BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan
dan persalinan merupakan kejadian yang fisiologis yang normal yang terjadi
dalam kehidupan, tapi biasa juga terjadi komplikasi yang diantaranya adalah
letak sungsang. Letak bokong adalah letak membujur dengan kepala janin berada
dibagian fundus uteri sedangkan bokongnya dipintu atas panggul. Dalam
persalinan normal, bila kepala janin dapat dilahirkan, maka bagian badan
lainnya termasuk bokong tidak akan mengalami kesulitan apapun. Sebaliknya pada
kedudukan bokong persalinan bokong dapat terjadi pada waktu pembukaan belum
dekat tapi dapat terjadi kesulitan pada persalinan berupa bahu janin dengan sberbagai kedudukan lengan atau
kepala janin denagan volume yang lebih besar.(Prawirohardjo,2012;588)
Frekwensi
presentasi sungsang cukup tinggi pada persalinan preterm yaitu pada usia 28
minggu dengan insiden sekitar 15 % . Namun versi spontan dapat mengurangi
presentasi ini sampai sekitar 3-4 % saat cukupbulan(Chapman, 2013;213).
Menurut World Health Organisation (WHO). Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 13.778 orang setiap tahun, itu berarti setiap 2 jam
ada dua ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal dunia, kejadian kematian
ibu sabagian besar terdapat di Negara berkembang. Di tingkat ASEAN, Indonesia
merupakan Negara dengan angka kematian ibu tertinggi. (WHO,2015)
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas provinsi Nusa Tenggara Timur
Angka Kematian Ibu, pada tahun 2014 AKI mencapai 359/100.000 kelahiran
disebabkan oleh perdarahan 110 orang (39,4%), eklampsia orang 46 (16,5%), infeksi 4 orang (1,4%),
abortus 69 orang (24,7%), partus lama 12 orang (4,3%) dan lain-lain 118 orang
(42,3%). Sedangkan data tahun 2015 mengalami penurunan tipis AKI hanya
72/100.000 kelahiran hidup. Yang disebabkan oleh perdarahan 13 orang (9,36%),
eklampsia 17 orang (12,24%), infeksi 2 orang (1,44%), abortus 9 orang (6,48%)
dan lain-lain 31 orang (22,32%). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur di akses Tahun 2015).
Berdasarkan
data yang diperoleh dari rekam medik UPTD Ende rmenyatakan bahwa jumlah
persalinan periode Januari sampai Desember 2014 terdapat 1764 orang,adapun
persalinan dengan Letak Bokong sebanyak 110 orang(6,2%) ,dan pada akhir tahun
2015 jumlah perslinan sebanyak 1736,dengan persalinan Letak Bokong sebanyak 87
orang(5%)
.(Data rekam
medik RSUD Ende,Tahun 2015).Letak
bokong mengakibatkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal lebih tinggi
dari pada presentase kepala.Faktor yang dapat meningkatkan insiden letak bokong
meliputi prematuritas,sebelum usia gestasi 34 minggu.
Untuk
meminimalkan risiko kematian pada Ibu dan janin perlu kesadaran kepada Ibu-Ibu
hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya dan juga pengambilan keputusan agar bisa diatasi oleh tenaga yang terampil dalam
penangannya sehingga penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan
judul Manajemen
Asuhan Kebidanan dengan
Presentasi Letak Bokong
di UPTD RSUD Ende.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah adalah Bagaimanakah penerapan
Manajemen Kebidanan Intranatal Care pada
Ny"K " dengan
Presentasi Letak Bokong
di RSUD Ende.
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui pelaksanaan Manajemen Kebidanan Intranatal Care Pada Ny" K "dengan Letak Bokong di RSUD Ende .
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data pada ibu
bersalin dengan
letak bokong
di RSUD
Ende .
b. Dapat menganalisa dan menginterpresikan data
untuk menegakkan diagnosa / masalah aktual pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
c. Dapat menganalisa dan
menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa / masalah potensial pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera
dan kolaborasi pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
e. Dapat merencanakan tindakan Asuhan
Kebidanan pada ibu bersalin dengan letak bokong diRSUD Ende.
f. Dapat melaksanakan tindakan Asuhan
Kebidanan pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
g. Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan
pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
h. Dapat mendokumentasikan semua
temuan dan tindakan Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan pada ibu bersalin dengan letak bokong di RSUD Ende.
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat akademik
Sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi Diploma Tiga Kebidanan StiKes Mega
Rezky Makassar.
2. Manfaat ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini
dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumber informasi kedepannya ,serta bahan
acuan bagi penulis selanjutnya.
.
3. Manfaat insitusi.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi rekan-rekan
Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan StiKes Mega Rezky Makassar dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan.
4. Manfaat bagi penulis
Sebagai bahan tambahan pengalama berharga bagi penulis
untuk menambah pengalaman dan memperluas wawasan dalam Asuhan Kebidanan.
E.
Metode
Penelitian
Metode penulisan yang digunakan
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
1.
Studi
kepustakaan
Penulis mengumpulkan referensi yang
berkaitan dengan kasus yang dibahas yaitu persalinan dengan presentasi letak
bokong dari beberapa buku dan internet
2.
Studi
kasus
Melaksanakan studi kasus dengan
menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah melalui Asuhana Kebidanan
meliputi: Pengkajian, merumuskan diagnose / masalah aktual maupun masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana
tindakan dan melaksanakan tindakan, mengevaluasi asuhan kebidanan serta
mendokumentasikan presentasi letak bokong untuk mendapatkan data yang akurat,
penulis menggunakan teknik yaitu :
a.
Anamneses
Penulis
melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.
b.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistimatis, mulai dari Head To Toes, palpasi dan
pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai dengan kebutuhan.
c.
Pengkajian
Psikososial
Pengkajian
psikososial meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami
serta pola interaksi klien terhadap
keluarga, petugas kesehatan dan lingkunganya.
3. Studi dokumentasi
Mempelajari status kesehatan klien
yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, dan petugas laboratorium serta data
penunjang lainya.
4.
Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan
dokter atau bidan yang menanganinya secara langsung serta berdiskusi dengan pembimbing Karya
Tulis Ilmiah.
F.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk
memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ilmiah ini maka penulis menyusun
dengan sistematika adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F.
Sistematika
Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Intranatal Care
1. Pengertian
Intranatal Care
2. Tanda-tanda
Persalinan
3. Tahap-tahap
Persalinan
4. Teori
Terjadinya Persalinan
B. Tinjauan
Umum Tentang Letak Bokong
1. Pengertian
Letak Bokong
2. Insiden
3. Patofisiologi
4. Diagnosa
5. Etiologi
6. Klasifikasi
7. Komplikasi
8. Penanganan
Pada Saat Hamil
9. Penanganan
Saat Inpartu
10.Mekanisme
Persalinan Letak Bokong
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan
Kebidanan
2. Tahapan Manajemen Asuhan Kebidanan
D. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB
III STUDI KASUS
A. Langkah I Identifikasi Data Dasar
B. Langkah II Identifikasi Diagnosa
Masalah Aktual
C. Langkah III Identifikasi Diagnosa
Masalah Potensial
D. Langkah IV Kolaborasi / Emergency
E. Langkah V Intervensi
F. Langkah VI Implementasi
G. Langkah VII Evaluasi
BAB
IV PEMBAHASAN
A. Identifikasi Analisa Data Dasar
B. Identifikasi Diagnosa / Masalah
Aktual
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah
Potensial
D. Tindakan Segera / Kolaborasi
E. Rencana Tindakan
F. Implementasi
G. Evaluasi
BAB
V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum Tentang Intranatal Care
1.
Pengertian Intranatal
Care
Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu ( Nugroho, 2011)
Intranatal/Persalinan adalah proses membuka dan
minipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang kepala,
tanpa komplokasi baik ibu maupun janin. (Nugroho, 2012; 185)
Persalinan
fase aktif (atau persalinan aktif) biasanya mengacu pada pembukaan serviks
lebih dari 3 cm disertai kontraksi yang mengalami kemajuan, yakni kontraksi
yang menjadi semakin lama, kuat dan sering. Perlu diketahui bahwa pada
multipara terkadang pembukaan mencapai 3,4 atau bahkan 5 cm tanpa kontraksi
yang mengalami kemajuan. (Rahmawati, 2012 ;41).
Partus biasa (Normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak
melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar,
2013; 69)
2. Tanda-tanda intranatal / persalinan (Sukarni K, 2013;
209-213)
Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu (saat uterus berkontraksi
menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan menipis), berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap.
Tanda dan gejala menjelang
persalinan adalah:
1. Perasaan
distensi berkurang (Ligthtening)
Lightening
yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan, adalah penurunan
bagian presentasi kedalam pelvis minor. Lightening menyebabkan tinggi fundus
menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
Pada kondisi ini, bidan tidak dapat melakukan pemeriksaan ballotemen terhadap
kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan diatas simfisis pubis pada
palpasi abdomen. Pada leopold 4, jari-jari yang sebelumnya merapat, sekarang
akan memisah lebar.
2. Perubahan Serviks
Perubahan serviks diduga terjadi
akibat pengikatan intensitas braxton hicks. Serviks menjadi matang selama
periode berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan. Setelah menentukan kematangan serviks, bidan
dapat meyakinkan ibu bahwa ia akan berlanjut ke proses persalinan begitu muncul
kontraksi persalinan bahwa waktunya sudah dekat.
3. Persalinan palsu
Persalian palsu terdiri dari
kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap
serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi
braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu
kehamilan.
4. Ketuban pecah
Pada kondisi normal, ketuban pecah
pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan,
disebut ketuban pecah dini(KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia
kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan
mereka dalam waktu 24 jam.
5. Bloody show
Bloody show paling sering terlihat sebagai
rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat
dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut, wanita seringkali
berpikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Kadang-kadang seluruh plak lendir
dikeluarkan dalam bentuk masa. Plak yang keluar saat persalinan berlangsung dan
terlihat pada vagina, sering kali disangka tali pusat yang lepas. Bloody show
merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 sampai 48 jam.
6. Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan
energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah
beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil,
mereka terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para
wanita ini merasa energik melakukan sebelum kedatangan bayi, selama beberapa
jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang sebelumnya tidak
mampu mereka lakukan, akibatnya mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan
letih.
3. Tahap-tahap persalinan (Mochtar, 2013 ;71-73)
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu (partus dimulai) ditandai
dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody show) karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Darah berasal dari pecahnya pembulu
darah kapiler disekitar kanalis servisis
akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala penbukaan di bagi atas 2 fase:
1. Fase laten:
pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm ,lamanya 7-8 jam..
2. Fase aktif:
berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a. Periode akselerasi: berlangsung 2
jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal (steadiy):
selama 2 jam,pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi: berlangsung
lambat, dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2.
Kala II (Kala pengeluaran)
Pada kala
pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira
2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang
tepimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½-1 jam.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim
beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,
dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa
saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10
menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4.
Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV adalah kala pengawasan
selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
4. Teori terjadinya persalinan (Mochtar, 2013 ;70)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu
sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon
esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his
jika kadar progesteron turun.
2.
Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya
kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Toeri distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.
4. Teori
iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglio
servikale (Fleksus Frakenhauser).
Apabila ganglio tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
a
Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis servisis
dengan tujuan merangsang Fleksus F rankenhauser.
b. Amniatomi : pemecahan ketuban
c. Tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui
tetesan per infus
B. Tinjauan Khusus tentang
Persalinan Letak Bokong
1.
Pengertian Letak Bokong
a. Letak Bokong adalah keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian
bawah kavum uteri (Prwairohadjo, 2012 ;588)
b. Letak bokong adalah suatu keadaan
dimana janin dalampo posisi membujur / memanjang kepala berada pada fundus
sedangkan bagian terendah adalah bokong (Sumarah,2010;122)
c. Letak Bokong adalah posisi dimana bayi didalam
rahim letaknya longitudinal dan bokong bayi berada di segmen bawah uterus
(Williams,2010;157)
2.
Insiden
Letak bokong dalam persalinan memiliki frekwensi cukup
tinggi pada persalinan preterm yaitu pada usia 28 minggu dengan insiden sekitar
25 %. Namun versi spontan dapat mengurangi persentasi ini sampai sekitar 3-4 %
saat cukup bulan (Chapman , 2013 ;213 )
3. Patofisiologi
Janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
presentasi kepala, letak bokong atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan
terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada diruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekwensi
letak bokong lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti
itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi bokong.
4.
Diagnosis (Rukiyah,2013;240)
a.
Kepala
janin teraba diatas ambilikus
b.
Bunyi
jantung janin terdengar paling keras diatas ambilikus atau apabila terdengar
diatas suprapubis, bunyi jantung lebih keras ketika dilanjutkan keatas fundus
uterus
c.
Pergerakan
janin terasa kuat jauh dari fundus atau diperut bagian bawah
d.
Ibu
sering merasakan benda keras (kepala) mendesak tulang iga
e.
Diatas
simpisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak
f.
Diagnosis
diperkuat oleh pemeriksaan ultrasonografi
g.
Pemeriksaan
Dalam
Teraba sacrum,
anus, tuber isciadikum kadang-kadang kaki atau lutut. Perlu diperhatikan
perbedaan dengan presentasi muka, Yaitu:
a. Apabila menemukan lubang kecil
tanpa tulang, tidak ada hisapan, terdapat mekonium kesimpulannya hal tersebut
adalah anus.
b. Apabila menemukan lubang,
menghisap, lidah, proses zigomatikum maka kesimpulanya hal tersebut adalah
mulut.
c. Apabila menemukan tumit, sudut 90˚
dengan jari-jari rata, maka kesimpulanya hal tersebut adalah kaki.
d. Apabila menemukan jari-jari panjang
tidak rata dan tidak terdapat sudut maka kesimpulanya hal tersebut adalah
tangan.
e. Apabila teraba patella dan poplitea
maka kesimpulanya adalah lutut.
5.
Etiologi (Harry Oxorn,2010;195)
a. Prematuritas karena bentuk rahim
relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative
basar
b. Hidramnion karena anak mudah
bergerak
c. Plasenta previa karena menghalangi
turunya kepala janin kedalam pintu atas panggul
d. Bentuk rahim yang abnormal seperti
uterus bikornos dan mioma uterus
e. Panggul sempit
f. Pasien dengan multiparitas
g. Kehamilan ganda / gamelly
h. Kelainan bentuk kepala, yaitu
hidrosefalus dan anensefalus karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu
atas panggul
6. Klasifikasi
Presentasi Letak Bokong (Wiliam,2010;196)
a.
Presentasi Bokong
Disebut
juga Frank Breech dimana bokong saja yang menjadi
bagian
depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas
b. Presentasi Bokong Kaki Sempurna
Presentasi dengan fleksi pada pinggul dan lutut dengan kaki
disamping bokong.
c. Presentasi Bokong Kaki Tak Sempurna
Salah satu atau kedua kaki merupakan
bagian presentasi dengan ekstensi pada pinggul (kedua pinggul) dan lutut (kedua
lutut).
7. Komplikasi Presentase Bokong(Chapman,2013;219)
a. Komplikasi presentasi bokong pada
ibu:
1).Pelepasan plasenta
2).Perlukaan vagina / serviks
3).Indometritis
b.
Komplikasi pada janin
1).Hipoksia
Hipoksia
teridentifikasi sebagai penyebab tersering kematian bayi bokong. CESDI (2000)
mengatakan bahwa tidak diketahuinya dan tindakan terlalu cepat merupakan foktor
utama.
2).Prolaps
tali pusat
Insiden
: 3,7 % pada bayi bokong
Prolaps tali pusat adalah sebagai
berikut:
a) Lebih sering pada primigravida daripada multigravida (6%
dan 3%)
b) Lebih umum pada persalinan
premature dan presentasi inkomplet (tipe kaki menumbung presentasi bokong)
3).Hiperekstensi
kepala bayi (star gazin)
Insiden
: 5 %
Hiperekstensi kepala bayi dapat
terjadi akibat faktor berikut :
a).Tali pusat menjerat leher bayi
b).Lokasi plasenta
c).Spasme otot bayi
d).Abnormalitas uterus atau bayi
4).Trauma
kepala dan leher
5).Penarikan yang kuat oleh pemberi
asuhan dapat menyebabkan cedera otak dan medulla spinalis iatrogenic,
tangan/kepala mengalami ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap dan
disprporsi savalopelvik.
6).Pelepasan
plasenta premature
Mungkin
berhubungan dengan posisi maternal pada stadium kedua persalinan.
7).Asfiksia
karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, dan kepala macet.
8.
Penanganan letak bokong pada saat
hamil
a. Lakukan versi
luar, jika :
(1) Kehamilan
berumur ± 37 minggu, dan kemungkinan besar lahir/dapat dilahirkan pervaginam, ketuban utuh dan
air ketuban.
(2) Tidak
ada komplikasi atau kontraindikasi (contohnya
: pertumbuhan janin terlambat, perdarahan bekas seksio, kelainan janin, kehamilan
kembar, hipertensi).
(3) Jika versi luar berhasil, lanjutkan dengan persalinan
normal.
b. Jika versi luar gagal,
lanjutkan dengan persalinan bokong.
c. Pertolongan spontan (bracht) pada
primi gravida sebaiknya di Rumah Sakit
dan harus dievaluasi hati-hati karena kelahiran bokong belum tentu
kepala bisa lahir yang dapat membawa kematian janin. Kepala janin harus lahir
dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat.
d. Pada umur kehamilan 7-8 bulan dapat
dicoba melakukan nungging 3-4 kali per hari selama 15 menit.
9. Penanganan
persalinan letak bokong saat inpartu
Persiapan
atau perencanaankelahiran
a)
Bayi dalam posisi yang baik dan tidak terlalu besar
b)
Bidan yang terampil dan kompeten dapat mendukung ibu
dalam kelahiran sungsang
c)
Komunikasi yang baik antara ibu dan bidan
d)
Beri informasi kepada ibu agar ibu merasa percaya
diri menghadapi
proses persalinan peran bidan
e)
Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya
melahirkan bayi.
f)
Meyakinkan bahwa ibu mempunyai dukungan yang
kuat
untuk diri sendiri.
g). Bidan harus seirama dan mampu mengenali
,mengkaji dan merespon bila terjadi kesalahan.
10. Mekanisme persalinan letak
bokong
Kala I persalinan
1. Asuhan dan observasi sama dengan
kelahiran sefalik
a. Tidak ada pemeriksaan vagina rutin
b. Makanan dan minuman sesuai dengan keiginan ibu
c. Mendorong ibu untuk berkemih secara teratur
2. Bila terjadi fase laten yang lama
pada kala pertama persalinan akibat tidak adanya aplikasi bagian presentasi ke
serviks tetapi kemajuan berkembang cepat begitu fase aktif tercapai.
3. Ibu kemungkinan merasa kehabisan
nafas, selama dan setelah kontraksi akibat tekanan kepala bayi terhadap
diafragma ibu.
4. Pada multigravida mungkin mengalami
sedikit atau tanpa ketidak nyamanan pada persalinan dini (sebelum 4 cm).
5. Jangan melakukan pemecahan ketuban
artufisial. Bila ketuban rupture spontan, lakukan pemeriksaan vagina untuk
menyingkirkan prolaps tali pusat, presentase kaki atau lutut dan memeriksa
jantung bayi.
6. Keinginan mengejang premature
jarang pada bayi sungsang. Ukuran pada bayi bokong ekstensi atau fleksi dengan
ukuran kepala.
Kala II persalinan
1. Pada multigravida mungkin
mengalami sensasi .
a. Mekonium keluar akibat tekanan pada
bokong bayi. Adanya mekonium bukan berarti
menunjukkan bahwa bahwa bayi mengalami atau pernah stress. Adanya
mekonium menjadi berarti bila DJJ menjadi abnormal.
b. Ketika bokong mencapai perineum
mungkin perlu dilakukan episiotomi, bila kencang atau kaku dan tidak melar
meakipun sudah dengan kontraksi yang baik dan usaha meternal atau mempercepat
kelahiran pada gangguan janin.
c.
Bila
ketuban utuh maka harus dipecahkan saat bokong mencapai liquor di sekeliling
kepala bayi
d.
Goyangan
dan gerakan naik turun selama desensus bokong bayi tampak jelas
Kelahiran (Rukiyah,
2013 ;249)
1. Tanpa sentuhan, kecuali benar-benar
dibutuhkan atau ada komplikasi.
2. Tungkai yang ekstensi tampak tidak
berujung tetapi biasanya muncul begitu saja kemudian diikuti lengan.
3. Ketika melahirkan ambilikus, tali pusat
bisa mengalami kompresi antara kepala dengan pelvis ibu (keduanya tulang), bisa
juga DJJ semakin lambat.
4. Bila tegang, lengkung tali pusat
dapat dikeluarkan, tetapi peganglah dengan lembut untuk menghindari stimulasi
konstriksi sehingga menurunkan oksigen ke bayi.
5. Biarkan bayi mengeluarkan tubuhnya.
Hal ini akan membawa dagu ke perineum, diikuti kelahiran kepela.
6. Bidan meletakkan tangan di bawah
bokong, bayi duduk di tangannya atau
tangan menyokong bayi pada pinggulnya
Persalinan presentasi bokong pervaginam (Sumarah,2010;127-138)
Ada tiga cara persalinan sungsang
lewat vagina:
1.
Spontan
yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi secara
spontan dengan tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau
manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis persalinan
ini disebut persalinan dengan cara bracht.
2.
Ekstraksi
parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai ambilikus, tetapi
selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan
tenaga penolong, misalnya dengan cara klasik, muller, mouritceaau.
3.
Ekstraksi
total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan/ dokter kebidanan. Misalnya bayi
dilahirkan dengan ekstraksi kaki atau ekstraksi bokong.
Pada persalinan presentasi bokong
terdapat 3 fase yaitu
1. Fase lambat
Dilakukan
sebelum bokong lahir dengan
tetap melakukan pemantauan.
Jangan
melakukan kristeler / dorongan pada fundus karena mengakibatkan tangan janin
menjungkit keatas.
2. Fase bertindak cepat
Setelah
bayi lahir sampe pusat, janin harus lahir dalam waktu maksimal 8 menit, karena
tali pusat terhimpit antara badan dengan panggul. Bila tidak terjadi secara
spontan, maka harus dilakukan manual aid dengan persalinan ekstraksiparsial,
seperti dengan cara klasik, muller, lovset, mouritceau.
3. Fase lambat
Saat
pada mulut lahir, seluruh kepala kemudian dilahirkan dengan pelan-pelan untuk
menghindari resiko pendarahan intracranial akibat akibat perbedaan tekanan di
dalam uterus dan di dunia luar lebih rendah
Posisi ibu untuk persalinan dan
kelahiran (Harry Oxorn;198)
1. Jongkok
a.
Dianjurkan
oleh ondent (1984) sebagai secara mekanis efisien mengurangi kemungkinan
menarik bayi keluar dan mengurangi kelambatan antara kelahiran bayi, umbilicus
dan kepala bayi.
b.
Memaksimalkan
kapasitas pelvis tetapi jongkok didukung dan menggantung perlu di praktikkan
dalam kehamilan.
2. Berdiri
a.
Dipercaya
oleh beberapa orang sebagai posisi yang lebih fisiologis
b.
Tubuh
bayi menggantung lurus kebawah, ini akan mendorong terjadinya defleksi kepala,
memberikan tekanan ekstra pada dasar leher dan meningkatkan resiko kerusakan
medulla spinalis.
c.
Meningkatkan
robekan perineal
3.
Tangan
dan lutut
a.
Gravitasi
membentuk desensus bayi
b.
Membantu
kerja dan perilaku uterus
c.
Tidak
menyebabkan traksi atau takanan pada plasenta atau tali pusat
d.
Memfasilitasi
kelahiran kepala bayi
e.
Memunginkan
bayi bermanuver.
Tehnik untuk membantu persalinan bokong
1. Bracht
Persalinan
persentasi sungsang yang terjadi secara spontan tanpa dilakukan tarikan atau
manipulasi sedikitpun selain memegang janin ketika bokong sudah lahir. Adapun
caranya adalah :
a.
Setiap
ada his ibu diminta untuk menerang
b.
Bila
bokong sudah lahir, penolong kemudian memegang
bokong janin tanpa melakukan tarikan dengan cara kedua ibu jari penolong
diletakkan pada paha janin sedangkan keempat jari pada kedua tangan
mengcengkeram bagian sacrum janin. Pada saat perut lahir, penolong mengendorkan
tali pusat, karena tali pusat terjepit antara kepala janin dan pangggul maka
janin harus lahir maksimal 8 menit.
c.
Setelah
angulus skapula inferior lahir kemudian melakukan hiperlordosis yaitu bokong
diarahkan keperut ibu sampai seluruh kepala bayi lahir.
d.
Bila
terjadi kesulitan untuk melahirkan bahu janin ataupun kepala, maka segera
lakukan manual aid dengan ekstraksi parsial.
Untuk pertolongan bayi segera lahir dengan
presentasi bokong perlu disiapkan persiapan resusitasi sebelum persalinan untuk
persiapan penanganan asfiksia.
1. Ekstaksi parsial
a. Cara kalisik
Cara
klasik bertujuan untuk melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Bahu belakang
mempunyai daerah yang lebih luas.
Adapun
prosedurnya adalah :
1). Setelah bokong bayi lahir,
pengang bokong hingga kaki lahir. Jangan
lupa untuk mengendorkan tali pusat.
Pegang bokong janin dengan menggunakanibu jari yang berdampingan dengan tulang
sakrum.
2). Selanjutnya bayi ditarik
kebawah sehingga scapula di bawah simpisis.
3). Bila
bahu belakang bayi bahu kiri, maka bayi dipegang dengan tangan kanan penolong
pada pergelangan kaki, dengan cara telunjuk diselipkan pada kedua kaki janin,
kemudian bayi ditarik kearah kanan atas ibu. Bahu dan lengan belakang kiri bayi
dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan kiri menelusuri
punggung bay sampai
fosa cubiti. Lengan kiri bayi dilahirkan dengan gerakan seolah-olah tangan bayi
mengusap mukanya.
4). Bila
bahu belakang bayi bahu kanan, maka bayi dipegang dengan tangan kiri penolong
pada pergelangan kaki, dengan cara jari telunjuk diselipkan pada kedua kaki
janin, kemudian bayi ditarik ke arah kiri atas ibu. Bahu dan lengan belakang
kiri bayi dilahirkan dengan tangan kiri penolong. Caranya dua jari tangan kanan
menelusuri punggung bayi sampai fosa cubita. Lengan kiri bayi dilahirkan dengan
gerakan seolah-olah tangan bayi mengusap mukanya
5). Langkah
selanjutnya memegang kaki janin dengan tangan penolong pada pergelangan kaki,
kemudian bayi ditarik bawah sampng berlawanan arah dengan tarikan pertama,
dengan gerakan yang sama seperti melahirkan bahu belakang, lahirkan bahu
sebelah depan.
b. Cara perasat muller
Metode
muller ini bertujuan untuk penanganan kelahiran bahu depan terlebih dahulu. Caranya adalah:
1) Setelah janin lahir sampai perut,
longgarkan tali pusat, pegang bokong janin dengan menggunakan ibu jari sejajar
pada os sacrum dan keempat jari di femur bagian depan.
2) Selanjutnya janin ditarik kebawah
sehingga angulus skapula di bawah simpisis
3) Kemudian melahirkan bahu depan terlebih dahulu
dengan cara yang sama dengan klasik, untuk melahirkan bahu depan, bayi ditarik
kebawah samping, kemudian dua jari menelusuri punggung bayi sampai fosa cubiti,
lengan depan lahir dengan cara seperti gerakan tangan janin mengusap muka serta
di tarik ke atas samping untuk melahirkan bahu dan lengan bawah
a. Cara lovset
1)
Mekanisme
kerja metode ini adalah bahwa bahu belakang selalu berada pada letak yang lebih
rendah di banding dengan bahu depan, maka bahu akan lahir dengan mudah dibawah
simfisis
2)
Setelah
bayi dalam posisi anteroposterior, pegang bokong bayi dengan kedua tangan
penolong. Tarik kebawah sampai scapula berada dibawah simfisis
3)
Pegang
bayi pada dada dan punggung, kemudian bayi diputar 180˚ sampai bahu belakang
berubah menjadi bahu depan dan lahir
4)
Dengan
arah yang berlainan dengan putaran yang pertama. Bayi diulangi diputar 180˚
sampai kedua bahu lahir
3.
Eksrtaksi total
a.
Ekstraksi kaki
Adapun
caranya adalah :
1) Tangan kanan penolong secara
obstetric dimasukkan kedalam introitus vagina kemudian setelah menemukan bokong
janin, menyusuri sampai paha dan akhirnya ke lutut. Lakukan gerakan abduksi dan
fleksi pada paha janin. Tangan kiri melakukan tekanan kearah bawah pada fundus.
Tangan yang berada dalam vagina memegang pergelangan tungkai janin, dan ditarik
keluar dengan perlahan sampai lutut tampak di vulva.
2) Setelah kedua kaki lahir, maka
kedua tangan penolong memegang betis bayi lalu di lakukan tarikan kebawah
hingga pangkal paha lahir, kemudian tangan berpindah memegang pangkal paha dan
di ulangi di tarik kearah bawah hingga kedua trokhanter atau bakong lahir.
3) Selanjutnya bayi dilahirkan dengan
manual aid seperti ektraksi parsial.
b.
Ekstraksi bokong
Dilakukan
pada presentasi bokong murni dan bokong berada pada dasar panggul. Jari
telunjuk dimasukkan ke dalam introitus vagina menelusuri bokong hingga sampai
pada lipat paha kemudian melakukan tarikan ke arah bawah hingga trohanter
lahir. Setelah kedua lipat paha kelihatan, maka kedua jari mengait kedua lipat
paha dan melakukan tarikan ke bawah sampai bokong lahir. Selanjutnya bayi
dilahirkan dengan menual aid seperti ekstraksi parsial.
Kala III persalinan
Harus
dipimpin sesuai harapan ibu, penggunaan oksitosin harus ditunda sampai
kelahiran kepala bayi komplet.
Rangkuman
:
1. Lepas tangan bokong, kerusakan
sering terjadi akibat sering terlalu dipaksa
2. Tidak ada pemeriksaan vagina rutin
3. Tidak ada pemecahan ketuban secara
artifisial, bila ruptur spontan terjadi, pastikan tidak ada presentasi tali
pusat / kaki
4. Hindari epidural
5. Biarkan ibu mengambil posisi secara
spontan
6. Tidak ada augmentasi, jika
kemajuannya lambat, pertimbangkan seksio sesaria
7. Periksa DJJ secara teratur
8. Biarkan ibu mengedan spontan, bila
perlu berikan panduan
9. Pasti ada mekonium
10. Episiotomi hanya boleh dilakukan
bila dirasa perlu oleh bidan
11. Bayi bokong mungkin lambat untuk
bernafas spontan dari sefalik maka bersiap-siaplah dengan menyediakan alat
resusitasi
C.
Proses Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian Manajemen Asuhan
Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah
pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan secara sistematis, mulai dari mengumpulkan data, menganalisis data,
menegakkan diagnosis kebidanan, menyusun rencana asuhan, melaksanakan rencana
asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan
rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan. (Mangkuji,dkk, 2012: 2)
1.
Tahapan-tahap Dalam Manajemen Kebidanan(Varney,2012)
Langkah I : Mengidentifikasi Data
Dasar
Pada langkah pertama dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya serta meninjau data
laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini
disimpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar yang lengkap. Bila klien
mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter dalam menajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
Langkah II : Identifikasi Diagnosis
/ Masalah Aktual
Dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai pengarahan,
masalah sering menyertai diagnosis.
Langkah III : Identifikasi Diagnosa
/ Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikas. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Langkah IV : Melaksanakan Tindakan
Segera dan Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.langkah keempat mencermingkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi,
pembahasan rencana bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakan tindakan.
Langkah
V : Rencana Asuhan Kebidanan
Direncanakan
Asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi
rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya. Dengan perkataan lain asuhan terhadap
wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut, oleh karena itu pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan.
Langkah VI : implementasi asuhan kebidanan
Pada langkah keenam in rencana
asuhan menyeluruh,seperti yang teleh diuraikan pada langkah yang kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman, implementasi dapat dikerjakan secara
keseluruhan oleh bidan ataupun bekerjasma dengan tim kesehatan lain, jika bidan
tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya misalnya : agar langkah-langkah tersebut benar benar terlaksana.
Langkah VII : eveluasi asuhan kebidanan
Dilakukan evaluasi efektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif pelaksanaanya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
D
. Pendokumentasian asuhan kebidanan
Asuhan
yang diberikan harus dicatat secara benar,jelas,singkat dan logis dalam satu
metode pendokumentasian,pendokumentasian yang benar adalah yang dapat
mengkombinasi kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan dan akan
dilakukan pada seorang klien.yang didlamnya tersirat proses berfikir sistematis
seorang bidan menghadapi klien sesuai dengan langkah langkah dalam proses
manajemen kebidanan. Menurut Helen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi
klien meliputi 7 (tujuh) langkah agar diketahui orang lain apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,maka
dokumentasi dalam bentuk SOAP (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2013).
1. Data Subjektif (S)
Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis langkah 1
varney,terutama data yang diperoleh melalui anamnesis data subjektif in
berhubungan masalah dari sudut pandang pasien.ekspresi pasien mengenai
kekahwatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis
2. Data Objektif (O)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil
observasi dari pemeriksaan fisik pasien pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostic lainnya.
3. Assessment (A)
Menggambarkan pendokementasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
a. Diagnosa / masalah
b. Antisipasi diagnose / masalah
potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan
dan dokter,konsultasi atau kolaborasi dan rujukan sebagai langkah II, III, IV
varney.
4.
Planning
Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi
data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahankan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin kesejahteraanya.
Standar
Nonmenklatur Diagnosa Kebidanan
1. Diakui
dan disahkan oleh profesi
2. Berhungan
langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki
cirri khaskebidanan
4. Didukung
oleh klinikjulgemen dalam praktik kebidanan.
Tabel II. Daftar nomenklatur
diagnose kebidanan
1.
|
Persalinan Normal
|
35.
|
Invertio Uteri
|
2.
|
Partus Normal
|
36.
|
Bayi Besar
|
3.
|
Syok
|
37.
|
Malaria Berat Dengan Komplikasi
|
4.
|
DJJ tidak normal
|
38.
|
Malaria Ringan Dengan Komplikasi
|
5.
|
Abortus
|
39.
|
Mekonium
|
6.
|
Solusio Placentae
|
40.
|
Meningitis
|
7.
|
Akut Pyelonephritis
|
41.
|
Metritis
|
8.
|
Amnionitis
|
42.
|
Migrain
|
9.
|
Anemia Berat
|
43.
|
Kehamilan Mola
|
10.
|
Apendiksitis
|
44.
|
Kehamilan Ganda
|
11.
|
Atonia Uteri
|
45.
|
Partus Macet
|
12.
|
Infeksi Mammae
|
46.
|
Posisi Occiput Posterior
|
13.
|
Pembengkakan Mamae
|
47.
|
Posisi Occiput Melintang
|
14.
|
Presentasi Bokong
|
48.
|
Kista Ovarium
|
15.
|
Asma Bronchiale
|
49.
|
Abses Pelvix
|
16.
|
Presentasi Dagu
|
50.
|
Peritonitis
|
17.
|
Hipertensi Kronik
|
51.
|
Placenta Previa
|
18.
|
Koagilopati
|
52.
|
Pneumonia
|
19.
|
Presentasi Ganda
|
53.
|
Pre-Eklampsia Ringan/Berat
|
20.
|
Cystitis
|
54.
|
Hipertensi Karena Kehamilan
|
21.
|
Cystitis
|
55.
|
Ketuban Pecah Dini
|
22.
|
Eklampsia
|
56.
|
Partus Prematurus
|
23.
|
Kelainan Ektopik
|
57.
|
Prolapsus Tali Pusat
|
24.
|
Ensephalitis
|
58.
|
Partus Fase Laten Lama
|
25.
|
Epilepsi
|
59.
|
Partus Kala II Lama
|
26.
|
Hidramnion
|
60.
|
Sisa Plasenta
|
27.
|
Presentasi Muka
|
61.
|
Retensio Plasenta
|
28.
|
Persalinan Semu
|
62.
|
Ruptura Uteri
|
29.
|
Kematian Janin
|
63.
|
Bekas Luka Uteri
|
30.
|
Hemorargik Antepartum
|
64.
|
Presentase Bahu
|
31.
|
Hemorargik Postpartum
|
65.
|
Distosia Bahu
|
32.
|
Gagal Jantung
|
66.
|
Robekan Serviks dan Vagina
|
33.
|
Invertio Uteri
|
67.
|
Tetanus
|
34.
|
Infeksi Luka
|
68.
|
Letak Lintang
|
BAB
III
STUDI
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY. “ K “ INPARTU
KALA
II
DENGAN PRESENTASE BOKONG DI RSUD ENDE
TANGGAL
23 NOVEMBER 2015
NO.
Rekam Medik :03
xxx
Tanggal
Masuk RS :
23-11-2015, Pukul 10.15 Wita
Tanggal
Partus :
23-11-2015, Pukul 10.53 Wita
Tanggal
Pengkajian :
23-11-2015, Pukul 10.20 Wita
LANGKAH
I IDENTITAS DATA DASAR
A.
Identitas istri / suami
Nama istri / suami : Ny “ K “ /
Tn “ A “
Umur :
19 tahun / 20 tahun
Nikah /Lamanya : 1 kali / ± 1 Tahun
Suku :Ende /
Ende
Agama :Katolik /
katolik
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat :
Moni
1. Keluhan
utama sakit perut tembus belakang
a. Riwayat
keluhan utama
b. Ibu
masuk RSUD Ende dengan keluhan sakit perut tembus belakanng pada taanggal 22 November 2015.
c. Sifat
keluhan hilang timbul
d. Usaha
klien untuk mengatasi nyeri adalah mengurut –urut belakangnya
e. Tidak
ada keluhan yang menyertainya
C. RIWAYAT
KEHAMILAN SEKARANG
1. GI
P0 A0
2.
HPHT 27-02-2015
3. HTP
20-11-2015
4. Pemeriksaan
antenatal dilakukan hanya 1 kali yaitu hanya pada trimester ke III
5. Suntikan
TT sebanyak 1 kali yaitu pada trimester ke III
6. Ibu
mendapat terapi : tablet Fe 10 tablet dengan dosis 1x1 tablet / hari, Vitamin
10 tablet
D.
RIWAYAT KESEHATAN YANG SEKARANG DAN LALU
1.
Ibu tidak ada riwayat
penyakit jantung, hipertensi, malaria dan diabetes
2. Ibu
tidak pernah menderita penyakit kelamin (HIV / AIDS, GO dan Sifilis)
3. Tidak
pernah dioperasi dan tranfusi darah
4. Tidak
ada penyakit yang menyertai kehamilan
5. Tidak
ada riwayat ketergantungan obat-obatan rokok dan alcohol
6.
Tidak ada riwayat
keterunan kembar dari pihak suami maupun istri
E
. DATA PSIKO ,SOSIAL,EKONOMI DAN SPRITUAL
1. Keluarga
senang dengan kehamilan ibu yang sekarang
2. Ibu
merasa khawatir dengan keadaannya dan janinnya
3. Hubungan
ibu dengan suami dan keluarga harmonis
4. Pengambil
keputusan dalam keluarga adalah suami
5. Ibu
mengerjakan pekerjaan RT dibantu oleh suami dan keluarga
6. Kebutuhan
bayi dan biaya persalinan sudah disiapkan
7.
Ibu selalu berdoa
semoga persalinannya berjalan lancar
F.R
IWAYAT KELUARGA BERENCANA
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
G.
RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
1.
Umur kehamilan ibu
cukup bulan
2. Ibu
mengeluh nyeri sakit perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir dan
darah, sejak tanggal 22-11-2015, Pukul 23.00 Wita
3. Sifat
nyeri hilang timbul dan mengganggu aktifitas ibu
4. Ada
pengeluaran air ketuban Pukul 10.30 Wita
5. Gerakan
janin kuat terutama disebelah kanan dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah
6. Ibu
tidak pernah merasa nyeri perut saat janin bergerak
7. Ibu
merasa sesak dan mengeluh sering kencing
8. Ibu
BAB terakhir tanggal 22-11-2015
9.
Ibu datang didampingi
oleh suami dan keluarga
G.
Pemeriksaan Fisik
1. KU
dan TTV
a. Penampilan ibu tampak lemah dan
kesadaran composmentis
b.
TB
: 160 cm
c. BB sebelum hamil : 62 kg
d. BB sekarang : 64 kg
e.
Lila :
23,5 cm
f.
TTV : Tekanan darah : 120/70
mmHg
Pernafasan :
24 x/menit
Nadi :
78 x/menit
Suhu : 36,6˚C
2. Kepala
Inspeksi: Kulit kepala bersih,lurus, warna
hitam dan rambut tidak mudah rontok
Palpasi
: Tidak ada massa serta tidak ada nyeri tekan
3. Wajah
Inspeksi: Simetris KI/KA, tidak ada kloasma
Palpasi : Konjungtiva merah muda,sclera tidak ikterus
4. Mulut
Inpeksi : Bibir
tidak pecah-pecah,keadaan gigi tampak bersih.
5.
Leher
Palpasi :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis
6. Payudara
Inspeksi
:Simestri kiri dan kanan ,putting susu terbentuk
,hiperpigmentasi aerola mammae.
Palpasi :Tidak ada massa dan nyeri tekan ,ada
kolostrum bila payudara dipencet
7. Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai umur kehamilan
,tampak linea gravidarum ,tonus otot tampak tegang dan tidak ada bekas luka
operasi.
Palpasi : Leopold I : TFU 3 jrbpx (31 cm)
Leopold II :
Punggung Kiri (PUKI)
Leopold III :
Bokong Sampurna
Leo[old IV :Divergen (BDP)
Auskultasi
: Denyut jantung janin terdengar jelas ,kuat dan teratur pada kuadran kiri
dengan frekuensi 140x/i
/TBJ
: (TFU x LP) : 31 x 90 = 2790 gram
8. Eksterimitas
Inspeksi :
Simetri kiri kanan ,tidak ada varises
Palpasi :
Ada odema pada kaki, refleks patella kiri dan kanan (+)
9. Pemeriksaan
Dalam (VT)
Tanggal 23-11-2015,
Pukul 10.30 Wita Oleh Bidan Nining
Rahmawati
a.
Vulva / vagina : Tidak ada kelainan
b.
Portio : Tidak teraba
c.
Ketuban : Pecah jernih jam 10.30 Wita
d.
Pembukaan : 10
cm
e.
Presentasi : Bokong sempurna
f.
Penurunan : Hodge IV
g.
Molase : Tidak ada
h.
Penumbungan : Tidak ada
i.
Kesan panggul :
Normal
j.
Pelepasan : Lendir,darah dan sisa air ketuban
10.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 23-11-2015
a. Darah
: HB : 12,2 gr %
b. Urine
:
Alb : Negatif
Reduksi : Negatif
LANGKAH II
IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
G1 P0 A0, gestasi 40 minggu 1 hari,
presentasi bokong sempurna, Hodge IV, tunggal, hidup, puki, inpartu kala II fase aktif, keadaan ibu dan janin
baik.
1. G1
P0 A0
Data Subjektif : ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak
pernah keguguran.
Data Objektif :
a.Tonus otot tampak tegang
b.
Tampak linea nigra
c.
Teraba bagian-bagian janin pada saat palpasi
Analisa dan interpretasi data
a. Pembesaran perut disebabkan oleh hipertropi otot-otot
polos uterus, disamping itu serabut–serabut kolagen yang ada pun menjadi
higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti
pertumbuhan janin.(Sarwono,2012;196 )
b. Tonus otot perut tampak tegang karena belum perna
teregang sebelumnya.Striae livide terjadi karena
serabut-serabut elastik dari lapisan kulit kedalam terpisah dan putus karena
regangan uterus, sehingga kulit uterus seolah-olah retak-retak dan warnanya
berubah agak hipeemik.
c. Pada
kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, dimana
fungsi keduanya ini mempengaruhi pertumbuhan, keseimbangan mineral,
metabolisme, menyeimbangkan hormon-hormon yang lain dan dimulainya persaliana (Penny,2010;79).
d. Keadaan
ini mengakibatkan hipertropi lobus intermedia hipofise sehingga produksi MSH
(Melanosis Stimulating Hormone) meningkat maka terbentuklah linea nigra (Sarwono,2011;204 )
2. Gestasi
Data Subjektif : Ibu mengatakan kehamilan cukup bulan
HPHT
: 27-02-2015
Data Objektif : HTP
: 20-11-2015
TFU :31 CM( 3 Jrbpx)
Analisa dan interpretasi data
Menurut rumus neagele
dari HPHT : 27-02-2015 maka didapatkan tafsiran persalinan 20-11-2015, dimana
hari pertama haid terakhir dikurang 7 hari, kemudian hasilnya dtambahi 9
bulan. (Williams 2010;79).
3. Presentasi
bokong sempurna, Hodge IV
Data
Subjektif : ibu merasakan gerakan janinnya
terasa lebih banyak dibagian bawah
Data
Objektif :
a. Leopold
I : 3 Jrbpx (30 cm)
b. Leopold
II : Punggung Kiri (PUKI)
c. Leopold III :
Bokong
d. Leopold IV :
Divergent
e. Auskultasi
DJJ terdengar sedikit lebih tinggi dari umbilicus,dengan frekuensi 140 x/i
Analisa
dan interpretasi data
a. Persalinan
pada bayi dengan presentasi bokong (letak sungsang) dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum
uteri (Sarwono, 2012;588).
b. Pada
PDV(Periksa Dalam Pravagina)hanya dapat diraba bokong
,menandakan bawa janin dengan presentase bokong sampurna.
(Sarwono,2012;587).
c. Pada
PDV penurunan bagian terbawah janin (bokong) berada pada H IV yaitu sejajar
dengan promontorium-PAP (HI), pinggir bawah simpisis (H II), setinggi spina
ischiadica (H III). Terletak setinggi ujung os soccygis (Sarwono, 2012).
d. Diagnosis
letak bokong dapat diketahui juga
dari keluhan ibu yakni pergerakan janin lebih banyak dibagian bawah (Sastrawinata, 2011;146).
e. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang sedikit lebih tinggi dari umbilikus
pada presentasi bokong.
f. Pada
palpasi akan teraba bagian yang keras, bundar dan melenting pada fundus uteri .
4. Tunggal,
hidup
Data Subjektif :
a. Ibu
mengatakan janinya bergerak kuat terutama
disebela kiri.
b. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat kembar baik dari pihaknya maupun dari suami.
Data
Objektif :
a. Palpasi
Leopold hanya teraba dua bagian besar janin pada tempat yang berbeda yaitu Leopold I teraba
kepala pada fundus dan Leopold III teraba bokong
b. Pembesaran
perut sesuai umur kehamilan
c.
DJJ hanya terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu tempat yaitu pada kuadran kiri atas perut dengan
frekwensi 140 x/menit
Analisa dan interpretasi data
a. Dari
hasil pemeriksaan ibu mengatakan tidak ada riwayat kembar baik dari pihak ibu
maupun dari pihak suami didukung oleh pemeriksaan Leopold I dan III teraba 2
bagian besar janin pada sumbu yang berlawanan bagian kepala pada kudran atas
dan bagian bokong pada bagian bokong perut serta pembesaran perut sesuai umur
kehamilan dan DJJ hanya terdengar pada satu tempat menandakan janin tunggal (Sarwono,2012).
b. Salah
satu tanda pasti kehamilan adalah bergerak pada usia kehamilan 20 minggu pada
primipara dan 16 minggu pada multipara dan adanya DJJ merupakan tanda bahwa
janin hidup (120-160 x/menit)
5. Punggung
kiri
Data Subjektif :ibu merasakan bahwa gerakan janinnya
dirasakan sebelah kanan perut
Data Objektif : Palpasi Leopold II teraba punggung
disebelah kiri perut
Analisa dan interpretasi data
Pada palpasi Leopold II teraba tahanan
keras, lebar seperti papan pada sisi kiri perut ibu dan pada sisi kanan perut
ibu teraba bagian kecil janin, hal ini menandakan bahwa punggung janin berada
disebelah kiri.
6. Inpartu kala II
Data Subjektif : Ibu merasa seperti mau BAB dan ingin
mengedan
Data
Objektif :His 5x10
menit durasi 45-50 detik, kuat dan teratur.
Dilatasi serviks 10 cm,portio melesap,anus terbuka dan vulva membuka dan
perineum menonjol.
Analisa dan interpretasi data
a.
Inpartu kala II adalah
kala pengeluaran jani, his terkoordinir kuat, cepat dan lebih lama. Bokong
janin telah turun dan masuk pada ruang panggul secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau BAB dengan
tanda-tanda anus terbuka.
b.
Dilatasi serviks 10 cm
(lengkap) dan portio melesap menandakan bahwa ibu masuk dalam inpartu kala II
7. Keadaan ibu dan janin
Data
Subjektif
a.
Ibu tidak ada penyakit
yang menyertai kehamilannya
b. Ibu tidak pernah penyakit jantung, hipertensi,
malaria, DM, dan penyakit kelamin
c. Janin
bergerak aktif disebelah kanan
Data
Objektif
a.
Keadaan
composmentis
b.
TTV
TD
: 120/70 mmHG
P
:
24 x/menit
N
: 78 x/menit
S
:
36,6 ˚C
c.
DJJ terdengar jelas
pada kuadran perut kanan atas sedikit
lebih tinggi
dari umbilikus dan frekwensi 140 x/menit, kuat dan teratur.
d.
Konjungtiva merah muda dan skelera tidak
ikterus
e.
Pada pemeriksaan laboratorium :
Hb
: 12,2 gr %
Alb : negatif (-)
Red : negatif (-)
Analisa dan interpretasi data
a.TTV
ibu masih dalam batas normal menandakan bahwa ibu dalam keadaan baik . TTV
normal yaitu:
TD
: Sistole : 100-130 mmHg P
: 16-24 x/menit
Diastole : 70-90 mmHg S
: 36,5˚C-37,5˚C
N : 70-90
x/menit
b.DJJ
dalam batas normal menandakan bahwa janin dalam keadaan baik.DJJ normal : 120-160 x/menit
c.Skelera tidak ikterus dan konjungtiva
merah muda menandakan bahwa ibu dalam keadaan baik
d. Pemeriksaan
laboratorium :
Hb : 12,2 gr %, ALB :
negatif (-) dan Red : negatif (-) menandakan ibu dalam keadaan baik. Nilai
normal Hb : 12-14 gr %, Alb dan Red : negatif (-)
LANGKAH III
IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH POTENSIAL
1. Potensial
terjadinya partus lama
Data Subjektif
: Tampak gelisah atau cemas dengan kehamilannya
DataObjektif
:
Leopold III teraba bokong
Pemeriksaan
Dalam (VT) : Presentasi bokong sempurna
Analisa dan interpretasi data
a.
Prognosis bagi ibu
dengan persalinan letak sungsang adalah partus lama
b.
Partus lama
adalah persalinan yang berlangsung lebihh dari 24 jam pada primipara dan lebih
dari 18 jam pada multipara.
c.
Salah satu etiologi
dari partus lama adalah kelainan letak janin misalnya pada janin dengan
presentasi bokong.Gejala klinik pada ibu dengan partus lama adalah gelisah dan cemas
2. Potensial
terjadinya asfiksia
Data
Subjektif :
Data Objektif :
Leopold III teraba bokong
Pemeriksaan
Dalam (VT) : presentasi bokong sempurna.
Analisa dan interpretasi data
a.
Prognosis bagi janin
dengan kelahiran bokong adalah adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir
dan juga setelah perut lahir ,tali pusat terjepit diantara kepala dan panggul
,anak bisa menderita asfiksia.
b.
Asfiksia adalah keadaan
dimana bayi yang baru lahir tidak segera bernafas dengan spontan dan teratur
setelah dilahirkan.
c.
Asfiksia dalam
persalinan dapat disebabkan oleh kekurangan O2 pada partus lama.
LANGKAH
IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter obygn
mengenai penanganan pada ibu dengan partus lama dan pada bayi dengan asfiksia.
LANGKAH
V RENCANA TINDAKAN
Diagnosa : G1 P0 A0, gestasi 40 minggu 1 hari,
presentasi bokong sempurna, Hodge IV, tunggal, hidup, puki, inpartu kala II,
keadaan ibu dan janin baik
a.
Tujuan :
b. Inpartu
kala II berlangsung baik
c. keadaan
ibu dan janin baik
d. Ibu mendapat dukungan fisik dan psikis dari keluarga
e. Ibu
dapat beradaptasi dengan keadaannya yang diakibatkan oleh letak janin.
f. Tidak terjadi partus lama
g. Tidak
terjadi asfiksia
b.
Kriteria :
a. Kala
II berlangsung normal 1 ½-2 jam kemudian, paling lambat Pukul 11.00 Wita
b. Keadaan
ibu dan janin baik
c. TTV
: TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-90 mmHg
P : 16-24 x/menit S : 36,5°c-37,5°c
N : 70-90 x/menit P :20x/i-24x/i
d. His
: 5x10 menit durasi 50-55 detik
e. DJJ
: 100-180 x/menit
f. Ibu
dan keluarga mengerti dan menerima perubahan yang terjadi pada ibu.
g. Ibu
tidak gelisah dan cemas
h. Persalinan
berlangsung tidak lebih dari 24 jam (Kala I-IV)
i. Bayi
yang baru dilahirkan segera bernafas dengan spontan danteratur setelah
dilahirkan
Rencana tindakan
Tanggal 23 -11-2015 Pukul 10.30 Wita
1. Menyapa ibu
2. Sampaikan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
Rasional
: Apabila ibu dan keluarga mengetahui keadaanya maka akan memberikan dukungan psikologi yang dapat
mengurangi kecemasaan dan siap mengadapi persalinan.
3.
Anjurkan pada keluarga
untuk memberi makan dan minum pada ibu bila tidak ada his
Rasional
: Makan
dan minum adalah sumber energi dan kalori yang dibutuhkan yang disuplai keejaringan .Ibu dalam proses persalinan
membutukan kalori yang banyak dan bila ibu tidak mensuplai makanan dan minuman
untuk mngganti kalori yang keluar mak ibu akan kelelahan.
4. Anjurkan
ibu untuk berbaring dengan cara litotomi
Rasional
: Dapat mempermudah penolong dalam memimpin
persalinan dengan letak bokong.
5. Beri
dukungan moril pada ibu
Rasional
: Dengan memberi dukungan ibu akan bersemangat sehingga kegelisaan dan
kecemasannya dapat teratasi
6. Anjurkan
ibu untuk meneran bila ada his
Rasional
: Dengan adanya dorongan meneran dari ibu saat ada his bisa mempercepat turunnya kepala janin.
7. Lakukan
tekhnik PI sesuai standar
Rasional : mencegah infeksi silang
8. Siapkan
alat partus, laruran clorin 0,5%, air DTT, tempat plasenta, tempat sampah,
pakaian ibu dan selimut bayi
Rasional :Dengan menyiapkan peralatan sebelumnya
maka akan memperlancar proses
pertolongan persalinan dan mencegah terjadinya infeksi silang.
9. Observasi
DJJ,His dan nadi tiap 30 menit
Rasional : Dengan mengobserpasi ,dapat mengetahui keadaan ibu dan janin dan mempermudah petugas dalam mengantisipasi masalah
yang mungkin terjadi.
10.
Melakukan
pemeriksaan dalam dan observasi TTV
Rasional :Pemantauan TTV untuk mengetahui keadaan ibu
dan untuk mengetahui kemajan persalinan.
11.
Menginformasikan
hasil pemantauan kala I kepada ibu dan keluarga
Rasional :
12.
Membimbing ibu
untuk meneran
Rasional :
13.
Dokumentasikan
hasil pemantauan kala I dalam partograf
Rasional : Merupakan standarisasi dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan dan memantau ,menilai kemajuan persalinan ,keluhan ibu ,janin
serta memudahkan pengambilan keputusan klinis dan rencana tindakan.
LANGKAH
VI
: IMPLEMENTASI
Tanggal 23-11-2015 jam 10.35 Wita
1. Menyampaikan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Menganjurkan
pada keluarga untuk memberi makan dan minum kepada ibu bila tidak ada his
3. Menganjurkan
ibu berbaring secara litotomi
4. Memberi
dukungan moril pada ibu
5. Menganjurkan
ibu untuk meneran bila ada his
6. Melakukan
teknik PI sesuai standar
7. Menyiapkan
alat partus, larutan klorin 0,5%, air DTT, tempat plasenta, tempat sampah,
pakaian ibu dan selimut bayi
8. Observasi
DJJ,His dan nadi tiap 30 menit
His :5x10 menit dengan durasi 45-55x/i
DJJ :140x/i Nadi : 80 x/i
9.
Melakukan
pemeriksaan dalam dan observasi TTV
a.
Vulva / vagina : Tidak ada kelainan
b.
Portio :
Tidak teraba
c.
Ketuban : Pecah jernih jam 10.30 Wita
d.
Pembukaan : 10
cm
e.
Presentasi : Bokong sempurna
f.
Penurunan : Hodge IV
g.
Molase : Tidak ada
h.
Penumbungan : Tidak ada
i.
Kesan panggul :
Normal
j.
Pelepasan : Lendir,darah dan sisa air ketuban
TTV
TD :120/70
mmHg
P :
24 x/i
S :
36,6 °c
10.
Menginformasikan
hasil pemantauan kala I kepada ibu dan keluarga
11.
Membimbing ibu
meneran
12.
Dokumentasikan
hasil pemantauan kala I pada partograf
13.
Melihat tanda
dan gejala kala II
14.
Mendekatkan alat
partus
15. Memakai alat pelindung diri
16. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir
17. Memasang
handuk diatas perut ibu dan duck dibawah bokong ibu.
18. Membuka penutup bak partus
19. Memakai sarung tangan
20. Mempersiapkan
diri untuk menolong secara klasik, mauritceau.
21. Memasang
handuk diatas perut ibu dan duck dibawah bokong ibu.
22. Melindungi
perineum agar tidak terjadi rupture.
23. Saat
bokong tampak dibawah vulva ,lakukan
episotomi
24. Melahirkan bokong
secara klasik ,dimana bokong dicekap dengan kedua tangan ,kedua ibu jari berada
pada sacrum dan jari-jari lain melingkari Krista II iliaca kemudian digerakkan
sampai ujung bawah.
25. Melahirkan
lengan belakang bila punggung berada di sebelah kiri kedua kaki janin dipegang
secara perasat garpu dan digerakkan kekanan atas, jari tangan dan jari telunjuk
tangan kanang penolong melalui scapula menyusuri humerus janin menuju lengan
belakang sampai fossa cubiti dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan
bimbingan kedua jari tersebut dengan gerakan seakan-akan menyapu muka bayi.
26. Mengeluarkan
lengan depan kemudian kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong dan
ditarik kearah bawah. Tangan kiri penolong menyusuri punggung janin menuju ke
lengan dan sampai fossa cubiti dan lengan depan dikeluarkan.
27. Setelah
lengan lahir, lahirkan kepala secara mauritceau, janin diletakkan di lengan
kiri bawah penolong dan jari tengah kanan penolong dimasukkan kedalam mulut
janin, sedangkan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada maksila untuk
menjaga kepala janin agar tetap fleksi. Tangan kanan memegang kedua bahu janin
dengan dua jari diletakkan pada bahu kanan dan bahu kiri. Kemudian janin
ditarik kebawah searah sumbu panggul sampai dagu, hidung, muka, dan kepala bayi .
Bayi lahir
jam 10.53 Wita,BB: 2700 gram,PB:48cm,JK:P
28. Membersihkan
jalan nafas, menghisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir.(Saction)
29.
Meletakkan bayi di atas
perut ibu dan nilai keadaan bayi
30.
Mengeringkan bayi.
31.
Menjepit tali pusat dengan klem 3-5 cm vulva dan klem kedua 1-2
cm dari klem pertama
32.
Melindungi tali pusat dengan tangan kiri menggunakan
kasa ,lalau potong tali pusat.
33.
Menyelimuti
kembali bayi dengan selimut yang bersih dan kering
34.
Melakukan
IMD(Inisiasi Menyusui Dini)
KALA III
35.
Memeriksa perut
ibu ,apakah bayi tunggal atau ganda
36.
Memeriksa tinggi
fundus uteri
37.
Memberitahu ibu untuk
pemberian suntikan oxytosin : Ibu bersedia disuntik.
38.
Memberikan suntikan
oxytosin secara IM sebanyak 10 unit
39.
Memindahkan klem
pada tali pusat dengan jarak 5-6 cm dari vulva
40.
Meletakkan
tangan kiri diatas simpisis
41.
Melakukan PTT
(peregangan tali pusat terkendali) : Tali pusat bertambah panjang dan tidak
masuk saat ditekan pada bagian bawah uterus kearah dorsol cranial.
42.
Meminta ibu untuk
meneran sedikit bila plasenta nampak di vulva dan tangan kanan menarik tali
pusat kearah bawah.
43.
Memegang dan
menjemput plasenta searah jarum jam,Plasenta lahir lengkap
jam 11.00 Wita.
44.
Masase fundus uteri
secara sirkuler : Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.
45.
Memeriksa kelengkapan
plasenta : Kotiledon, selaput amnion, dan selaput chorion lengkap
46.
Memeriksa adanya
robekan jalan lahir : Terdapat robekan (ruptur perineum tingkat II).Melakuakan penjahitan tanpa anastesi.
47.
Melakukan observasi
kontraksi uterus : Kontraksi uterus baik
dan TFU
setinggi
pusat
48.
Membersihkan
sarung tangan dari darah dan lendir dengan larutan klorin 0,5% .
49.
Mengikat tali
pusat 2-3 cm dari umbilicus dengan simpul mati
50.
Mengikat tali
pusat dengan simpul mati untuk ledua kalinya
51.
Melepaskan klem
tali pusat dan masukan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%
52.
Menyelimuti
kembali bayi
53.
Melakukan IMD
54.
Membersihkan ibu dari
sisa air ketuban, darah dan mengganti pakaian ibu
55.
Mengatur posisi ibu
senyaman mungkin : Ibu dalam posisi telentang
56.
Membereskan peralatan
kemudian merendam kedalam larutan clorin 0,5% serta mendokumentasikan tempat
persalinan dengan larutan clorin 0,5 %.
Mencuci tangan di bawah air mengalir
dengan sabun dan mengeringkan dengan handuk.
57.
Menganjurkan ibu
unuk memulai pemberian ASI dan makan makanan bergizi.
Mengobservasi TTV, kontraksi uterus,kandung kemih dan jumlah pendarahan.
58.
Mendokumentasikan hasil
asuhan dengan melengkapi partograf : Partograf terlampir.
LANGKAHS VII : EVALUASI
Tanggal 23-11-2015 ,Pukul 11.10 Wita
1. Inpartu
kala I , II ,III Dan IV berlangsung baik ditandai dengan
pembukaan lengkap pada Pukul 10.20 Wita ketuban pecah jernih Pukul 10.30 Wita,
dan penurunan bokong Hodge IV.
Bayi lahir
spontan pada pukul 10.53 Wita dengan JK :
P ,BB :2700 Gram, PB :48 cm dan A/S : 8/10.
Plasenta
lahir lengkap pada pukul 11.00 Wita
2. Keadaan
ibu dan bayi baik di tandai dengan
:
a. TTV : TD :
120/70 mmHg P
: 24x/menit
N :
78 x/menit S :
36,6˚C
b. BB :2700 Gram ,PB :48cm ,
3. Ibu
dan keluarga mengerti dan menerima perubahan yang terjadi pada ibu.
4. Ibu
merasa mules di perut bagian bawah dan kelelahan.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Puskesmas/RS/RS
|
No. RM
:03xxx
Nama pasien : ʺ Kʺ
|
|
Catatan Perkembangan
|
Nama
: ʺSʺ
|
|
Tanggal /Jam
|
Catatan Perkembangan (SOAP)
|
Nama/Paraf
|
23-11-2015
15 Menit jam I
11.15-12.00
|
KALA IV
S : a. .Ibu merasa lelah dan ingin istirahat
b.Ibu dan keluarga merasa senang dengan kelahiran bayinya.
O : 1.
Kontraksi uterus baik,teraba bundar dank eras.
2. Terdapat jahitan
3. Pendarahaan ± 50 cc
4. Kandung kemih kosong
5. TTV
TD : 120/70
mmHg
P : 24 x
/menit
N : 78 x
/ menit
S :
36,6 º C
A : Kala IV
berlangsung normal
P : 1. Mengevaluasi TTV,TFU dan kontraksi
uterus
2. Mengevaluasi kandung kemih
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
4. Memberitahu ibu untuk mengganti pembalut
bila terasa penuh
|
|
23-11-2015
30 Menit jam II
12.30-13.00 wita
|
S : a.Ibu merasa lelah
O : 1. Kontraksi uterus
baik,teraba bundar dan k eras.
2. Terdapat jahitan
3. Pendarahaan ± 20 cc
4. Kandung kemih kosong
5. TTV
TD : 120/80
mmHg
P : 24 x /menit
N : 80 x
/ menit
S :
3686 º C
A : Kala IV berlangsung
normal
P : 1.
Mengevaluasi TTV,TFU dan kontraksi uterus
2.
Mengevaluasi kandung kemih
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
4. Memberitahu ibu untuk mengganti pembalut bila
terasa penuh.
5. Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum
6. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi
|
|
14.00 Wita
|
Pasien pindah ke Ruangan PNC (Nifas III)
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini
akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus. Dalam penerapan Asuhan Kebidanan Intranatal Dengan Persentasi
Bokong di UPTD RSUD Ende tanggal
23 November 2015.
Pembahasan
ini disusun berdasarkan dari Asuhan yang nyata dengan pendekatan Manajemen
Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 7 langkah.
A.
Langkah
I. Identifikasi Data Dasar
Dalam pengkajian dimulai dari pengumpulan
data melalui anamnese, meliputi identitas isteri dan suami, riwayat antrenatal
care, riwayat persalinan sekarang yang berpedoman pada format pengkajian yang
telah tersedia, namun tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data
lain yang ditemukan pada ibu, selanjutnya pemariksaan fisik yang dimulai dari kepala
sampai kaki meliputi inspeksi,palpasi, perkusi, auskultasi dan vagina touch
(VT)
Pada tinjauan pustaka dijelaskan
bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm), presentasi bokong didapatkan dari
anamnese dimana gerakan janin lebih kuat pada perut bagian bawah dan perut
bagian atas teraba benda keras (kepala), pada pemeriksaan Leopold I teraba
kepala pada fundus, dan Leopold III teraba bokong, auskultasi denyut jantung
janin didapatkan pada daerah sedikit diatas umbilicus, sedangkan bila ligament
denyut jantung
janin terdengar dibawah
umbilicus, dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong.
Pada
tinjauan kasus berdasarkan riwayat antenatal care ibu hanya memeriksakan
kehamilanya 1 kali selama kehamilan dan pada anamneses didapatkan ibu mengeluh
timbul rasa mules dan nyeri perut tembus belakang sejak tanggal 22 Novembee 2015
Pukul 23.00 Wita, terutama didaerah sebelah kiri bawah, ibu merasakan agak
sesak pada perut bagian atas karena kepala yang menekan tulang iga, Leopold III
presentasi bokong, dan hasil VT didapatkan dilatasi serviks 10 cm, ketuban
pecah, presentasi bokong sempurna dan penurunan Hoodge IV.
Berdasarkan data diatas, penulis menemukan
kasenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, dimana dari riwayat
kunjungan antenatal yang hanya dilakukuan 1 kali selama kehamilan sehingga
penulis menyimpulkan salah satu faktor dari persalinan letak sungsang ini
adalah kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilanya
A.
Langkah
II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Dalam
menegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan berdasarkan
pendekatan asuhan kebidanan didukung boleh beberapa data baik data subjektif
maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah
dilaksanakan
Pada
tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm),
presentasi sungsang didapatkan dari anamnese dimana gerakan janin lebih kuat
pada perut bagian bawah dan perut bagian atas teraba benda keras (kepala), pada
pemeriksaan Leopold I teraba kepala pada fundus, dan Leopold III teraba bokong,
auskultasi denyut jantung janin didapatkan pada daerah sedikit di atas
umbilicus, sedangkan bila engagement denyut jantung janin terdengar dibawah
umbilicus, dan pada pemeriksaan dalam didapatkan presentasi bokong
Pada
tinjauan kasus pada anamnese didapatkan ibu hamil pertama, tidakm pernah
keguguran, HPHT tanggal 27-02-2015, ibu mengeluh nyeri tembus
kebelakang sejak tanggal 23-11-2015 jam 23.00 Wita, ibu
merasakan janinya bergerak kuat, perut bagian atas yang menekan tulang iga
sehingga ibu merasa agak sesak, ibu tidak bisa tidur karena nyeri yang
dirasakan, Leopold III presentasi bokong dan hasil VT didapatkan dilatasi
serviks 10 cm, ketuban utuh, presentasi bokong dan penurunan Hoodge IV,
sehingga penulis merumuskan diagnosa/masalah aktual GI P0 A0, umur kehamilan 40
minggu 1 hari, PU-KI, situs memanjang, presentasi bokong, divergen, tunggal,
hidup, keadaan janin baik, inpartu kala II fase aktif dengan masalah nyeri
teratasi karena kontraksi.
Berdasarkan
uraian diatas pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny “ K“.
B.
Langkah
III. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen
asuhan kebidanan adalah mengidentifikasikan adanya masalah potensial yaitu
mengantisipasi jika memungkinkan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi
sesuai
dengan tinjauan pustaka bahwa presentasi sungsang setelah bokong lahir dapat
terjadi penekangan pada tali pusat sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah
dan oksigen dari plasenta ke janin sehingga janin kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan asfiksia.
Berdasarkan
data yang ada pada studi kasus Ny. “ K
“ di lahan praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu partus lama
tidak terjadi, namun bayi asfiksia. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny. “ K “ ditemukan adanya
kesenjangan.
C.
Langkah
IV. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi
Pada tinjaun pustaka bahwa beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak. Situasi lainnya bila saja
tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.Dan pada tinjauan kasus
disini dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan partus lama dan
penanganan pada bayi asfiksia.
Dengan demikian adanya kesamaan antara
tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di lahan
praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan
D.
Langkah
V. Rencana Asuhan Kebidanan
Dalam
membuat perencanaan penulis malakukan sesuai data yang diperoleh dan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan ibu. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menjadi
pedoman dalam suatu tindakan.
Pada
tinjauan pustaka dijelaskan bahwa tindakan yang dilakukan pada presentasi bokong, dapat berlangsung
pervaginam dan ditolong oleh tenaga terlatih, mengikuti kemajuan persalianan,
menolong persalinan dengan menyiapkan alat resusitasi, sikap menunggu sambil
menyokong perineum, melakukan episiotomi, dan melahirkan bokong secara bracht,
dan apabila lengan bahu tidak dapat lahir dapat dilahirkan dengan cara manual
aid yaitu cara klasik, muller, lovset, serta melahirkan kepala dengan cara
mourutceau
Sedangkan
tinjaun kasus pada Ny. “ K
“, rencana tindakan yang dilakukan adalah asuhan sayang ibu, menyiapkan alat
partus, mengobservasi
kemajuan persalinan, menyiapkan resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong perineum, dan
melahirkan bokong dengan cara brach, dan melahirkan bahu dengan cara klasik
serta melahirkan kepala dengan cara mouritceau.
Berdasarkan
uraian diatas, pada tahap ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny.“ K“ di Rumah Sakit Umum Daerah Ende..
E.
Langkah
VI. Melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada
tinjaun pustaka dijelaskan rencana asuhan menyeluruh yang teknik direncanakan
dan dilaksanakan secara efisien dan aman. Dengan menyesuaikan kondisi, keadaan
dan kebutuhan ibu serta menjelaskan apa yang akan dilakukan sehingga ibu dan
keluarganya dapat membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan.
Pada tinjauan kasus semua rencana asuhan
kebidanan telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ende tanggal 23-11-2015, secara garis besar
penanganan yang dilakukan untuk menangani presentasi sungsang menunjukkan
adanya kesamaan dengan tinjaun pustaka.
F.
Langkah
VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi
merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu penilaian
terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan
berpedoman pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
Hasil
evaluasi setelah penanganan pada presentasi bokong, adalah persalinan
berlangsung normal, dimana kala II tidak lebih dari kriteria yang ditetapkan,
ibu dapat melahirkan pervaginam, keadaan ibu baik, bayi lahir tanggal 23 November2015 Pukul 10.53 Wita,
presentasi bokong sempurna, jenis kelamin perempuan, BBL 2700 gram, PBL 48 cm,
afgar score 7/9 karena bayi tidak
langsung menangis atau terjadi asfiksia
Dari
hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuhan kebidanan
yang diterapkan tidak tecapai semua sehingga pada hasil evaluasi ini terjadi
kesenjangan dimana hasil evaluasi dari asuhan yang diberikan tidak semuanya
berhasil berdasarkan tujuan yang diberikan.
BAB
V
PENUTUP
Setelah penulis
mempelajari teori dan pengelaman langsung di lahan praktek melalaui studi kasus
tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Ny‟K”
dengan Letak Bokong d RSUD Ende tanggal 23
November 2015 ,maka dalam bab ini penulis menarik
kesimpulan dan saran –saran.
A.
Kesimpulan
1.
Pada identifikasi data
dasar yang dilaksanaka Ny.“K“
ditemukan kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus, dimana berdasarkan
riwayat kehamilan ibu, yang hanya memeriksakan kehamilanya 1 kali sehingga
penulis menyimpulkan salah satu faktor penyebab dari kelahiran sungsang adalah
kurangnya kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilanya.
2.
Diagnosa aktual pada
Ny.“ K “adalah GI P0 A0 ,
masa gestasi 40 minggu 1 hari, punggung kiri, situs memanjang, presentasi
bokong, divergen, tunggal, hidup, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala II
fase aktif.
3.
Masalah potensial yang terjadi
pada Ny. “ K
“ adalah bayi asfiksia
4.
Pada kasus Ny.“ K“ dilakukan kolaborasi
dengan dokter untuk persiapan penanganan bayi asfiksia.
5.
Pada rencana tindakan
asuhan kebidanan pada Ny.“ K
“ yaitu inpartu kala II berlangsung dengan baik, keadaan ibu dan janin baik,
ibu dapat beradaptasi dengan keadaanya, tidak terjadi partus lama dan bayi
asfiksia
6.
Pada kasus Ny.“ K “ semua rencana
tindakan dapat dilakukan dengan baik
7.
Hasil evaluasi pada
asuhan kebidanan pada Ny.“ K
“ adalah persalinan berlangsung normal, ibu dapat melahirkan pervaginam,
keadaan ibu baik, bayi lahir tanggal 23
November 2015Pukul 10.53 Wita, presentasi bokong
sempurna, jenis kelamin perempuan, BBL 2700
gram, PBL 48 cm, afgar score 7/8 karena bayi tidak langsung menangisatau
terjadi asfiksia
8.
Penanganan yang
dilakukan pada letak bokong pada Ny. “ K
“ adalah cara bracht untuk melahirkan bokong, cara klasik untuk melahirkan bahu
dan cara mauritceau untuk melahirkan kepala
B.
Saran
1.
Bagi ibu hamil
a. Pada
ibu yang memiliki kasus yang sama dengan kasus yang ada diatas pada masa
kehamilan seharusnya rajin memeriksakan kehamilanya supaya dapat ditangani
lebih dini, seperti disuruh nungging pagi dan sore selama 10 menit, sehingga
letak bokong dapat berputar ketempat semula, atau bisa dilakukan versi luar. Penyulit-penyulit
yang kemunkinan bisa terjadi dalam persalinan dapat segera ditangani
b. Untuk
mencegah kelahiran bokong
sebaiknya ibu hamil harus memperhatikan kunjungan antenatal cerenya, sehingga
dapat dilakukan penanganan secara dini.
c. Bagi
ibu yang memiliki kasus yang sama sampai pada persalinan agar memilih tempat
dengan peralatan yang lengkap, sehingga apabila terjadi partus lama atau bayi
asfiksia dapat segera ditangani dengan cepat, sehingga dapat mengurangi angka
kematian ibu dan bayi.
2.
Saran Untuk Bidan
a.
Diharapkan seorang
bidan agar dapat lebih profisional dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi khususnya
dalam kasus letak bokong agar tidak tarjadi komplikasi yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b.
Diharapkan seorang
bidan harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan
khususnya dalam mendiagnosa ]suatu masalah yang dihadapi pasiennya agar
tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien.
c.
Diharapkan seorang
bidan dalam melaksanakan tugasnya diperluhkan adanya kerjasama antar tim dan
diperluhkan ketersediaan dana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan
mutu pelayanan asuhan pada klien .
d.
Penulis mengharapkan
agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan pada setiap tempat pelayanan
kesehatan seperti RSU,RB,Puskesmas rawat Inap dan lain sebagainya dalam rangkauntukmendapatkan hasil yang
diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu digunakan mengingat hal
tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di
kemudian hari
3.
Saran Untuk Rumah Sakit
Sebaiknya
pihak UPTD RSUD Ende menempatkan bidan sebagai para medis tetap yang bertugas
di ruangan bersalin,nifas / perawatan ginekologi dan ruang bayi agar setiap
klien mendapatkan kualitas pelayanan yang profisional sesuai dengan disip[lin
ilmu yang dimiliki petugasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Boyle
Moureen. 2008. Kedaruratan Dalam Persalinan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Chapman
Vicy, 2013. Asuhan Persalinan Dan Kelahiran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Leveno,
K. J,dkk 2010. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Mochtar Rustam. 2011. Sinopsis Obstentri Fisiologi dan Obstentri Patofisiologi. Edisi 3
Jilid I. Jakarta. EGC
Nugroho, Taufan.2012.Patologi Kebidanan.Yogyakarta;Medical book
Prawihardjo
Sarwono,2011.Ilmu Kandungan. Edisi ke
III Cetakan. Pertama.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta
Rahmawati,
Titik. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. PT Prestasi Pustakaraya : Jakarta
Sastrawinata,
S. dkk. 2011. Obsetri Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Simkin
Penny. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, melahirkan dan bayi. ARCAN. Jakarta
Supari.
2013. Penurunan Angka Kematian ibu dan Bayi. http: // ugm. ac. id. diakses
31 mei 2011
Varney
Helen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Widjanarko Bambang.
2010. Persalinan Pada Presentasi Bokong.
http://reproduksi umj.blogspot.com/search/laber/distosia. Diakses tanggal 31 mei 2011.
Kak.. Postingan KTI kebidananx di tambah lagi donk !
BalasHapus