesmas dan pemerintah setempat  sebaiknya memberikan pembinaan yang berkesinambungan kepada POKJAKES agar termotivasi untuk melaksanakan program-program kesehatan termasuk dalam melakukan pembinaan  pada keluarga yang berisiko.
4.      Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat  untuk menindaklanjuti  hasil dari berbagai  kegiatan praktik mahasiswa.
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar