BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahan pangan karbohidrat yang merupakan bahan pangan
pokok yang disimpan digudang maupun yang dijual di pasar tradisional atau
swalayan dalam jumlah besar antara lain beras, kacang tanah, kacang hijau, dan jagung disebabkan
oleh jamur. Faktor yang sangat mendukung
pertumbuhan jamur pada bahan pangan di Indonesia adalah kondisi iklim seperti
curah hujan, suhu, dan kelembaban (Indrawati dkk, 2006).
Jamur dapat menyebabkan berbagai tingkat
dekomposisi bahan pangan. Selain itu, jamur dapat tumbuh pada hasil pertanian
sebelum dipanen, hasil panen yang sedang disimpan, bahan pangan yang telah
diolah maupun yang dijual di pasar.
Bahan pangan yang mengalami dekomposisi oleh jamur dapat membusuk dan
bernoda dengan warna tertentu (Tournasdkk,
2001). Spesies utama jamur yang dapat mengkontaminasi bahan pangan antara lain
Aspergillus flavus, A. oryzae, A. ochraceus, A. tamarii, Penicillium puberulum, P. Citrinum, P. italicum, P. chrysogenum, P. expansum,
A. wentii, Alternaria alternata, A.
melleus, A. terreus, dan
A. Niger
yang mampu memproduksi zat racun
yaitu mikotoksin yang menyebabkan kerusakan pada makanan (Ganjar dkk, 2006).
Fungi (jamur) termaksud dalam phylum
Thallophyta. Sebagai besar hidup sebagai saprophytis dan sebagian kecil sebagai
parasit pada tumbuhan hewan dan manusia.
Fungi mempunyai dinding sel dan inti yang
jelas. Dapat berupa sel tunggal,
misalnya, ragi, atau terdiri atas banyak sel. Yang terdiri atas banyak sel,
bentunya memanjang berupa filamen yang disebut
hyphe. Hyphe ini ada yang berseptum ada yang tidak. Bila hyphe ini terus
tumbuh dan bercabang-cabang, terbentuklah tumbuhan yang disebut miselium,
miselium yang menonjol dari permukaan substrat disebut miselium aerial,
miselium menembus kedalam substrat dan yang mengabsorpsi zat makanan disebut
miselium vegetatif (Entjang, 2001 )
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
mahkluk hidup eukariotik heterotrof yang
mencernar makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi kedalam
sel-selnya fungi memiliki bermacam-macam bentuk, sebagian besar anggota fungi sebagai
jamur, kapang, atau ragi, fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual,
perbanyak seksual dengan cara dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyak aseksual
dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa, jamur memiliki
kotak spora disebut sporangium (Tamher, 2008)
Aspergillus flavus adalah
jamur yang bersifat saprofit yang dapat ditemukan di tanah, di udara bebas dan pada bahan
pangan. Semua bahan pangan yang mengandung aflatoksin memiliki ambang batas
sebesar 30 ppb (partper billion). Cara penyimpanan yang kurang tepat dan
banyaknya bahan yang diproses secara tidak baik dapat mempercepat kontaminasi dengan
aflatoksin (Edyansyah, 2013).
Beberapa jenis makanan yang terkontaminasi
jamur A. flavus yakni pada hasil
panen yang mengandung minyak, misalnya
kacang-kacangan, serealia, cabe, biji kapas dan, jagung.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu
subtrat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai jamur
diantaranya yaitu Aspergilus flavus. Jagung
yang sering dikonsumsi belum terjamin kelayakannya. Penyimpanan yang terlalu
lama didalam gudang dapat menimbulkan tumbuhnya spora jamur yang berukuran
kecil karena kondisi suhu maupun udara yang tidak sesuai di tempat penyimpanan. 30%
penyakit bersumber pada makanan terutama
bahan makanan pokok (Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
Menurut penelitian
Retnowati, dkk (2013) mengatakan pertumbuhan kapang Monascus purpureus, Aspergillus flavus dan Penicillium sp pada media beras, jagung dan kombinasi beras
jagung
sangat didominasi
oleh A. flavus dengan membentuk simbiosis amensalisme.
Menurut Desy, dkk (2014) pada penelitian identifikasi jamur A. flavus pada biji kacang tanah
busuk atau keriput yang dijual di pasar seputaran wilayah Kesiman
kecamatan Denpasar Timur ditemukan hasil positif adanya jamur
A. flavus sebanyak 11 sampel
dengan persentase 37% dan sampel lainnya
terkontaminasi jamur A. niger dan A. fumigatus dengan hasil negatif sebesar 63%. Hasil penelitian
Amalia (2012 ) yaitu identifikasi jamur A. flavus pada kacang tanah (Arachis hypogaea. L ) yang dijual di Pasar Kodim Pekan baru ditemukan lima sampel kacang tanah yang positif terkontaminasi jamur Aspergillus niger dan A. Fumigatus
Jamur sangat erat kaitannya dengan
kehidupan dan kesehatan. Jamur dapat hidup dimana saja bahkan tanpa disadari
dalam makanan yang kita konsumsi sekalipun. Hal ini sehubungan dengan
meningkatnya penyakit diantaranya keracunan, sakit perut, muntah, kelainan
kulit, aspergilious dan lain-lain yang muncul akibat jamur yang terdapat pada
makanan. Jagung merupakan komoditas kedua yang dibeli oleh masyarakat sebagai
makanan pokok setelah beras. Jagung yang dijual secara
langsung di Pasar Terong berasal dari berbagai wilayah di Sulawesi Selatan yang
dikirim langsung pasca panen. Sebagian besar jagung disimpan didalam karung
yang terikat dan terkadang disimpan selama berhari-hari di dalam gudang. Kondisi
suhu yang tidak sesuai sehingga bisa membuat jamur bisa lengket pada jagung
tersebut ketika dijual di pasar dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian
identifikasi jamur A. flavus pada jagung yang dijual di Pasar Terong kota
Makassar.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah jagung (Zea mays L.) yang dijual di Pasar Terong Kota Makassar terkontaminasi jamur Aspergillus
flavus ?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk
mengidentifikasi jamur Aspergillus flavus pada jagung yang
busuk dan segar yang dijual di
Pasar Terong Kota Makassar.
2. Tujuan
khusus
Untuk
mengidentifikasi jamur Aspergillus flavus pada biji
jagung yang busuk dan segar yang disimpan selama 5-6 hari
pada media Sabarouth Dextrosa Agar
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Akademik
Sebagai
sumbangsih kepustakaan ilmiah bagi program studi D III Analisis Kesehatan Stykes Mega Rezky Makassar.
2.
Praktisi
Sebagai
informasi bagi praktisi laboratorium kesehatan terhadap hasil identifikasi
jamur Aspergillus flavus pada biji jagung (Zea
mays L) yang dijual di Pasar Terong
Kota Makassar.
3.
Masyarakat
Sebagai informasi
kepada masyarakat agar lebih teliti dalam menentukan atau memilih jagung (Zea
mays L.) yang dijual di Pasar Terong Kota Makassar yang layak untuk dikonsumsi dan baik bagi
kesehatan.
4.
Peneliti
Sebagai khasanah
keilmuan yang diaplikasikan dalam suatu Karya Tulis Ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tanaman Jagung ( Zea mays L.)
1.
Pengertian
Jagung
(Zea mays L) merupakan tanaman
semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 –
150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan (Suprapto, 2001).
Jagung
(Zea mays L) adalah termasuk tanaman
monokotil (tumbuhan berbiji tunggal) sehingga perakarannya pun tergolong akar
serabut yang kedalamannya dapat mencapai 8 meter, meskipun sebagian besar
berada pada kisaran 2 meter. Batang tanaman jagung tegak dan mudah terlihat,
seperti sorgum dan tebu (Suprapto, 2001).
Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak, fungsi ligula adalah mencegah
air masuk kedalam kelopak daun dan batang, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut (Purwono dan Hartono,
2006).
Bunga
betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (Monoecious). Bunga betina berwarna putih panjang dan
biasa disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari
disepanjang rambutnya. Tiap kuntum memiliki struktur khas bunga dari suku
Poeceae yang disebut flore. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman berupa
karangan bunga (Inflorescence), serbuk sari berwarna kuning dan beraroma
khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara
batang dan 8 pelepah daun (ketiak daun). Bunga jantan cenderung siap untuk
penyerbukan 2–5 hari lebih dini dari bunga betinanya (Protandri). Penyerbukan
pada jagung terjadi
bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol
(bunga betina). Pada jagung umumnya
terjadi
penyerbukan silang (Cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman
lain. Sangat jarang penyerbukan
yang serbuk sarinya dari tanaman sendiri (Purwono dan Hartono, 2006).
Tanaman jagung (Zea mays L) mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung
varietas. Varietas Hibrida Bisi Dua rata–rata memiliki 2 tongkol. Tongkol
jagung diselimuti oleh daun kelebot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian
bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10–9 dan 16 baris biji jagung yang terdiri
dari 200 – 400 butir biji jagung. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian
paling luar disebut pericrap. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang
merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio
atau lembaga (Purwono dan
Hartono, 2006).
2.
Manfaat Jagung (Zea mays L)
Jagung
merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian masyarakat, selain
gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat
yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji
jagung. Karbohidrat itulah yang dapat menambah atau memberikan asupan kalori
pada tubuh manusia, yang merupakan sumber tenaga sehingga jagung dijadikan
sebagai bahan makanan pokok (Mubyarto, 2012).
Menurut
(Mubyarto, 2012) manfaat jagung sebagai berikut :
1) Buahnya
merupakan sumber karbohidrat bagi manusia sebagai salah satu sumber pangan
pokok.
2) Daunnya
dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau.
3) Batangnya
yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.
4) Kulit
dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret pada rokok,
serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil seperti dodol.
5) Buahnya
dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi jagung, jagung bakar,
berondong (popccorn), dan juga sebagai pakan ternak.
3.
Klasifikasi tanaman
jagung
Kingdom
: Plantae
(tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub
Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Familia
: Graminaceae
Genus
: Zea
Species
: Zea mays L. (Mubyarto, 2012).
Gambar
2.1. Tanaman Jagung (Mubyarto,
2012).
A.
Tinjauan
umum jamur
1.
Pengertian
jamur (fungi)
Mikologi (mykes dan
logos) : ilmu yang mempelajari
tentang jamur. Jamur merupakan organisme protista eukariotik, khemoheterotrof,
reproduksi secara seksual dan atau aseksual, struktur vegetatif berupa sel
tunggal atau berfilamen.
Mikologi
ialah telah mengenai protista eukariotik nonfotosintetik yang
disebut
fungi. Fungi atau jamur (cendawa) adalah organisme heterotrofik mereka
memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik
mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan
yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang
kemudian di kembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya
jadi sangat menguntungkan bagi manusia, sebaliknya juga dapat merugikan kita
bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan-bahan lain, pada
manusia dan hewan sebagai “primary
pathogen” maupun “opportunistic
pathogen”, juga dapat menyebabkan alergi dan keracunan.
Umumnya jamur penyebab penyakit hanya
dapat dilihat melalui mikroskop, jamur tumbuh subur ditempat lembab, itulah
sebabnya jamur banyak hidup di indonesia. (Irianto, 2014)
Menurut (Sukarminah, 2008), jamur
merupakan mahluk hidup berbentuk sel atau benang bercabang mempunyai dinding
dan kitin atau keduanya mempunyai prortoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti. Tidak memmpunyai klorofil dan berkembang biak secara seksual, aseksual
atau keduanya.
2.
Sifat
umum jamur
a.
Termaksud protista
eukariotik
b.
Khemoheterotrof dan
khemoorganotrof
c.
Saprofit atau parasit
d.
Struktur vegetatif
berupa uniseluler (yeast-khamir) atau multiseluler/berfilamen
(mold-kapang,cendawa)
e.
Reproduksi seksual dan
aseksual
3. Karakteristik jamur
1.
Yeast (khamir):
1)
Uniseluler
2)
Non filamentous,
membentuk pseudohifa
3)
Bentuk oval/spheris
4)
Umumnya non motil
5)
Reproduksi
aseksual: pembelahan (fission) dan
seksual
6)
Facultative anaerob.
2.
Kapang (molds)
1)
Multiseluler
2)
Reproduksi seksual dan
aseksual
3)
Berfilamen / benang
disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium
Macam
/ tipe hifa:
a.
Hifa non septa (
ceonocytic ) : hifa tidak bersepta
b.
Hifa bersepta
(acoenocytic) uninucleate ( 1 inti )
atau multinucleate (banyak inti)
c.
Hifa vegetatif : hifa
yang berfungsi untuk nutrisi
d.
Hifa reproduksi atau
aerial hifa : hifa yang berfungsi untuk reproduksi / pembentuk spora.
e.
Pseudohifa : kuncup
membentuk sel rantai pendek
2.
Demorfik
1)
Mempunyai 2 bentuk pada
pertumbuhannya, yaitu pada bentuk
kapang dari hifa vegetatif dan aerial hifa sedangkan bentuk khamir dari
budding.
2)
Banyak terdapat pada
jamur pathogen
3)
Dipengaruhi oleh suhu
37°C sebagai bentuk khamir dan pada suhu 25°C sebagai bentuk kapang
3.
Cendawan
1.
Merupakan jamur tingkat
tinggi tersusun sebagai talus
2.
Umumnya makroskopik
3.
Menghasilkan mikotoksin
4.
Reproduksi
Ada dua macam cara reproduksi yaitu :
1. Aseksual,
secara fission (pembelahan),
budding
(kuncup), pembentukan spora aseksual
2. Seksual
, secara fusi (peleburan nukleus dari dua gamel, induk dan menghasilkan spora
seksual melalui 3 fase yaitu:
1)
Plasmogami : nukleus
haploid dari sel donor (+) penetrasi ke sitoplasma sel resiplen (-)
2) Karyogami
: inti (+) dan (-) berfungsi membentuk zygot inti diploid
3) Meiosis
: inti diploid menghasilkan inti haploid ( spora seksua ) dan beberapa
rekombinan genetik.
Adanya reproduksi
seksual dan aseksual maka jamur mempunyai siklus hidup (life cycle), jamur yang
menghasilkan spora sexual dan asexual disebut teleomorphs, sedangkan jamur yang
menghasilkan spora asexual saja disebut anamorphs.
Macam-macam spora aseksual:
a)
Conidiaspora-conidia
(tunggal:conidium)
b)
Sporangiumspora: spora
yang dibentuk dalam sporangium
c)
Oidia (tunggal:oidium)
= arthospora: spora hasil fragmentasi
hifa
d)
Klamidospora: spora
aseksual berdinding tebal
e)
Blastospora : spora
pembentukan budding
Macam-macam
spora seksual
a)
Ascospora : spora yang
dibentuk dari ascus
b)
Basidiospora : spora
yang dibentuk dari basidium
c)
Zygospora : spora
berdinding tebal hasil fusi gametangia
d)
Oospora : spora hasil
pembentukan oogonium dan anteridium
5.
Fisiologi
1) Habitat
: pada lingkungan kadar
gula tinggi (osmofilik) dan pH asam / asidofil kira-kira pH 5
2) Yeast
bersifat facultative (aerob dan anearob), kapang bersifat aerob
3) Punya
kisaran suhu pertumbuhan yang luas : saprofit (22-30 °C), pathogen (30-37 °C)
4) Khemoheterotrof,
umumnya butuh kadar gula 4%
5) Tumbuh
baik pada substansi dengan kelembaban rendah
6) Membutuhkan
sumber N lebih sedikit dibandingkan bakteri
( Harti, 2014)
6.
Klasifikasi
jamur
Penanaman
dalam taksonomi fungi selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan dan hasil
penelitian terakhir yang berdasarkan sifat morfologi dan teori biologi. Dengan
demikian, dalam dunia fungi belum ada sistem taksonomi yang seragam, penyebutan
pada setiap taksa sering berubah, spesies fungi dapat memiliki beberapa nama
ilmia bergantung dari cara siklus hidup dan reproduksinya. Devisi atau fila
yang diklasifikasi berdasarkan stuktur alat perkembangbiakan seksualnya
(Subandi, 2010)
Berdasarkan cara reproduksi,
terbagi atas 2 kelompok
a. Jamur perfect (perfect fungi): jamur melakukan reproduksi aseksual dan seksual
b. Jamur inperfect (impperfect fungi): jamur melakukan reproduksi aseksual saja
Jamur tebagi 4 klas
jamur sejati (true atau filamentous fungi)
dalam kingdom
fungi yaitu
a.
Phycomycetes
b.
Ascomycetes
c.
Basidiomycetes
d.
Deuteromycetes
7. Peranan
Jamur
a.
Menguntungkan, contoh:
a)
Bidang industri,
contoh:
Saccharomyces elipsoides gliserol
Saccharomyces cerevisiae fermentasi alkohol
Aspergillus niger sintesa asam sitrat, asam oksalat
Monascus purpureus produksi angkat (zat warna merah)
b)
Produk antibiotik, contoh: penicillium notatum
dan P. Chrysogenum penisilin
c)
PST (Protein Sel
Tunggal) = SCP (Single Cell Protein) contoh Torulopsis utilis
d)
Penghasil enzim
selulase untuk menghilangkan dinding sel tumbuhan menghailkan cairan buah yang
jernih.
Neurospora
sitophila = oncom
Aspergillus
oryzae =
kecap, oncom
Zymomonas
mobilis = tape, tuak
Saccharomyces
cerevisiae = tape
e)
Decomposter
selulosa tanaman : Trichoderma
viride
f)
Jamur simbiotik tanaman
disebut mycorhizae pada akar untuk absorbsi mineral dan air dari tanah
b.
Merugikan , contoh:
a)
Reaksi hipersensitivitas:
spora sebagai allergen
b)
Mikosis: infeksi oleh
jamur patogen
c)
Mikotoksikosis:
intoksikasi oleh jamur
d)
Misertismus: keadaan
sakit akibat mengkonsumsi jamur beracun
e)
Kerusakan pangan:
menyebabakan kebusukan pangan dan
perubahan secara organolepti seperti perubahan konsistensi, timbulnya
gas, bau asam, berlendir.
8.
Macam-macam jamur
penting secara medis
1)
Zygomycetes =
phycomycetes
1)
Disebut conjugation
fungi atau jamur saprofit
2)
Mempunyai hifa
coenocytic
3)
Habitat pada udara,
tanah, pada hewan dan makanan
4)
Reproduksi sexual (fusi
sederhana 2 hifa multinucleat)
Menhhasilkan spora sexual (zygospora) dan
asexual (pembentukan sporangispora)
5)
Ada yang bersifat
patogen oportunistik yaitu tidak menyebabkan penyakit pada orang yang sehat
tetapi menyebabkan mikosis pada host tertentu
6)
Contoh : Rhizopus nigricans sebagai jamur roti, mucor sp Absidia sp.
2)
Ascomycetes
1)
Sebagai besar saprofit
dan jarang pada tanaman
2)
Reproduksi aseksual dengan
membentuk konidia
3)
Reproduksi sexual
dengan pembentukan acospora
4)
Contoh
1.
Piedraia hortai
penyebab mikosis piedra hitam
2.
Saccharomycescerevisioe
dalam fermentasi alkohol
3.
Candida albicans
penyebab candidiasis
3)
Basidiomycetes
1)
Dikenal sebagai
cendawan (jamur tingkat tinggi), sebagai badan buah
2)
Reproduksi sexual
menghasilkan basidiospora dari basidium.
1.
Volvarea (jamur kancing
= mushroom)
2.
Auricularia auricula
(jamur kuping)
3.
Cryptococus neoformans
penyebab cryptococcosis
4.
Deuteromycetes
1) Tidak terdapat reproduksi sexual, hanya
reproduksi asexual
2) Spora asexual konidia (makrokonidia)
3) Sebagai patogen menyebabkan mikosis
Contoh :
1.
Aspergillus
flavus penghasil aflatoksin
2.
Aspergillus
funigatus penyebab aspergillosis
3.
Blstomyces
sp penyebab blastomikosis
4.
Histoplasma
capsulatum penyebab histoplasmosis
5.
Jamur lendir = jamur
tidak sejati = slime molds
1)
Kelompok mikrob
heterogenous bersifat seperti hewan dan tumbuhan
2)
Aseluler, tidak
mempunyai bentuk tetap yaitu fase vegetatif seperti hewan secara stuktur dan
fisiologi tetapi fase generatif seperti tumbuhan yaitu menghasilkan spora
3)
Ada 4 tipe jamur lendir
yaitu:
1.
Myxomycetes (true atau plasmodial slime mold)
2.
Plasmodiophoromycetes (endoparasitic slime mold)
3.
Labyrinthulales (net slime molds)
4.
Acrasiales (cellular slime molds)
9.
Mycosis,
Mikotoksikosis, dan Misetismus
a.
Mycosis
a)
Merupakan infeksi yang
disebabkan oleh jamur
b)
Biasanya infeksi kronis
(long-lasting) karena jamur tumbuh lambat
c)
Terbagi atas 5 kelompok
berdasarkan tingkat jaringan yang terlibat dari cara masuk pada host yaitu
mikosis :
a.
Sistemik
a)
Mikosis yang terjadi pada sejumlah jaringan
organ
b)
Biasanya disebabkan
oleh jamur geofilik (tanah)
c)
Transmisi melalui spora
yang terhinsalasi lalu keparu-paru menyebar kejaringan tubuh lain.
d)
Contoh: Histoplasmosis,
Crytococcocis
b.
Sub cutaneous
a)
Mikosis yang terjadi
dibawa kulit oleh jamur saprofitik
geofilik (tanah)
b) Infeksi
terjadi secara langsung dengan implantasi spora atau fragmen miselia luka pada kulit
c. Cutaneous
=dermatomycosis
a) Mikosis
yang terjadi pada epidermis, rambut, dan kuku
b) Disebabkan
oleh jamur Dermatophyta yang menseksresikan keratinase
c) Transmisi
dari manusia (antrofilik) ke manusia atau tumbuhan
d) Contoh
mikosis: Tinea capitis, tinea manum, tinea pedis, tinea favosa, tinea barbae,
tinea cruris
d. Superficial
a) Mikosis
pada batang rambut dan permukaan/ super fisialis
b) Umumnya
terjadi di iklim tropis
c) Etiologi
jamur non Dermatophyta
d) Contoh
mikosis: tinea axilaris, tinea versicolor / panu, piedra putih, onichomycosis.
e. Opportunistik
a) Bersifat
apatogen pada habitat normal, mnjadi patogen bila ada faktor predisposisi
(terapi antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, imunosupresive)
b) Contoh
mikosis: Mucormycosis, aspergillosis, candiasis.
b. Mikotoksikosis
a. Terjadi
karena tertelannya mikotoksin (toksin jamur) ekstraseluler
b. Contoh:
Aspergillus flavus
penghasil alfatoksin
c.
Misetismus
a.
Terjadi akibat
mengkonsumsi jamur beracun (jamur dan toksin jamur
b.
Contoh: Amonitus muscaria penghasil aminitis
(Hartati, 2012)
10.
Struktur
dan Morfologi jamur
Jamur berkembang biak secara
vegetative dan generative dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi
tanpa perkawinan:
a. Koloni
adalah kumpulan jamur sejenis yang terdapat pada ruangan yang sama.
b. Hifa
merupakan benang-benang (filament) yang terdiri dari komponen dinding sel,
cairan sel (protoplasma) dan inti (nucleus pada umumnya hifa mempunyai
sekat/septa).
c. Spora
adalah protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-kelompok kecil
masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora
ini disebut sporangium dan
sporanya disebut sporangispora. Kebanyakkan
spesies jamur dapat berkembang biak secara vegetative maupun secara
generative. Pembiakan secara generative atau seksual di lakukan dengan sigamet atau
dengan heterogamet (anisogamet).
d. Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu, tidak
berfilamen, berbentuk oval atau bulat, tidak berflagela dan berukuran besar
dibandingkan bakteri. Sedangkan kapang (mold) tubuhnya dibedakan menjadi dua
bagian yaitu miselium dan spora (Dwidjoseputro, 2003).
11.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
a. Substrat
Substrat
merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien–nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim
sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatka
nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
b.
Kelembapan
Faktor
ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat renda
seperti Rhizopus atau Mucos memerlukan lingkungan dengan
kelembapan nisbi 90% dan kapang Aspergillus,
Penicillium, jamur lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang rendah,
yaitu 80%.
c. Suhu
Berdasarkan
kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat kebanyakan
fungi kelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, secara umum pertumbuhan
untuk fungi adalah sekitar 25-30 °C. Beberapa jenis fungi bersifat psikrotrofik
yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada fungi yang masih bisa
tumbuh secara lambat pada suhu
dibawah suhu pembekuan, misalnya 5 °C sampai -10 °C.
d.
Derajat keasaman (pH)
pH
substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu
hanya akan mengurai suatu substrat
sesuai dengan aktivitasnya pada Ph tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7,0.
e. Senyawa
kimia
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak
diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan suatu pengamanan bagi dirinya terhadap serangan oleh organisme lain
termasuk terhadap sesama mikroorganisme. (Ganjar, 2006).
B.
Tinjauan
Umum Aspergilus flavus
Aspergillus
flavus merupakan saprofit dan parasit. Aspergillus mempunyai konedium dibagian ujungnya dan mempunyai hifa
bersekat serta bersepta. Aspergillus flavus pada sistem
klasifikasi yang terdahulu merupakan spesies kapang yang termasuk dalam divisi Tallophyta, sub-divisi Deuteromycotina, kelas
kapang Imperfecti, ordo Moniliales, famili Moniliaceae dan genus Aspergillus. Aspergillus flavus memerlukan temperatur
yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu
berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Aspergillus flavus merupakan jamur
saprofit di tanah yang umumnya memainkan peran penting mendaur ulang nutrisi
yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. A. flavus ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi
mikrobiologis selain menyerang segala jenis
substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya
terpenuhi. Kondisi
ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi
(Miskiyah, 2003).
a.
Sifat
Pertumbuhan
Aspergillus
flavus bersifat aerobik dan ditemukan di
hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh sebagai
jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari ketegangan oksigen tinggi,
habitatnya adalah di daerah yang lembab dan dapat hidup pada buku, kayu dan
pakaian, dapat hidup di daerah tropis dan substropis tergantung pada kondisi
lingkungan. Jamur ini tumbuh sebagai mikroba pada berbagai macam bahan organik,
sepert roti, olahan daging, butiran padi, kacang-kacangan, makanan dari beras dan
kayu (Miskiyah, 2003).
Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta,
miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel,
sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia
berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam. Tampilan mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang
(400-800 μm) dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari bentuk
kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan
mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Aspergillus
flavus memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuning
kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak berwarna,
sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua dengan Rh minimum
untuk pembentukan aflatoksin sebesar 83% (aw minimum pembentukan aflatoksin = 0,83).
Rh minimum untuk pertumbuhan dan germinasi spora adalah 80% dan Rh mininum
untuk sporulasi adalah 85%. Kenaikan suhu, pH, dan persyaratan lingkungan
lainnya akan menyebabkan aw minimum bertambah tinggi. Temperatur yang optimal
untuk pertumbuhan Aspergillus flavus berkisar pada 30°C dengan Rh ≥ 95%.
Secara umum Aspergillu flavus adalah
organisme aerobik sehingga gas O2 dan N2 akan menurunkan
kemampuannya untuk membentuk aflatoksin. Efek penghambatan oleh CO2 dipertinggi
dengan menaikkan suhu atau menurunkan Rh dengan kadar O2 minimum 1%
untuk pertumbuhan. Perlakuan dan analisis yang tepat sangat dibutuhkan untuk
mencegah penurunan produksi aflatoksin dalam lingkungan laboratorium (Anonim B,
2008).
Ciri makroskopik jamur Aspergillus flavus memiliki karateristik
warna hijau kekuningan, permukaan seperti kapas, tidak
terdapat garis-garis radial atau kosentris dan tidak terdapat tetes eksudat
(Gandjar dkk, 2006).
Ciri mikroskopik menunjukan bahwa koloni
A. flavus memiliki kepala konidia
bulat yang merekah menjadi beberapa kolom, konidiofor berwarna hialin dan
kasar, vesikula berbentuk bulat, konidia berbentuk bulat dan berduri (Gandjar
dkk, 2006).
Jamur Aspergillus
flavus menghasilkan koloni yang
berwarna kuning hijau atau kuning abu-abu hingga kehitaman. Konidiofornya tidak
berwarna, kasar, bagian atas agak bulat serta konidia kasar dengan
bermacam-macam warna. Makanan yang kita makan mudah sekali dihinggapi Aspergillus
flavus (Nurul,
2010).
a. Toksin yang Dihasilkan
Aspergillus flavus menghasilkan Mikotoksin sebagai metabolit
sekunder dan merupakan senyawa toksik yang dapat mengganggu kesehatan manusia
dalam bentuk mikotoksikosis. Aspergillus flavus sebagai
penghasil utama aflatoksin umumnya hanya memproduksi aflatoksin B1 dan B2. Aflatoksin
memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi dibandingkan dengan mikotoksin lain
(Suryadi dkk, 2005).
Aflatoksin B1 merupakan salah satu senyawa yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kanker
pada manusia. Aflatoksin B1 berpotensi karsinogenik,
mutagenik, teratogenik, dan bersifat imunosupresif. Metabolisme aflatoksin B1 dapat menghasilkan
aflatoksin M1, sebagaimana terdeteksi pada susu sapi yang pakannya mengandung
aflatoksin B1 (Lanyasunya dkk, 2005). Aflatoksin B1 bersifat paling
toksik (Wrather dan Sweet, 2006).
Alfatoksin dihasilkan oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus parasitcus
dan menyebabkan Turkey X disease pada awal tahun 1960
di inggris. Sering ditemukan dalam kacang dan jagung. Toksin dapat merusak
hepar dan menyebabkan kanker hepar (Irianto, 2014)
b.
Penyakit
Aspergillus flavus menyebabkan penyakit dengan
spektrum luas pada manusia, mulai dari reaksi hipersensitif hingga infeksi
invasif yang diasosiasikan dengan angioinvasion. Sindrom klinis yang
diasosiasikan dengan kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis kronis,
keratitis, cutaneous aspergillosis, infeksi luka, dan osteomyelitis yang
mengikuti trauma dan inokulasi. Sementara itu, Aspergillus
flavus cenderung lebih mematikan dan tahan terhadap anti fungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus yang lainya. Penderita
dengan penyakit paru kronis (terutama asthma, juga penyakit gangguan paru
kronis atau “cystic fibrosis”) dan penderita yang alergi terhadap jamur ini
dapat menyebabkan kerusakan bronchus dan penyumbatan bronchus intermiten. Keadaan
ini disebut sebagai allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) (Amalia,
2012).
Berbagai bentuk
perubahan klinis dan patologis mikotoksikosi ditandai dengan gejala muntah,
sakit perut, paru-paru bengkak, kejang, koma, dan pada kasus yang jarang
terjadi dapat menyebabkan kematian. Aflatoksin yang berbahaya ini dapat
mempengaruhi mekanisme kerja hati manusia, mamalia, maupun unggas sehingga
menjadi faktor penyebab kanker hati
(Edyansyah, 2013).
c.
Klasifikasi
Aspergillus flavus
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Class :
Eurotiomycetes
Family :
Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus flavus
(Miskiyah, 2003).
A.
Kerangka
Konseptual
Jagung (Zea mays. L.) merupakan
kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan
gizi dan serat kasar yang
cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak (Mubyarto, 2002).
Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang
umumnya memainkan peranan
penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Aspergillus flavus tersebut
jugaditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi
mikrobiologis selain menyerang
segala
jenis substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk
pertumbuhannya terpenuhi.
Kondisi ideal tersebut mencakup
kelembaban
udara yang tinggi dan suhu yang
tinggi
(Miskiyah, 2003). Pertumbuhan
A. flavus memerlukan kondisi habitat
yang mempunyai kelembaban yang tinggi serta tersedianya oksigen yang cukup
untuk kelangsungan hidupnya.
Penyiapan
inokulum dan media. Medium PDA (Potato Dextrosa Agar)
miring sebagai media tumbuh kapang, kemudian diinokulasi masing-masing 2–3 ose
miselium Monascus purpureus, Aspergillus flavus dan Penicillium sp. Selanjutnya
di inkubasi pada suhu 25–300 C selama 16-20 hari. Beras, jagung dan kombinasi
beras-jagung sebagai medium pertumbuhan kapang masing-masing sebanyak 25 gram
disterilkan dalam Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit (Retnowati,
dkk, 2013).
Pertumbuhan A. flavus dapat dilihat pada pemeriksaan laboratorium secara
mikroskopis sehingga dapat digambar sebagai berikut.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan merupakan observasi laboratorium yang bersifat deskriftif yaitu
melakukan uji laboratorium untuk mengetahui keberadaan jamur Aspergilus
flavus pada biji jagung (Zea mays L.) yang
di jual dipasar terong kota Makassar.
B.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 2 buah sampel jagung (Zea
mays L.) yang busuk dan segar yang
dijual di Pasar Terong kota Makassar
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 5
biji jagung (Zea mays L.) busuk
dan 5 biji jagung segar yang
dijual di Pasar Terong kota makassar
3.
Teknik
Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah Non Rondom Sampling
C.
Variabel
Penelitian
1. Variabel
bebas (Dependent)
Variabel bebas pada
penelitian ini adalah jamur
Aspergillus
flavus.
2. Variabel
terikat (Independent)
Variabel terikat pada
penelitian ini adalah jagung (Zea
mays L.)
D.
Definisi Operasional
1. Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman penghasil karbohidrat
yang terpenting didunia..
2. Jamur
Aspergillus flavus adalah mikroorganisme
yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan
3. Identifikasi
jamur adalah menentukan ada atau tidaknya hasil dalam suatu penelitian
4. Media
Sabaroud Dextrosa Agar adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk menumbuhkan
jamur
E. Waktu
dan Tempat Penelitian
1. Waktu
penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21-28 Juni
2016
2. Tempat
penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Stykes Mega Rezky Makassar
F.
Tehnik
Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan
cara melakukan observasi langsung ke
Pasar Terong, kemudian melakukan eksperimen di Laboratorium Stykes Mega Rezky Makassar
G. Alat
dan Bahan
1. Alat :
Alat yang
digunakan yaitu Petridist, Lampu bunsen, Timbangan analitik, Erlenmeyer 100
ml, Oven, Pipet
tetes steril, Korek api,
Tissue,
Label, Kertas, Mikroskop, objek glass, Deck glass, Ose cincin, dan
Autoclave.
2. Bahan :
Bahan yang
digunakan yaitu jagung, SDA (Saboroud Dextrosa Agar), Laktofenol Cotton Blue
dan NaCl 0,9 %
H.
Prosedur
Kerja
1.
Tahap
Persiapan
2)
Sterilisasi
alat dan bahan
a. Dicuci
alat sampai bersih lalu dikeringkan
b. Alat
tersebut dibungkus dengan kertas
c. Dimasukkan
ke dalam autoclave pada suhu 170
ͦ C selama 1 jam
d. Setelah
itu dikeluarkan dari autoclave
3)
Pembuatan
Media
a. Ditimbang media Sabaroud Dextrosa Agar 2,6
gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100
ml.
b. Ditambahkan
aquadest 40 ml
c. Kemudian
dipanaskan di atas water bath sampai mendidih
d. Sterilisasi
media
e. Setelah
itu diambil media Sabaroud
Dextrosa Agar dan dituangkan ke dalam masing – masing petridish steril
kira-kira 20
ml
f. Kemudian
didiamkan sampai media memadat
g. Setelah
itu dimasukan media ke lemari pendingin
1x24 jam
2.
Tahap
Pelaksanaan
1) Cara Kerja
a. Direndam
5 biji sampel jagung busuk dan segar kedalam
larutan NaCl 0,9 % Selama
10 menit secara terpisah
b. Dimasukkan
5 biji jagung tersebut kedalam masing-masing cawan petri yang telah berisi
media SDA dengan cara ditekan menggunakan pincet
c. Kemudian
di inkubasi selama 5-6 hari dan diamati bila ada pertumbuhan koloni jamur
d. Kemudian
biakan tersebut diperiksa untuk membuktikan apakah koloni tersebut mengandung
jamur Aspergillus flavus
dengan cara:
a)
Disiapkan objek glass
yang steril
b)
Diambil sampel dengan
menggunakan ose bersih
c)
Diletakkan di atas
objek glass, lalu ditambahkan larutan Lactofenol
cotton blue 0,3%
d)
Ditutup dengan
menggunakan deg glas
kemudian dibaca dengan menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10x dan 40x
4. Analisa Data
Analisa data pada
penelitian ini secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian Laboratorium
Berdasarkan hasil penelitian dari 2
sampel jagung yang dijual di Pasar Terong kota Makassar yang dilakukan pada tanggal
21-28 juni 2016 di Laboratorium Stikes Mega Rezky Makassar maka diperoleh hasil
pemeriksaan pada tabel berikut :
Tabel
1.1 Hasil Pemeriksaan Sampel Jagung Busuk dan Jagung Segar Secara Kultur.
NO
|
Kode sampel
|
Hasil
|
Jenis jamur
|
Ciri-ciri jamur
|
1.
|
A
|
+
|
Aspergillus
flavus,
|
Macro
: Jamur Aspergillus flavus ini memiliki
bentuk koloni yang berwarna hitam dan memiliki bulu dasar berwarna putih
Micro
: Jamur ini terlihat hifa bersepta, memiliki konidiofor dan kepala konida dan relative kasar
|
2.
|
B
|
-
|
Tidak ada
jamur
|
-
|
Ket
:
Sampel A (jagung busuk) =
positif jamur Aspergillus flavus
Sampel B (jagung segar) = negative tidak terdapat jamur Aspergillus flavus
B. Pembahasan
Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi adanya jamur Aspergillus flavus pada biji jagung yang dijual di pasar terong kota
Makassar. Dari penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel jagung sebanyak
2 buah yang terdiri dari jagung busuk dan jagung segar yang kemudian dimasukkan ke dalam kantung
yang steril dan dibawah langsung ke Labaoratorium Stykes Mega Rezky Makassar
untuk diperiksa.
Identifikasi jamur pada jagung ini dilakukan dengan metode
kultur dan menggunakan media Sabaroud Dexrousa Agar (SDA). Penggunaan media SDA
bertujuan untuk menumbuhkan jamur yang akan ditanam karena media SDA dibuat khusus
yaitu untuk pertumbuhan jamur dan sangat baik untuk pertumbuhannya. Media ini tidak
mendukung untuk pertumbuhan bakteri karena mengandung antibiotic kloramphenicol
sehingga untuk memudahkan dalam pemeriksaan
mikroskopis.
Koloni yang tumbuh pada media SDA telah nampak jamur
pada permukaan media, setelah koloni tumbuh diambil koloni dari media
menggunakan ose yang telah di fiksasi, kemudian diletakan pada objek glass yang
sudah ditetesi 1-2 tetes Laktofenol cotton Blue yang berfungsi untuk mengawetkan preparat dan
mewarnai jamur menjadi biru. Kemudian preparat ditutup dengan menggunakan
deg glass lalu diperiksa dibawah mikroskop
dengan pembesaran 10x dan 40x, untuk melihat bentuk spora jamur. Dari hasil pemeriksaan
ditemukan jamur Aspergillus flavus
pada sampel biji jagung busuk
Jamur Aspergillus flavus yang
ditemukan pada jagung busuk mempunyai ciri-ciri makroskopik yaitu berwarna
hitam dan memiliki bulu dasar berwarna putih sedangkan pada mikroskopik yaitu
terlihat hifa bersepta, memiliki konidiofor yang panjang dan relative kasar
konidia batang, untuk jamur Aspergillus
flavus, Hal ini sesuai dengan peneliti (Nur. A 2013) mengatakan jamur Aspergillus flavus menghasilkan
koloni yang berwarna kuning hijau atau kuning abu-abu hingga kehitaman.
Konidiofornya tidak berwarna , kasar, bagian atas agak bulat serta konidia
kasar dengan bermacam-macam warna.
Aspergillus flavus
adalah
salah satu jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan, jamur jenis ini dapat
menyebabkan infeksi Aspergillosis dengan gejalah seperti demam, sakit kepala,
menggigil, peningkatan produksi lender hidung, batuk penurunan berat badan,
sakit pada bagian dada, nyeri tulang dan penglihatan berkurang. Aspergillus flavus juga merupakan jamur
yang paling banyak menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang
bersifat karsinogenik. Aflatoksin dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala mual
dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit yang timbul adalah kanker hati dan
berakibat meninggal dunia dan apabila seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang
terkontaminasi aflatoksin konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu
dapat merusak hati serta menurunkan system kekebalan pada tubuh..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini sudah terlihat
jagung busuk dapat
terkontaminasi oleh jamur Aspergillus flavus.
Jagung yang terkontaminasi disebabkan karena penyimpanan jagung, suhu dan
kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga memicu terjadinya petumbuhan jamur,
salah satunya jamur Aspergillus flavus
jamur ini merupakam jamur yang bersifat saprofit dan dapat dijumpai dimana
saja, di tanah, di udara bebas dan pada bahan-bahan makanan seperti beras,
gandum, kacang-kacangan dan jagung. Sedangkan
jagung segar tidak ditemukan adanya jamur Aspergillus
flavus.
Jamur Aspergillus
flavus ini dapat tumbuh dengan cepat dan memiliki warna permulaan kuning
yang akan berubah warna menjadi kuning kehijauan sedangkan koloninya berwarna
hijau tua, jamur Aspergillus flavus
juga merupakan kapang yang dapat menghasilkan toksin (racun) berupa aflatoksin.
Aflatoksin ini merupakan senyawa toksin yang dihasilkan oleh metabolic sekunder
dan termaksud golongan mikotoksin. Adapun struktur Aflatoksin yaitu AFB1
rumus molekulnya C17H12O6. Mikotoksin itu
sendiri berasal dari fungi/kapang/jamur yang sangat mematikan dan dapat memicu
terjadinya kanker bagi manusia.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara
laboratorik dari 2 sampel jagung busuk dan jagung segar yaitu pada jagung busuk
terdapat jamur Aspergillus flavus
sedangkan pada jagung segar tidak ditemukan
adanya jamur Aspergillus
flavus Hal
ini membuktikan bahwa jamur Aspergillus
flavus dapat
berkembangbiak pada jagung dengan penyimpanan yang cukup lama (jagung busuk) khususnya
jagung yang dijual di pasar Terong Kota Makassar.
B.
SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan :
1.
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan penelitian ini tidak hanya jamur pada jagung, tetapi pada
senyawa aflatoksin yang di hasilkan oleh jamur
2.
Diharapakan kepada peneliti agar dapat
mengembangakn kembali penelitian ini yang tidak hanya pada jagung, tetapi pada
makanan-makanan lainnya yang rentan terhadap pertumbuhan jamur
3.
Untuk masyarakat sebagai konsumen agar
lebih teliti serta memperhatikan kualitas dan kebersihan jagung yang akan dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia N. 2012. Identifikasi
Jamur Aspergillus flavus Pada
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L ) Yang Dijual
Di Pasar Kodim. Jurnal Analis Kesehatan klinikal Sains ISSN
: 2338-4921. Akademi
Analis kesehatan Fajar Pekanbaru. Volume : 1 No. 1 Juni 2013 Hal. 1-10. (di akses pada tanggal 23
Mei 2016)
Anonim B. 2008. Aspergillosis
(Aspergilus). http://www.cdc.gov/nczved/ dfbmd/diseaselisting/aspergillosis_gi.html
klasifikasi-jamur.pdf. (diakses24 Mei 2016).
Desy V. P., Gede
R., Sri I. 2014. Karya Tulis Ilmiah Identifikasi A.
flavus Pada Biji Kacang Tanah Busuk AtauKeriput Yang Dijual. Jurnal
Klinika Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015. Program Studi Analis Kesehatan
STIKes Wira Medika. Bali.
Dwidjoseputro.
2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit
Jambatan. Jakarta.
Edyansyah, E. 2013. Keberadaan Jamur Kontaminan Penyebab Mikotoksikosis Pada Selai Kacang
Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota
Palembang. Poltekkes Palembang. Palembang
(di akses pada tanggal 03 Mei 2016 ).
Entjang, I. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi. Penetbit PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung
Gandjar,
I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Harti,
G.S.,2014. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit
Andi offset. Yogyakarta
Hartati.
A.S. 2012. Dasar dasar Mikrobilogi.
Maha Medika. Surakarta
Indrawati
dkk., 2006. Mikologi dasar dan terapan. 100-117. Yayasan
OborIndonesia. Jakarta.
Irianto
K., 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi
Medis, dan Virologi Medis. Penerbit Alfabeta. Bandung
Jurnal Pdf Unsu. 2013. Aspergilus flavus. Universitas Sumatra Utara. (diakses pada tanggal
03 Juni 2016)
Jurnal
Pdf Susy, Y.P. 1993. Aspek Kimiawi Racun Aflatoksin Dalam Bahan Pangan dan
Pencegahannya. Yogyakarta (diakses pada tanggal 02 Oktober 2006)
Jurna Pdf Nur. A. 2011. Identifikasi jamur Aspergillus flavus pada kacang tanah (Arachis
hypogaea L ) yang dijual di pasar kodim.
Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Pekanbaru (diakses pada tanggal 01 Juni
2013)
Lanyasunya,
T.P., L.W. Wamae, H.H. Musa, O. Olowofeso, and I.K. Lokwaleput. 2005. The risk of mycotoxins contamination of
dairy feed and milk on smallholder dairy farms in Kenya. Pakistan Journal ofNutrition 4.
Miskiyah,
2003. Status Kontaminasi Aflatoksin Pada
Kacang Tanah dan Produk Produk Olahannya. (http://repository.ipb.ac.id/
bitstream/handle/ prosiding seminar teknologi_inovatif_pascapanen-49.pdf,
diakses tanggal 15 Mei 2016).
Mubyarto,
2012. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Workshop Pemandu Lapangan
1 (PL-1) Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP).
Departemen Pertanian.
Nurul.
H. M. 2010. Pemeriksaan Jamur Candida sp
pada Air Toilet Universitas Abdurrab Pekanbaru (KTI). AAK. Pekanbaru.
Purwono,
M. dan Hartono, R. 2007.Bertanam Jagung
Manis. Penebar Swadaya. Bogor.
Retnowati.Y, Wirnangsi D.Uno,
Syam Kumaji. 2013. Skripsipertumbuhan kapang Monascus purpureus, Aspergillus
flavus dan Penicillium sp pada
media beras, jagung dan kombinasi beras jagung. Jurusan Biologi, FMIPA Universitas
Negeri Gorontalo.
Roesmarkam,
A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sardjono.
1998. Pencemaran Pangan oleh Jamur,
Potensi Bahaya dan Pencegahannya. Agritech.
Sukarminah, Een. 2008. Mikrobilogi Pangan.
Jurusan Teknologi Industri Pangan Unpad.Bandung.
Suprapto.
2001. Mengenal Jagung (Zea mays L). Buletin
Teknik Pertanian Vol.13 No.2.
Supriyono,
G. S. 1997. Anekaolahan Kacang Tanah.Makanan beras, jagung, makanan
kemasan kaleng. Trubus Agriwidya, Solo.
Suryadi,
H., K. Maryati, dan Y. Andi. 2005. Analisis
Kuantitatif Aflatoksin dalam Bumbu Pecel secara KLT-Densitometri.
www.ns.ui.ac.id/seminar 2005/Data/pdf (di akses pada tanggal 03 Mei 2016 ).
Subandi, H.M. 2010. Mikrobiologi, perkembangan,
kajian, dan pengamatan dalam persfektif islam. Penerbit PT Remaja Rosdiakarya.
Bandung
Tamher, S. 2008. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan
Keperawatan.. CV Trans Info Media, Jakarta Timur
Tournas,
V., M.E. Stack, P.B. Mislivec, and H.A.
Koch. 2001. Yeast, Molds, and Mycotoxins. Food & Drug Administration.Center
for Safety & Applied Nutrition. Washington, D.C. U.S.
Wrather,
J.A. and L.E. Sweet. 2006. Aflatoxin in Corn. Jefferson City: Delta
Research Center. Missouri Agricultural Experiment Station. MU College of
Agriculture, Food and Natural Resource.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar