BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia 2016 adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta pemerataan pelayanan
kesehatan yang dapat terjangkau oleh masyarakat. strategi peningkatan mutu
pelayanan kesehatan adalah profesionalisme dibidang pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai
bagian dari sistem pelayanan kesehatan mempunyai tuntutan untuk memberikan
pelayanan yang bermutu (berkualitas) kepada masyarakat.
Kemampuan tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas harus ditopang dengan pengetahuan dan skill yang memadai dibidang
keperawatan yang meliputi usaha preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif. Kehandalan tenaga keperawatan terlihat dari kemampuannya dalam
penanganan kasus-kasus baik ditempat pelayanan kesehatan maupun dimasyarakat (Depkes RI, 2003).
Perawatan sebagai pelaksana terdepan pemberian Pelayanan kesehatan, kepada masyarakat harus
mampu menangani berbagai kasus penyakit pada masyarakat. Pneumonia adalah
penyakit yang menimbulkan berbagai macam penyimpangan kebutuhan dasar
manusia yang memerlukan penanganan yang tepat.
Pneumonia merupakan suatu peradangan
pada paru yang dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Sedangkan peradangan pada paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pneumonia menjadi salah satu
masalah kesehatan di beberapa negara di dunia, termasuk juga di Indonesia.
Sebuah studi menyebutkan rata-rata kasus pneumonia dalam setahun adalah 12
kasus setiap 1000 orang. Di Amerika Serikat, pneumonia merupakan penyebab
kematian ke-6, dan merupakan penyebab kematian nomor satu untuk penyakit
infeksi. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001, pneumonia (dan
influenza) merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Ruanga IRD Anak Bahwa kurun waktu 1 minggu dari tanggal 14 – 20 Maret 2016 didapatkan pneumonia sebanyak … orang diantaranya yaitu umur 3 bulan - 17 thn. Perempuan … (…%)
orang, laki-laki ;… (…%) orang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
penulis tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada
Klien An. “N” dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : CAP (community
acquired pneumonia) di Ruang
IRD Anak RSUP Wahidin
Sudiro Husodo Makassar.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan community
acquired pneumonia di Ruang
IRD Anak RSUP Wahidin
Sudiro Husodo Makassar.
2.
Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran nyata tentang pengkajian
pada klien dengan community acquired pneumonia
b. Memperoleh gambaran nyata cara perumusan
diagnosa keperawatan pada klien dengan community
acquired pneumonia.
c. Memperoleh gambaran nyata tentang cara
menyusun rencana keperawatan pada klien dengan community
acquired pneumonia.
d. Memperoleh gambaran nyata tentang tindakan
keperawatan pada klien dengan community acquired
pneumonia.
e. Memperoleh gambaran nyata tentang evaluasi
hasil tindakan keperawatan dan pencapaian tujuan keperawatan pada klien dengan community
acquired pneumonia.
C.
Manfaat Penulisan
1. Institusi
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam
meningkatakan mutu pendidikan pada masa yang akan datang dan dapat digunakan
untuk adik-adik tingkat sebagai literatur dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
pada kasus Community Acquired Pneumonia
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat pelaksana di rumah sakit salam
rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya kasus Community
Acquired Pneumonia.
3. Klien/ Keluarga
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang kasus Community
Acquired Pneumonia.
4. Tenaga Keperawatan
Dapat menjadi referensi bagi pembaca khususnya tenaga keperawatan
untuk dijadikan sebagai acuan selama pendidikan dan dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan.
D.
Metode Penulisan
Metode
penelitian yang digunakan penulisan dalam pembuatan karya tulis ini adalah :
1. Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan mengumpul informasi dari referensi-referensi yang
berhubungan dengn kasus Community Acquired
Pneumonia
2. Studi Kasus
Melakukan pengalaman langsung pada pasien yang menderita Community
Acquired Pneumonia di RSUP
Wahidin sudiro husodo makassar melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi).
Untuk menghimpun data/ informasi dalam pengkajian, penulis menggunakan
teknik :
a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung
pada klien setiap hari untuk mengetahui perkembangan dari tindakan yang telah
diberikan
b. Wawasan yaitu mengadakan Tanya jawab/
anamneses secara langsung kepada klien, keluarga, perawat, dan dokter.
c. Dokumentasi yaitu mencatat data yang
berhubungan dengan kebutuhan pengkaji khusus.
E.
Sistematika Penulisan
Karya
tulis ilmiah disusun secara sistematis dalam 5 bab, sebagai berikut
BAB I :
PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang membahas tentang konsep
teori medic dan keperawatan pasien Community Acquired
Pneumonia,
mencakup : pengertian, anatomi fisiologi sistem pernafasan, etiologi, insiden, patofisiologi,
manifestasi klinis, tes diagnostic, komplikasi, penatalaksanaan, dan proses
keperawatannya.
BAB III :
TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus, membahas tentang kasus klien An“N” yaitu pengkajian data, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV :
PEMBAHASAN
Pembahasan yang menguraikan tentang
kesenjangan yang terjadi antara konsep dasar teori (tinjauan pustaka) dengan
tinjauan kasus.
BAB V :
PENUTUP
Penutup menguraikan tentang kesimpulan hasil
pembahasan dan saran.
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
dasar medik
1.
Defenisi
Pnemonia adalah suatu peradangan pada paru
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing (Ngastiyah, 1997 : 39), tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
pnemonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru (Mansjoer, dkk. 2000 : 465). Sedangkan pengertian pnemonia
menurut Long (1996 : 434) adalah peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia
digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penyakit pnemonia adalah peradangan pada parenkim paru dengan faktor penyebab
yang kompleks dan terjadi konsolidasi cairan pada rongga alveoli oleh eksudat.
2. Anatomi
Dan Fisiologi Paru-Paru
a. Anatomi paru-paru
Sistem pernafasan terdiri dari
sistem pernafasan atas dan bawah yang dimulai dari hidung sampai paru-paru.
Paru- paru merupakan sistem pernafasan bagian bawah dan dapat dilihat pada
gambar 1.
Syaifuddin (1997 : 90 ) mengemukakan tentang
anatomi paru-paru. Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada, bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus dan pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh pleura.
Pleura dibagi dua
yaitu :
1). Pleura Visceral
yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2). Pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura
terdapat kavum pleura yang hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis
dan juga terdapat surfaktan yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura untuk
mencegah gesekan antara dinding dada dan paru-paru sewaktu bernafas.
Paru - paru terdiri dari sebagian
besar alveoli. Pada alveoli terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Paru-paru dibagi dua bagian yaitu :
1). Paru-paru kanan.
Terdiri dari tiga lobus
yaitu lobus pulmo dextra superior yang terdiri dari lima segmen, lobus media
yang terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang terdiri dari tiga segmen.
2). Paru-paru kiri.
Terdiri dari pulmo sinistra
lobus superior yang terdiri dari lima segmen dan lobus inferior yang terdiri
dari lima segmen.
Tiap segmen terbagi
menjadi belahan yang disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang
bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada alveolus.
Kapasitas paru-paru merupakan
kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru
dapat dibedakan sebagai berikut :
1)
Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi
paru-paru pada
inspirasi
sedalam-dalamnya.
2)
Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
a.
Fisiologi paru-paru.
Fisiologi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Adapun fisiologi pernafasan yaitu :
1)
Pernafasan paru-paru (eksterna)
Pernafasan eksterna
merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi di paru-paru yaitu
oksigen diambil melalui mulut sampai ke alveoli yang berhubungan dengan darah dalam
kapiler pulmoner, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dipompakan ke
seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus
berakhir di mulut dan hidung
2)
Pernafasan jaringan (interna)
Haemoglobin yang banyak
mengandung oksigen mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, darah
mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan mengambil karbondioksida untuk dibawa ke
paru-paru.
1.
Insiden
Said (2007) menyatakan bahwa
diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara berkembang termasuk di
Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun
diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat
pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan
kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap
hari, atau 1 balita setiap 5 menit.
Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomorsatu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari pneumonia antara lain :
Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomorsatu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari pneumonia antara lain :
a. Pneumonia virus lebih sering
dijumpai daripada pneumonia bacteria
b.
Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan
pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.
c.
Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia.
d.
Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5
tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada
pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
e.
Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada bayi dan
anak-anak kecil
f. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus
pneumonia virus.
g.
Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua
pada bayi dan anak kecil.
h. Pneumonia mikoplasma
mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di rumah sakit.
2.
Etiologi
Etiologi pnemonia
sebagai berikut :
a.
Bakteri gram positif
1)
Streptococcus pnemoniae, yang merupakan penyebab umum
pnemonia di masyarakat
2)
Staphylococcus aureus, melalui darah dan aspirasi.
b. Bakteri gram
negatif.
1)
Hemophylus influenza
2)
Klebsiella pnemonia
3)
Pseudomonas aeruginosa
4)
Legionella pneumophillia, melalui inhalasi
c. Bakteria pnemonia
anaerobic.
1)
Streptococcus anaerobic
2)
Fuso bakteria
d.
Penyebab lain
1)
Mycoplasma pnemonia
2)
Virus : rubella, herpes simplex, influenza adenovirus
3)
Jamur : candida, histoplasma
e.
Penyebab non infeksi
1)
Inhalasi gas toksik, kimiawi
2)
Aspirasi isi lambung, minyak sayur, mineral, minyak bumi.
3.
Klasifikasi
Ditinjau dari asal patogen,
maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang berbeda penatalaksanaannya.
a. Community
acquired pneumonia (CAP)
Merupakan
pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen umum yang
biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae, bakteri
atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV). Pada
anak-anak pathogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya
keterlibatan Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di
samping bakteri pada pasien dewasa.
b. Nosokomial
Pneumonia
Merupakan
pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen yang umum
terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang
beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif
batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah
lebih dulu mendapat terapi cefalosporin generasi ke-tiga, biasanya dijumpai
bakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter
sp.. Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogen yang kurang umum
dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. Staphylococcus
aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada
pasien yang dirawat di ICU.
c. Pneumonia
Aspirasi
Merupakan
pneumonia yang diakibatkan aspirasi secret oropharyngeal dan cairan lambung.
Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi,
maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi pada
Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dari flora mulut dan
flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob. Sedangkan
pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai campuran
antara Gram negatif batang + S. aureus + anaerob 35 Pneumonia
didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium
dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Gambaran adanya infiltrate dari
foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dengan “shift to the left”.
Sedangkan evaluasi mikrobiologis dilaksanakan dengan memeriksa kultur sputum
(hati-hati menginterpretasikan hasil kultur, karena ada kemungkinan
terkontaminasi dengan koloni saluran pernapasan bagian atas). Pemeriksaan
mikrobiologis lainnya yang lazim dipakai adalah kultur darah, khususnya pada
pasien dengan pneumonia yang fulminan, serta pemeriksaan Gas Darah Arteri
(Blood Gas Arterial) yang akan menentukan keparahan dari pneumonia
4. Patofisiologi
Perjalanan
penyakit pnemonia menurut Guyton (1995 : 380) yaitu dimulai dengan infeksi di
dalam alveolus, membran paru menjadi lebih meradang dan berpori besar sehingga
cairan serta sering sel darah merah dan putih pun keluar dari darah masuk ke
alveolus. Jadi alveolus yang terinfeksi secara progresif terisi dengan cairan
dan sel. Infeksi tersebut menyebar dan perluasan bakteri dari alveolus ke
alveoli sehingga sebagian paru-paru kadang seluruh lobus bahkan satu paru-paru
menjadi terisi cairan dan debris sel. Fungsi paru-paru selama pnemonia berubah
pada berbagai stadium. Stadium awal proses pnemonia mungkin terbatas pada
sebuah paru-paru dan ventilasi alveolus dapat berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan dua kelainan utama paru-paru
yaitu :
a.
Penurunan luas total permulaan membran respirasi yang
tersedia
b.
Rasio ventilasi, perfusi menurun.
Kedua efek ini disebabkan berkurangnya kapasitas difusi yang menyebabkan
hipoksemia.
Terjadinya pneumonia
tergantung kepada
virulensi mikro
organisme, tingkat
kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh.
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Faktor
predisposisi antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, penyakit jantung
kronik,
diabetes
mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau
kelemahan
struktur organ dada
dan penurunan kesadaran.
Juga
adanya tindakan invasife: infuse, intubasi,
trakeostomi, pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo, penggunaan antibiotic, dan obat
suntik IV
serta keadaan alkoholik meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman gram
negative.
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah
terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh
jamur, mikrobakterium atau parasit.
5.
Manifestasi
klinik
Menurut
Mansjoer, dkk. (2000 : 466) mengemukakan bahwa manifestasi klinik dari penyakit
pnemonia secara umum di bagi menjadi :
a.
Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam
(39-40 °C), sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan berkurang,
keluhan gastrointestinal.
b.
Gejala umum saluran
pernafasan bawah berupa batuk, takipnoe, ekspektorasi sputum, nafas cuping
hidung, sesak, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c.
Tanda pnemonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas),
perkusi pekak, suara nafas lemah dan ronchi
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer, dkk. (2000 : 466) komplikasi
penyakit pnemonia yaitu abses kulit, abses jaringan lunak , otitis media,
sinusitis , meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotis kadang ditemukan
pada infeksi H. influenza tipe B.
7.
Pemeriksaan penunjang
a.
Sinar X: mengidentifikasikan distribusi
struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses)
b.
Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk
dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui
paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi
paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah
udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan
mengangkat benda asing.
8.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu
dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika
spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui,
antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen.Community-Acquired Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang berat
pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral. Pilihan
antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau
doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru.Namun untuk dewasa muda yang berusia
antara 17-40 tahun pilihan doksisiklin
b. lebih
dianjurkan karena mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi.
Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan
untuk terapi beralih ke derivate fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP
yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada
amoksisilin-klavulanat. Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari
eritromisin,
c. claritromisin
serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus
diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan hanya
diminum satu kali sehari selama 5 hari,memberikan keuntungan bagi pasien.
Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat
menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14
hari.
A.
Konsep
Dasar Keperawatan
I. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan,
insomnia
Tanda :
letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan
nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit
kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan
mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit
kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya
riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi
- Bunyi nafas menurun
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat
gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat,
menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan
alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 –
8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
i. Pemeriksaan diagnostik
- Bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan dengan banyaknya produksi sputum, nyeri pleuritik (dada).
-
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perusakan fungsi pernafasan
- Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan demam dan dispnea.
-
Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan
tindakan kesehatan preventif.
2. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2015)
antara lain:
a. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC
: ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria
Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi
abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan
oral suctioning
2) Auskultasi nafas
sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada
klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi
dada jika perlu
5) Monitor status O2
pasien
b. Ketidak
efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NOC
:ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria
Hasil :mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips, klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal, tidak
ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi
fowler
2) Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3) Pasang mayo jika
perlu
4) Berikan
bronkodilator
5) Auskultasi suara
nafas
6) Monitor pola nafas
c. Defisit
volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
NOC
:fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan
Kriteria Hasil :
mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ urine
normal, HT
normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan)
NIC
:
1) Pertahankan
intake dan output yang akurat
2) Monitor
status hidrasi
3) Monitor
Vital sign
4) Monitor
masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan
cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan
pemberian cairan IV
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh,
ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
NIC : ADL,
pemulihan tenaga
Kriteria Hasil
:mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik
tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1)
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan program terapi
yang tepat
2)
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3)
Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4)
Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5)
Monitor lama istirhatanya pasien
6)
Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
paparan
NOC
: proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil :klien
dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, prognosis dan program
pengobatan
NIC :
1) Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang prose penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi
tentang penyakit
3) Gambarkan tanda dan
gejala yang muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses
penyakit
5) Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
A.
Konsep
Dasar Keperawatan
I. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan,
insomnia
Tanda :
letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan
nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit
kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan
mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit
kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya
riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi
- Bunyi nafas menurun
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat
gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat,
menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan
alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 –
8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
i. Pemeriksaan diagnostik
- Bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan dengan banyaknya produksi sputum, nyeri pleuritik (dada).
-
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perusakan fungsi pernafasan
- Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan demam dan dispnea.
-
Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan
tindakan kesehatan preventif.
2. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2015)
antara lain:
a. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC
: ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria
Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi
abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan
oral suctioning
2) Auskultasi nafas
sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada
klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi
dada jika perlu
5) Monitor status O2
pasien
b. Ketidak
efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NOC
:ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria
Hasil :mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips, klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal, tidak
ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi
fowler
2) Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3) Pasang mayo jika
perlu
4) Berikan
bronkodilator
5) Auskultasi suara
nafas
6) Monitor pola nafas
c. Defisit
volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
NOC
:fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan
Kriteria Hasil :
mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ urine
normal, HT
normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan)
NIC
:
1) Pertahankan
intake dan output yang akurat
2) Monitor
status hidrasi
3) Monitor
Vital sign
4) Monitor
masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan
cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan
pemberian cairan IV
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh,
ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
NIC : ADL,
pemulihan tenaga
Kriteria Hasil
:mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik
tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1)
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan program terapi
yang tepat
2)
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3)
Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4)
Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5)
Monitor lama istirhatanya pasien
6)
Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
paparan
NOC
: proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil :klien
dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, prognosis dan program
pengobatan
NIC :
1) Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang prose penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi
tentang penyakit
3) Gambarkan tanda dan
gejala yang muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses
penyakit
5) Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
A.
Konsep
Dasar Keperawatan
I. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan,
insomnia
Tanda :
letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan
nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
d. Neurosensori
Gejala : sakit
kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan
mental (bingung)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit
kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada
sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
f. Pernafasan
Gejala : adanya
riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi
- Bunyi nafas menurun
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
g. Keamanan
Gejala : riwayat
gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat,
menggigil berulang, gemetar
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan
alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 –
8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
i. Pemeriksaan diagnostik
- Bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan dengan banyaknya produksi sputum, nyeri pleuritik (dada).
-
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perusakan fungsi pernafasan
- Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan demam dan dispnea.
-
Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan
tindakan kesehatan preventif.
2. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2015)
antara lain:
a. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC
: ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria
Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi
abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan
oral suctioning
2) Auskultasi nafas
sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada
klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi
dada jika perlu
5) Monitor status O2
pasien
b. Ketidak
efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal
NOC
:ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria
Hasil :mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips, klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal, tidak
ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi
fowler
2) Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3) Pasang mayo jika
perlu
4) Berikan
bronkodilator
5) Auskultasi suara
nafas
6) Monitor pola nafas
c. Defisit
volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
NOC
:fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan
Kriteria Hasil :
mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ urine
normal, HT
normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan)
NIC
:
1) Pertahankan
intake dan output yang akurat
2) Monitor
status hidrasi
3) Monitor
Vital sign
4) Monitor
masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan
cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan
pemberian cairan IV
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh,
ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
NIC : ADL,
pemulihan tenaga
Kriteria Hasil
:mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik
tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1)
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan program terapi
yang tepat
2)
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3)
Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4)
Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5)
Monitor lama istirhatanya pasien
6)
Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
paparan
NOC
: proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil :klien
dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, prognosis dan program
pengobatan
NIC :
1) Berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan pasien tentang prose penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi
tentang penyakit
3) Gambarkan tanda dan
gejala yang muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses
penyakit
5) Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
RENCANA
KEPERAWATAN PASIEN An.
N
DENGAN “CAP
”
DI
RUANG IGD NON BEDAH RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
Nama : An “n” Nama : Nurhalimatussaadiyah
No. RM : 750236 Nim : 15 3145 901 027
Dx
Medis : CAP
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Keperawatan
|
|
Tujuan
|
Intervensi
|
||
1
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret d/d :
DS :
1.
Ibu klen mengatakan klien batuk dan ada lendir
2.
Ibu klien mengatakan klien sesak
DO :
1.
Klien batuk
2.
Ada lendir
3.
Klien sesak
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas efektif teratasi dengan kriteria
hasil :
a.
klien mengatakan batuknya
berkurang
dan dahak berkurang
|
1. bersihkan
jalan nafas
2. berikan
posisi yang nyaman
3. ajarkan
tehnik batuk efektif
4. kolaborasi
pemberian bronchodilator/nebulizer
|
2
|
Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru d/d:
DS:
1.
Ibu Klien
mengatakan klien sulit bernafas
DO:
1.
TTV :
R : 52 x/mnt
2.
Pola napas cepat
·
O2 kanule :1 ltr/mnt
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
pasien menunjukkan pole pernapasan efektif dibuktikan dengan kriteria hasil :
a.
Menunjukkan pernapasan optimal
saat terpasang ventilator mekanis
b.
Mempunyai kecepatan dan irama
pernapasan dalam batas normal
|
1.
Pantau kecepatan, irama,
kedalaman dan upaya pernapasan
2.
Perhatikan pergerakkan dada,
amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot supraklavikular dan interkosta
3.
Auskultasi suara napas,
perhatikan/tidak adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan
4.
Atur posisi klien senyaman mungkin
5.
Kolaborasi pemberian O2
|
3
|
Termoregulasi
tidak efektif b/d peningkatan metabolisme b/d :
DS :
1.
Ibu Klien mengatakan klien panas
2.
Ibu klien mengatakan suhu anaknya naik turun
DO :
1. Badan klien teraba hangat
2.
Ibu klien terlihat mengompres anaknya
3.
Suhu 38,6 0C
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria hasil:
1.
Suhu 36 – 37C
2.
Nadi dan RR dalam rentang normal
3.
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, dan
merasa nyaman.
|
1. Monitor
suhu sesering mungkin
2. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
3. Berikan cairan intravena
4. kolaborasi pemberian
anti piretik
|
IMPLEMENTASI
No. DX
|
Hari/Tgl
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1.
|
sabtu
19-
03
- 2016
|
15.50
15.51
15.52
|
1.
Membersihkan jalan nafas
Hasil : klien
batuk dan di lap pakai tisu
2.
Memberikan posisi yang nyaman
Hasil :
posisi semi fowler
3.
Penatalaksanaan pemberian bronchodilator / nebulizer
Hasil : klien di nebu kombiven + 2,5 cc NaCL
|
Sabtu , 19 – 03 – 2016
jam 20.30
S : - keluarga
mengatakan klien masih batuk
- Dan ada lendir
O :- klien batuk
- Ada lendir
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
dan 4
1. bersihkan
jalan nafas
2. berikan
posisi yang nyaman
3. kolaborasi
pemberian bronchodilator / nebulizer
|
|
2.
|
Sabtu ,
19
- 03
– 2016
|
15.55
15.56
15.58
17.00
17.02
|
1.
Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya
pernapasan
Hasil / : ada nafas tambahan / Ronchi
2.
MemPerhatikan pergerakkan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot-otot supraklavikular dan interkosta
Hasil / :klien bernafas menggunakan dada, ada retraksi
subcostal
3.
Mengauskultasi suara napas, perhatikan/tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
Hasil / : ada nafas tambahan / Ronchi
4.
Mengatur posisi klien senyaman mungkin
Hasil / : posisi semifowler
5.
Penatalaksanaan pemberian O2
hasil / : nasal kanul 1 liter
|
Sabtu , 19 - 03 – 2016
jam 20.35
S : keluarga klien
mengatakan klien masih batuk
O : nasal Kanul 1 liter
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
dan 4
1.
Pantau kecepatan, irama,
kedalaman dan upaya pernapasan
2.
Perhatikan pergerakkan dada,
amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot supraklavikular dan interkosta
3.
Auskultasi suara napas,
perhatikan/tidak adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan
4.
Atur posisi klien senyaman mungkin
5.
Kolaborasi pemberian O2
|
|
3
|
Sabtu
19
– 03 – 2016
|
17.04
17.05
17.07
17.10
|
1.
Memonitor suhu sesering mungkin
Hasil : suhu 38.6 0C
2.
Mengkompres pasien pada lipat paha dan aksila
Hasil / :klien di kompres pada frontalis
3.
Berikan cairan intravena
Hasil / : terpasang asering 18 tpm
4.
Penatalaksanaan
pemberian anti piretik
Hasil / : Paracetamol 1000 mg/12 jam/ drips intravena
|
Sabtu, 19 – 03 – 2016
jam 20.40
S: keluarga klien
mengatakan klien masih panas
O:klien masih
demam, suhu 38,5 0 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
3. Berikan cairan intravena
4. kolaborasi pemberian anti piretik
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis
membandingkan antara teori pada BAB II dengan asuhan keperawatan pada An “ N
“ dengan community acquired pneumonia
(CAP). Mulai dari pengkajian yaitu pada tanggal 19 Maret 2016 dan Implementasi
pada tanggal 19 Maret 2016 di IRD Anak RSWS. Berikut ini akan diuraikan
pelaksanaan Asuhan keperawatan pada pasien An ”N” community acquired pneumonia
(CAP) di IRD Anak RSWS sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi
: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
A.
Pengkajian
Pada
tahap pembahasan pengkajian, penulis membandingkan antara teori pengkajian
dengan data hasil pengkajian pasien An ”N” dengan community acquired pneumonia
(CAP).Untuk
memperoleh data tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga,
melakukan pemeriksaan fisik, observasi serta dari mempelajari status pasien
(medical record).
Pengkajian pada klien dengan community
acquired pneumonia (CAP) yaitu meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan pasien
dan keluarga, aspek psikososial dan pola kebiasaan sehari-hari.
Menurut Teori pasien dengan community
acquired pneumonia (CAP). menimbulkan tanda dan gejala demam,anoreksia,muntah,diare,nyeri
abdomen,sumbatan nasal,batuk,sakit tenggorokan kejang, dan kesulitan bernafas.(Nanda Nic
– Noc, 2015).
Sedangkan pada
kasus An. N data yang ditemukan pada pengkajian keperawatan meliputi sesak,
batuk beserta lendir, badan panas, KU lemah, suhu badan 38,60 C,
nadi 140 x/menit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda
(2015) antara lain:
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Ketidak
efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal.
3. Defisit
volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
5. Defisit
pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang paparan
Dari hasil
pengkajian yang dilakukan pada An.N maka dapat diangkat diagnosa keperawatan:
1.
Terdapat
diagnosa keperawatan dalam teori yang ditemukan pada kasus nyata yakni :
a) Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret.
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada
pasien An. N ini sesuai dengan teori yang dijelaskan di atas. Karena pada saat
pengkajian ditemukan data :
1)
Ibu
klen mengatakan klien batuk dan ada lendir
2)
Ibu
klien mengatakan klien sesak
b)
Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru
ini sesuai dengan teori yang
dijelaskan di atas. Karena pada saat pengkajian ditemukan data :
1) Ibu
Klien mengatakan klien sulit bernafas
2) R : 52 x/mnt
3) Pola
napas cepat
2.
Terdapat
diagnosa keperawatan dalam kasus yang tidak ditemukan pada teori yakni :
a) Termoregulasi tidak efektif b/d
peningkatan metabolisme
Diagnosa ini tidak sesuai dengan
teori yang ada. Penulis mengangkat diagnosa Termoregulasi tidak efektif karena
pada saat pengkajian didapatkan data:
1) Ibu klien mengatakan suhu
anaknya naik turun
2)
Ibu
Klien mengatakan klien panas
3)
Badan
klien teraba hangat
4) Suhu 38,6 0C
C. Intervensi / Perencanaan
Pada
perencanaan, kesenjangan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Untuk
diagnosa keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi secret.intervensi
tiap hari tidak direncanakan oleh penulis karena perawatan yang diberikan oleh
penulis hanya 1 hari sehingga perubahan sekret tidak dapat menjadi indikator
dalam tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
2.
Untuk
diagnosa keperawatan Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, intervensi tiap hari tidak direncanakan oleh
penulis karena perawatan yang diberikan oleh penulis hanya 1 hari sehingga
perubahan pola nafas tidak dapat menjadi indikator dalam tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.
3.
Termoregulasi
tidak efektif b/d peningkatan metabolisme, intervensi yang direncanakan oleh
penulis disusun berdasarkan kebutuhan klien dan teori yang ada hubungannya
dengan masalah tersebut, mengingat diagnosa ini tidak terdapat dalam teori yang
khusus mengenai cap.
D. Implementasi / Pelaksanaan
Pada tahap ini, seluruh rencana yang
disusun oleh penulis dapat dilaksanakan selama 1 hari perawatan. Hal ini
dimungkinkan oleh kerjasama yang baik dengan klien dan keluarganya serta tim
kesehatan yang terlibat dalam perawatan kesehatan klien. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan, waktu dan intervensi yang ada diatur sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan klien selama dirawat di rumah sakit serta disesuaikan
pula dengan fasilitas yang ada di rumah sakit.
Implementasi dari setiap diagnosa keperawatan dilakukan
selama 1 hari yaitu pada tanggal 19 maret 2016 selama jam dinas berlangsung.
E.
Evaluasi
Pada evaluasi penulis mengukur
tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi
disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang
telah ditentukan pada tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya (Nursalam, 2008).
Hasil evaluasi dari masing-masing
masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus An. N dengan CAP :
1.
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas belum teratasi
2.
Masalah keperawatan pola nafas belum teratasi
3.
Masalah keperawatan termoregulasi belum teratasi
F.
Dokumentasi
Penulis melaksanakan asuhan
keperawatan dengan meggunakan pendekatan proses keperawatan pada pasien An
“N” dalam studi kasus ini penulis telah mendokumentasikan secara lengkap mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi
lembar catatan perkembangan yang ada pada status pasien dan pada format yang
telah disediakan dari akademik menggunakan model “SOAP” pada setiap pergantian
shift yang berfungsi untuk komunikasi dengan perawat lainnya. Pendokumentasian
dilaksanakan selama proses keperawatan pada pasien.
BAB V
PENUTUP
C.
Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan proses keperawatan selama 1
hari pada tanggal 19 Maret 2016 pada An. N dengan gangguan sistem pernafasan
(CAP) di IRD Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pada kasus An. N penulis menemukan tiga
diagnosa yaitu semuanya diagnosa aktual
dan satu diagnosa yang tidak sesuai dengan teori.
2.
Penulis membuat perencanaan sesuai
dengan diagnosa atau kondisi klien pada saat itu. Adapun tujuan yang ingin di
capai dari perencanaan adalah tidak terjadi gangguan jalan nafas, tidak terjadi
pola nafas tidakk efektif dan tidak
terjadi gangguan termoregulasi
3.
Dalam tahap implementasi penulis menerapkan pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan. Keberhasilan dari proses ini
juga karena adanya dukungan aktif dari keluarga klien sehingga mempermudah
penulis dalam melakukan tindakan keperawatan.
4.
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka dilakukan
evaluasi sesuai dengan waktu dan perencanaan.
D.
Saran
1. Hendaknya dalam melakukan pengkajian
terlebih dahulu penulis membina hubungan saling percaya dengan pasien
menggunakan komunikasi teraupetik sehingga selama memberikan asuhan keperawatan
kepada klien bias kooperatif dengan penulis.
2. Perencanaan yang telah dibuat
berdasarkan diagnosa yang muncul hendaknya dilaksanakan sehingga klien
mendapatkan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan.
3. Dalam asuhan keperawatan dibutuhkan
perhatian yang besar dari petugas pelayanan keperawatan untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Didalam melakukan evaluasi harus
sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan setelah melakukan tindakan
keperawatan langkah baiknya dilakukan evaluasi agar dapat mengetahui
perkembangan klien secara menyeluruh.
5. Pendokumentasian hendaknya ditulis
setelah melakukan tindakan keperawatan agar menjadi bukti bahwa perawat
benar-benar melakukan asuhan keperawatan pada klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes,
Marilin E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Mansyoer,
arief. Dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ketiga.
Jakarta : Media Aesculapius Faklutas
kedokteran Universitas Indonesia.
Sudoyo,
Aru W. Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi Kelima. Jakarta Pusat : InternaPublishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar