BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di
bidang kesehatan memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat serta terjadi peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH).
Peningkatan UHH ini berkontribusi terhadap meningkatnya populasi lanjut usia
dengan berbagai kebutuhan dan permasalahan yang menyertai. Pada bab I ini akan
diuraikan latar belakang yang menjadi dasar penelitian ini, rumusan masalah,
tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat penelitian.
Berbagai dampak dari
peningkatan umur harapan hidup lanjut usia (lansia) antara lain adalah
peningkatan jumlah lansia dan semakin bertambahnya masalah penyakit degeneratif
yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multipatologis (Hardywinoto
& Setiabudhi, 1999).
Penanganan penyakit
degeneratif pada lansia memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang
cukup besar. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif adalah
gastritis (Nugroho, 1999).
Menurut Gunnar, Palmi, dan
Bucht (2008) penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh
perubahan struktur dan kemunduran fungsi jaringan atau organ tubuh yang terjadi
antara lain akibat proses menua. Lanjut usia bukan suatu penyakit, namun
bersamaan dengan proses penuaan, terjadi peningkatan insiden penyakit kronik
karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar dan
menurunnya kemampuan (disabilitas) sehingga akan semakin meningkatkan risiko
gangguan kesehatan yang terjadi akibat kemunduran fisik, psikologis, dan
sosial.
Gangguan saluran cerna
dapat diperberat dengan adanya faktor risiko yang dapat memperburuk pola makan
pada lansia antara lain penyajian makanan, kesehatan fisik, status ekonomi,
aktivitas, kemampuan fungsional, keadaan psikososial, budaya dan pengaruh lingkungan (Miller, 1995).
Adanya penurunan fungsi
organ pencernaan akibat proses degeneratif dan adanya faktor risiko yang
mempengaruhi pola makan lansia tersebut di atas akan dapat menyebabkan gangguan
atau penyakit pada saluran pencernaan. Perubahan psikososial yang terjadi pada
lansia juga dapat berpengaruh pada saluran pencernaan. Perubahan psikososial
pada lansia meliputi perubahan peran akibat pensiun (purna tugas) sehingga
lansia akan mengalami kehilangan antara lain kehilangan finansial, kehilangan
status, kehilangan teman/ kenalan atau relasi, kehilangan pekerjaan/ kegiatan,
dan kehilangan hubungan dengan keluarga; merasakan dan sadar akan kematian;
perubahan dalam cara hidup yaitu mulai masuk rumah perawatan lansia; bertambahnya
biaya hidup dan pengobatan sedangkan penghasilan sulit, penyakit kronis dan
ketidakmampuan (Hardywinoto & Setiabudhi, (1999).
Gastritis adalah inflamasi
(peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan leukosit menuju
ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil
foto memperlihatkan ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa
(Wibowo, 2007).
Gastritis terdiri dari dua
tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut
dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat
penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik,
stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile
reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi
parasit dan gagal hati atau ginjal (Brunner & Suddarth, 2004; Jackson,
2006).
Gastritis yang dibiarkan
tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek
negatif pada kondisi kesehatan lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) menyatakan
bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Nyeri yang terjadi
sebagai gejala kekambuhan gastritis akan mengganggu kemampuan lansia dalam
melakukan Activity DailyLiving (ADL) sehingga dapat mengganggu kualitas
hidup lansia. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis adalah peptic
ulcers, pendarahan pada lambung dan risiko kanker lambung. Penurunan fungsi
saluran pencernaan juga menyebabkan usia lanjut lebih mudah untuk mengalami
penyakit. autoimmune atrophic gastritis. Hal ini terjadi ketika sel-sel
kekebalan tubuh yang diproduksi menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung, menyebabkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
proses absorpsi vitamin B-12. Kekurangan B-12 akhirnya dapat mengakibatkan perniciousanemia,
sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem
dalam tubuh (Jackson, 2006).
Penyakit gastritis juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini didukung
oleh data pola penyakit penyebab kematian umum di Indonesia hasil SKRT tahun
1992 gastritis menempati urutan ke 9, pada tahun 1995 meningkat menjadi urutan
ke 6 dan hasil SURKESNAS tahun 2001 gastritis menjadi urutan ke 4 penyebab
kematian umum di Indonesia (Depkes, 2006). Data ini menunjukan bahwa kematian
akibat penyakit gastritis meningkat dari tahun ke tahun.
Faktor utama penyebab
terjadinya penyakit gastritis dan merupakan faktor yang menyebabkan kekambuhan
penyakit gastritis adalah stress. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Maulidiyah (2006) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
paling dominan kekambuhan gastritis adalah stres psikologis (Maulidiyah, 2006).
Teknik relaksasi diciptakan
oleh Jacobson pada tahun 1938. Teknik ini ditujukan untuk menginduksi atau
menciptakan relaksasi pada otot dan saraf. Teknik relaksasi pertama kali diterapkan tahun 1938 pada pasien di rumah sakit yang
mengalami tekanan darah tinggi. Pasien dibimbing untuk melakukan teknik
relaksasi selama dua sampai tiga kali sehari dalam waktu seminggu, hasilnya
menunjukkan bahwa tekanan darah pasien menurun dan dalam beberapa minggu
tekanan darah pasien menjadi normal. Hal ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi
memiliki efek secara fisiologis dan psikologis(Greenberg, 2002).
Teknik relaksasi juga telah diteliti di Indonesia pada
berbagai masalah kesehatan. Penelitian yang dilaksanakan tersebut menunjukan
bahwa teknik relaksasi dapat mengurangi keluhan insomnia efektif menurunkan
nyeri pada klien dengan penyakit glaukoma dan efektif terhadap relaksasi
skeletal dan stabilitas tekanan darah pada pasien stroke haemorrhagik
(Harmayetty, 2008).
Selain itu mengigat kekambuhan
penyakit gastritis dapat dipicu oleh stres psikologis maka pengobatan yang
bersifat nonfarmakologis seperti teknik
relaksasi menjadi kebutuhan bagi usia lanjut karena selain mencegah kekambuhan
atau komplikasi ganguan saluran cerna, juga
memberikan keseimbangan bagi mental, emosi dan pikiran (Charesworth
& Nathan,1996).
Survei awal oleh peneliti
di Puskesmas Antang Raya kota Makassar data
lansia Penderita gastritis di Kelurahan Antang Raya tahun 2015 adalah 30
orang dan data tahun 2016 terdapat 28
orang penderita gastritis dan dari bulan januari sampai mei 2016 sebanyak 20 0rang penderita gastritis.
Data hasil wawancara didapatkan bahwah dari 10
usia lanjut yang di teliti menyebutkan bahwah terus menerus mengalami kekambuhan nyeri
gastritis dan menggatakan sangat tergantung dengan obat antara lain milanta,
antasida dan ranitidin serta vitamin. Dari
10 lanjut usia, 2 orang diantaranya
pernah di rawat di rumah sakit karna
kekambuhan penyakit yang di alaminya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah pengaruh teknik relaksasi terhadap respon nyeri pada lanjut
usia dengan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap respon nyeri pada lanjut usia dengan
gastritis di wilayah kerja Puskesmas Antang raya kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian
ini adalah :
a. Untuk mengetahui
respon nyeri pada lansia dengan gastritis sebelum dan setelah dilakukan teknik
relaksasi
b. Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap respon
nyeri lanjut usia dengan gastritis
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat bagi pelayanan
keperawatan komunitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan gerontik di komunitas melalui upaya promotif
dan preventif.
2.
Manfaat bagi perkembangan
ilmu keperawatan komunitas Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai
evidence-based practice yang dapat digunakan oleh perawat spesialis
komunitas untuk menyusun standar prosedur teknik relaksasi.
3.
Penelitian ini juga dapat
menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dalam hal membuktikan secara lanjut
pangaruh teknik relaksasi pada populasi dan gangguan kesehatan lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TINJAUAN UMUM TENTANG LANSIA
1.
Pengertian lansia
Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia (keliat,1999).lansia adalah individu berusia di atas 60
tahun dimana memiliki tanda-tanda penurunan fungsi biologis,psikologis, sosial
dan ekonomi yang berlangsung terus menerus secara alamia(Maryam,2008).
Lansia adalah individu yang perlu mendapat perhatian
khusus.hal itu disebabkan karena secara teori lansia mengalami penurunan
fungsi tubuh baik dari segi biologis, psikologi, sosial, maupun
spritualnya.
2. Klasifikasi lansia
Menurut WHO Lansia
meliputi :
a.
Usia pertegahan (Middle
Age) adalah keseimbangan kelompok usia
dari 45-59 tahun.
b.
Lanjut usia (Elderly)
adalah kelompok usia dari 60-74 tahun.
c.
Lanjut usia tua (Old)
adalah kelompok usia dari 75-90 tahun.
d.
Usia sangat tua(very Old)
di atas 90 tahun.
klasifikasi pada
lansia menurut Depkes RI, 2003 ( didalam Maryam, 2008 )
a.
Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun
b.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c.
Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan(DepKes RI,2003 dalam Maryam 2008)
d.
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa ( Dep Kes RI,2003 dalam Maryam 2008)
e.
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Dep RI,2003 dalam Maryam 2008).
3. Karakteristik lansia
Menurut
( keliat,1999 dalam Maryam 2008),lansia memiliki karakteristik sebagai berikut
:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2)
UU No.13 tentang kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari tentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B. TINJAUAN UMUM TENTANG TEKNIK RELAKSASI
1.
Pengertian teknik relaksasi
Teknik
relaksasi merupakan latihan kontraksi
dan relaksasi pada setiap kelompok secara Stematis dan dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri gastritis. Nyeri yang dialami dapat terus menerus mengalami
kekambuhan. ini bertujuan mengetahui efektifitas teknik relaksasi dalam menurunkan nyeri dan frekuensi respon nyeri pada usia lansia dengan gastritis.
Relaksasi
adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan .teknik ini dapat di gunakan oleh pasien tampa bantuan terapis dan
mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang di alami sehari- hari di rumah. Terapi
non farmakologis yang termurah sampai saat ini tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan atau sugesti, tidak ada efek samping, mudah untuk di lakukan adalah
relaksasi atau teknik Relaksasi
yang merupakan salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan
proses yang simple dan sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali
(Marks,2010 dalam fitrisyia & Ismayadi 2012).
Relaksasi
ini di perkenalkan oleh Edmund Jacobson
pada tahun 1938(Conrad & Roth,2007 dalam fitrisyiah & Ismayadi 2012).
Selain
untuk Teknik Relaksasi juga bermanfaat
untuk ansietas mengurangi kelelahan ,kram
serta nyeri leher dan
punggung(Berstein, Borkovec,& steven ,2000 dalam Fitrisyiah & Ismayadi
2012).
Teknik
Relaksasi sampai saat ini menjadi metode
relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah
untuk di lakukan, serta dapat membuat tubuh dan fikiran terasa tenang,rileks
dan lebih mudah untuk tidur (Davis,2010
Austrayani & Widodo 2010).
Dalam
relaksasi sendiri, induvidu akan di berikan kesempatan untuk mempelajari
bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan
ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya,klein mulai membedakan
sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks.
Sesuatu
yang di harapkan di sini adalah individu
secara sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai dengan
keiginannya melalui suatu cara yang sistematis.
Subjek
juga belajar menyadari otot-ototnya dan
berusaha untuk sedapat mugking mengurangi atau
menghilangkan ketegangan otot tersebut.
Hal-hal
ini perlu juga di perhatikan dalam melakukan kegiatan Teknik relaksasi adalah :
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat
melukai diri sendiri.
2. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50
detik.
3. Posis tubuh,lebih nyaman dengan mata tertutup.jangan dengan
berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian
kiri dua kali.
6. Memeriksa apakah klein benar-benar rileks
7. Terus menerus memberikan instruksi
8. Memberikan intruksi
tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat.
Manfaat dari Teknik relaksasi ini sendiri adalah untuk mengatasi stress, kecemasan insomnia,dan juga dapat
membangun emosi positif dari emosi negatif. Pemberian relaksasi mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan gastritis
pada lansia yang di dasarkan pada cara kerja
sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja saling timbal balik
mempengaruhi organ-organ yang ada di dalam tubuh sehingga mampu mengurangi ketegangan(Conrad
dan Roth,2007).
Respon
relaksasi terjadi karena terangsangnya aktifitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe sehingga menyebabkan perubahan
yang dapat mengontrol aktivitas sistem saraf otonom berupa
pengurangan fungsi oksigen ,frekuensi nafas, denyut nadi,ketegangan
otot, tekanan darah sehingga mudah untuk tertidur.
Berikut
di paparkan masing –masing gerakan dan penjelasan mengenai teknik relaksasi yang di latih :
1. Gerakan pertama di
tujukan untuk otot dahi dan mata yang di lakukan dengan cara mengerutkan dahi
dan alis sekeras- kerasnya ,memejamkan mata sekuat-kuatnya hingga perut terasa
mengerut dan di rasakan ketegangan di sekitar dahi,alis, dan mata.secara
perlahan
hingga 10 detik lakukan
kembali .
A. TINJAUAN UMUM TENTANG
GASTRITIS
1. Pengertian
Gastritis adalah
inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan
leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada
bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,
sedangkan hasil foto memperlihatkan
ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007).
Gastritis terdiri dari dua
tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut
dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat
penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik,
stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile
reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi
parasit dan gagal hati atau ginjal (Brunner & Suddarth, 2004; Jackson,
2006).
Gastritis adalah suatu
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang bersifat akut. Kronis, difus, atau local(Price dan
WiLson 2006).
Gastritis akut adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada
bagian superficial(Muttaqin dan sari,2011:
385).
Gastritis merupakan inflamasi mukosa gastrik, dan bisa akut maupun kronis.
Gastritis akut menyebabkan pemerahan ,edema,hemoragi,dan erosi mukosa. Gastritis kronis umumnya
terjadi pada lanjut usia dan penderita anemia berat, dan sebagai gastritis atrofik
kronis yang menyebabkan semua lapisan
mukosa terinflamasi (Sukarmin,2012: 148-149).
Gastritis yang dibiarkan
tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek
negatif pada kondisi kesehatan lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maulidiyah (2006) menyatakan bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami
kekambuhan. Nyeri yang terjadi sebagai gejala kekambuhan gastritis akan
mengganggu kemampuan lansia dalam melakukan Activity Daily Living (ADL)
sehingga dapat mengganggu kualitas hidup lansia. Komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita gastritis adalah peptic ulcers, pendarahan pada lambung
dan risiko kanker lambung. Penurunan fungsi saluran pencernaan juga menyebabkan
usia lanjut lebih mudah untuk mengalami penyakit. Penyakit gastritis juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini didukung oleh data pola penyakit penyebab
kematian umum di Indonesia hasil SKRT tahun 1992 gastritis menempati urutan ke
9, pada tahun 1995 meningkat menjadi urutan ke 6 dan hasil SURKESNAS tahun 2001
gastritis menjadi urutan ke 4 penyebab kematian umum di Indonesia (Depkes,
2006). Data ini menunjukan bahwa kematian akibat penyakit gastritis meningkat
dari tahun ke tahun. Faktor utama penyebab terjadinya penyakit gastritis dan
merupakan factor yang menyebabkan
kekambuhan penyakit gastritis adalah stres (Charlesworth & Nathan,).
B.
TINJAUAN UMUM TENTANG RESPON NYERI
1.
Pengertian Respon Nyeri
Nyeri merupakan respon subyektif dimana seseorang
memperlihatkan tidak nyaman secara verbal maupun non verbal atau keduanya, akut
maupun kronis. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat
kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan
pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat,
konsentrasi dan kegiatan yang biasa dilakukan . Nyeri yang dialami oleh klien
artritis rheumatoid didapatkan skala nyeri rata-rata enam atau nyeri sedang .
Metode penanganan nyeri mencakup terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis. Teknik relaksasi napas dalam adalah sebuah teknik yang telah lama
diperkenalkan untuk mengatasi nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri
kronis . Berbagai teknik relaksasi dapat dipakai untuk menciptakan ketenangan
dan mengurangi tekanan supaya klien merasa nyaman dan Jurnal Keperawatan
Soedirman (Priharjo Robert, 1993).
Nyeri
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri adalah
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang
ada kapanpun individu mengatakannya. Mengkaji nyeri individu mencakup
pengumpulan informasi tentang penyebab fisik dan juga faktor mental atau
emosional yang mempengaruhi persepsi individu tentang nyeri. Intervensi
keperawatan diarahkan pada kedua komponen tersebut (Smeltzer & Bare,2012).
Intensitas
nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh pasien.Pengukuran
intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Nyeri merupakan suatu rasa tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional disertai kerusakan jaringan yang nyata atau yang potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan demikian.Nyeri Neuropatik (Neuropathy)
adalah suatu gangguan fungsi atau perubahan patologis pada suatu saraf,
sedangkan neuralgia adalah nyeri di daerah persarafan satu atau beberapa
persaraf. Sedangkan nyeri nosiseptik (nociceptor) merupakan suatu nyeri yang ditimbulkan oleh suatu rangsangan pada nosiseptor yang
merupakan suatu reseptor untuk rang sang bersifat merusak bila berkepanjangan
(Meliala L,2011
1. Skala Nyeri
Menurut
Smeltzer (2012) skala nyeri bisa dibagi menjadi 3 dengan penjelasan sebagai
berikut.
a. Skala
intensitas nyeri. Bisa juga disebut dengan skala deskritif atau pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale) VDS merupakan sebuah alat pendeskripsi yang mengukur tingkat nyeri.
Terdiri dari garis yang berjumlah tiga sampai lima kata pendeskripsi, disusun
dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari
tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan
klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru
yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling
menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS
ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
1. Patofisiologi
Reseptor nyeri adalah organ
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin
dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub
kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen
cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam
yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan
sulit dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya.Karen struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga
adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti
jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya.Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
BAB III
Kerangka konsep
A.
DEFENISI OPERASIONAL DAN KRETERIA OBJEKTIF
1. Teknik relaksasi
Yang
di maksud teknik relaksasi adalah melakukan suatu tindakan relaksasi dengan
tujuan agar dapat lebih mudah mengurangi rasa nyeri di akibatkan gastritis yang
ditujukan pada otot dahi, ototmata,otot dada dan otot perut.
2. Respon nyeri
Nyeri merupakankondisiberupaperasaantidakmenyenangkanbersifa sangat subyektifkarenaperasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya,dan hanya orang tersebutlah
yang dapatmenjelaskanataumengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Aziz Alimul,
2006).
Kriteri Objektif
a. Nyeri Sedang : jika skornya 4,5,6,
b. Nyeri ringan
: jika skornya 1,2,3
B. HIPOTESIS STATISTIK
1. Ha ada pengaruh tindakan relaksasi terhadap respon nyeri
gastritis lansia.
2. Ho tidak ada pengaruh tindakan relaksasi terhadap respon
nyeri gastritis pada lansia
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain pra Exsperiment dengan rancangan
pra and post test dalam satu kelompok yaitu bertujuan untuk
mengungkapkan pengaruh respon nyeri
dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek yaitu kelompok perlakuan di observasi sebelum di lakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.
A.
POPULASI DAN SAMPEL
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klein)
yang memenuhi kriteria yang telah di
tetapkan. Sementara populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita
penyakit gastritis yang berada di wilayah kerja Puskesmas Antang Raya kota
Makassar.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti(Arikunto,2006). Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan penyakit gastritis yang berobat ke Puskesmas.
Kriteria sampel :
a.
Kriteria inklusi
-
Usia pertengahan (middle
age)
-
Menderita penyakit
gastritis selama 3 bulan terakhir
-
Bersedia menjadi responden
dan mengikuti prosedur penelitian hingga tahap akhir.
-
Responden yang mengalami
nyeri ringan dan nyeri sedang
b.
Kriteria eksklusi
-
Lansia yang memiliki
penyakit tertentu sehingga tidak mampu melakukan teknik relaksasi.
-
Tidak bersedia menjadi
respon
3.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi.Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam, 2008).
Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian
ini yaitu Non probability sampling dengan
cara Purposive sampling. Dimana
purposive sampling ini merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian).
B.
Instrumen Penelitian
1.
Hari pertama
Identifikasi klien
a) Identifikasi subjek
yang berpotensi masuk kedalam penelitian.
b) Melakukan pengkajian
dengan membagikan kuesioner kepada klien.
c) Melakukan kontrak atau inform
consent dengan responden.
2.
Hari kedua
a)
Pre tes:mengukur kualitas
nyeri responden
b) Menjelaskan tentang teknik relaksasi.
c)
Mengajarkan prosedur
tindakan teknik relaksasi.
d) Menganjurkan responden untuk melakukan tindakan teknik
relaksasi sendiri tanpa dibantu.
3.Hari ketiga – ketujuh
Intervensi
: dimana lansia melakukan teknik relaksasi pada pagi dan sore hari selama lima
hari berturut-turut. Peneliti meminta bantua anggota keluarga untuk mengawasi pelaksanaan teknik relaksasi yang
dilakukan oleh lansia
3.
Hari kedelapan
a) Post test
b) Mengukur kualitas nyeri responden
A.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data di lakukan
sebanyak 2 kali yaitu sebelum tindakan (teknik relaksasi) dan sesudah tindakan
(teknik relaksasi ). Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan respon nyeri dengan
gastritis pada lanjut usia. Kuesioner berupa pertanyaan tertutup (closed ended question) yaitu daftar
pertanyaan yang telah tersedia jawabannya.
B.
PENGOLAHAN DATA dan
ANALISA DATA
1.
Langkah-langkah dalam
pengolahan data yaitu :
a.
Penyunting data (editing) yaitu upaya yang dilakukan
untuk memeriksa kembali data yang telah di peroleh dari hasil kuesioner.
b.
Pengkodean (coding) yaitu memberikan kode terhadap
data dan di kelompokan sesuai dengan kategori- kategori yang ada, karena analisis penelitian ini
menggunakan perangkat lunak statistik dari computer.
c.
Scoring yaitu penentuan jumlah skor
dari jawaban setiap responden yang ada dalam kuesioner.
d.
Data entry yaitu
memasukan data hasil penelitian kedalam tabel induk(master table) dari setiap jawaban responden yang sudah di beri kode
atau nilai.
e.
Processing yaitu
pemrosesan data yang dilakukan dengan cara mengerty data dari kuesioner ke
paket program computer.
f.
Tabulasi(tabulationg) yaitu memasukan data ke
dalam peragkat lunak untuk memudahkan menganalisis data.
g.
Cleaning yaitu
pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak
2.
Analisa Data
Analisa data yang di gunakan untuk mengolah data hasil
penelitian ini adalah SPSS dan penyajian data berupa :
a.
Analisa Univariat
Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi
serta persentase dari tiap variabe yang di teliti
b.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat di lakukan untuk melihat hubungan variabel
bebas (independen) dan variabel tergantung (dependen), menggunakan uji T test,
dengan tingkat kemaknaan adalah α<0,05 Apabila dari hasil uji statistik
nilai p<0,05, maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
tergantung, begitu juga sebaliknya jika nilai p>0,05,di tolak atau
tidak ada
hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung yang di ukur
C.
ETIKA PENELITIAN
Menurut (Hidayat,2009 dalam Iqbal 2014)
penelitian dilakukan dengan menekankan etika yang meliputi:
1.
Informed consent (
lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan
subyek di berikan sebelum penelitian
dilaksanakan kepada seluruh subyek yang akan di teliti dengan tujuan agar
subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.
2.
Anonymity (tanpa
nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama subyek pada lembar pengukuran.
3.
Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan
tentang informasi yang di berikan oleh subyek penelitian dapat di jamin oleh
peneliti.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
1. Keadaan
Geografis
Puskesmas Antang terletak Di Kelurahan
Antang Kecamatan Manggala Kota Makassar tepatnya di Jalan Antang Raya No. 43
dengan luas wilayah kerja 371 Ha. Wilayah kerja kelurahan antang dengan jumlah
RW sebanyak 11 dan 61 RT. Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Antang
adalah sebagai berikut :
a.
Sebelah timur : Berbatasan dengan Kelurahan Manggala
b.
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Bangkala
c.
Sebelah barat : Berbatasan dengan Kelurahan Borong
d.
Sebelah utara : Berbatasan dengan Kelurahan Tello dan
Kecamatan
Biringkanaya
2.
Keadaan Demografis
Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Antang pada tahun 2012 sebanyak 26.445 jiwa
terdiri dari laki-laki 13.176 jiwa dan perempuan 13.268 jiwa dengan 5.866 KK.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar.Penelitian ini di mulai pada tangal
16 juni sampai 16 juli 2016, batas waktu penelitian yang di tentukan 3 hari pengumpulan data post test 14 hari
intervensi kemudian diobservasi lagi dengan jumllah sampel sebanyak 20 orang.
1. Karakterlistrik responden
a. Umur responden
Penelitian ini menggunakan responden yang berumur diatas
45-59 tahun karena di sesuaikan dengan
tujuan dari penelitian mengenai teknik relaksasi pada lansia dengan gastritis
.Berikut ini adalah distribusi umur responden:
Tabel
5.1
Distribusi
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Antang Raya
Karaktersitik
|
N
|
Mean
|
Median
|
Min-Maks
|
Umur
|
20
|
54.50
|
54.50
|
41-70
|
Data
Primer, Juli 2016
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden 54.50 tahun, dengan
umur paling muda 41 tahun dan paling tua 70 tahun.
b. Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Karaktelistrik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar
Jenis kelamin
|
Frekuensi
|
Persen
|
Laki-laki
perempuan
|
2
18
|
10,0
90,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer, juli 2016
Berdasarkan Tabel 5.2 Menunjukan bahwa responden laki-laki berjumlah
2 responden,sedangkan responden perempuan berjumlah 18 responden. Jadi total
responden sejumlah 20 responden.
c. Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi
Karaktelistrik Responden Berdasarkan pekerjaan
Di
Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Persen
|
Tidak Bekerja
|
20
|
100,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data Primer, Juni 2016
Berdasarkan tebel 5.3 dari 20 menunjukan
bahwa seluruhan
responden
tidak bekerja.
d. Obat yang di konsumsi
Tabel 5.4
Distribusi
Karaktelistrik Responden Berdasarkan obat yang di konsumsi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Raya
Obat yang di konsumsi
|
Frekuensi
|
Persen
|
Promaag
Dexanta
Mylanta
Paracetamol
Obat tradisional
Ranidin
Omeprazole
|
5
1
4
1
7
1
1
|
25,0
5,0
20,0
5,0
35,0
5,0
5,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data Primer, Juli 2016
Berdasarkan
tabel 5.4 menunjukan bahwa lebih banyak responden yang menggunakan obat-obatan
tradisional seperti kunyit untuk mengobati sakit maag.
e. Pola makan
Tabel 5.5
Distribusi
Karaktelistrik Responden Berdasarkan pola
makan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya
Pola Makan
|
Frekuensi
|
Persen
|
Teratur
Tidak teratur
|
12
8
|
60,0
40,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer, Juli 2016
Berdasarkan tabel 5.5
menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki
pola makan yang teratur.
f. Makanan yang di
sukai
Tabel 5.6
Distribusi
Karaktelistrik Responden Berdasarkan makanan yang di sukai Di Wilayah Kerja
Puskesmas Antang Raya
Makanan di
sukai
|
Frekuensi
|
Persen
|
Semua
makanan
pepaya
|
12
8
|
60,0
40,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data Primer, Juli 2016
Berdasarkan tabel 5.6
menunjukan bahwa sebagian besarresponden (60%) tidak memilih-milih
makanan atau menyukai semua jenis makanan.
2. Analisa Univariat
Tabel 5.7
DistribusiFrekuensiSkala Nyeri Sebelum dan Setelah Dilakukan Intervensi
Teknik Relaksasi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Antang
Tahun 2016
|
N
|
Mean
|
Median
|
Min-Maks
|
Sebelum
Intervensi
Setelah
Intervensi
|
20
20
|
5.55
3.55
|
6.00
4,00
|
5-6
3-4
|
Data primer, Juli 2016.
Berdasarkantabel
5.7di dapatkan hasil bahwa rata-rata skala nyeri sebelum
intervensi 5.55 dan setelah intervensi 3.55.
3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh
tindakan teknik relaksai terhadap skor
skala nyeri pada lanjut usia .setelah
itu dilakukan uji ukuran pengaruh untuk melihat
seberapa kuat pengaruh teknik
relaksasi terhadap intensitas nyeri pada
pasien gastritis pda lanjut usia.
Tabel 5.8
DistribusiHasilUjiNormalitas
Data di Wilayah Kerja Antang Raya kota Makassar Tahun 2016
Variabel
|
Shapiro-Wilk(p)
|
Interprestasi hasil
|
Pengukuran skala nyeri Sebelum intervensi
Pengukuran skala nyeri Setelah intervensi
|
0,002
0,010
|
Data tidak
normal
Data tidak
normal
|
Data Primer, Juni 2016
Berdasarkan table 5.8 uji normalitas
data dengan menggunakan Shapiro-wilk menunjukkan data variabel pengukuran skala nyeri
sebelum intervensi memiliki distribusi
data yang tidak normal
yaitup = 0,002≥0,05.
Begitu pula variabel pengukuran skala nyeri data
yang tidak normal yaitup = 0,010≥0,05sehingga keduanya tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik (paired T test) untuk itu uji statistik yang digunakan yaitu uji Wilcocxon.
Tabel
5.9
AnalisisPengaruh kualitas Nyeri Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi dengan Uji Wilcoxon
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota
Makassar Tahun 2016
Variabel
|
n
|
Median
(Minimum-Maksimum)
|
Rata.5.
|
p
|
Nyeri
sebelumintervensi
nyeri sesudah intervensi
|
20
20
|
6 (5-6)
4 (3-4)
|
5,55-0,510
3,55-0,510
|
0,000
|
Data primer, Juli 2016 uji Wilcoxon
Berdasarkan tabel 2
terlihat bahwa
responden yang telah melakukan tindakan teknik relaksasi dalam mengalami penurunan intensitas nyeri secara bermakna p value 0,000 ≤0,05 yaitu dari skala nyeri sebelum intervensi 6 menurun menjadi 4
atau mendapatkan penurunan skala nyeri ringan.Hal ini menunjukkan
bahwa Ha diterima atau ada pengaruh tindakan teknik relaksasi
terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis di Wilayah
Kerja Puskesmas Antang Raya Kota Makassar.
C. PEMBAHASAN
1. Pengukuran skala nyeri sebelum intervensi
Berdasarkan hasil pengukuran skala nyeri
sebelum dilakukan intervensi pada 20 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi terdapat 18 (90,0%) responden yang berada pada skala nyeri sedang dan 2
(10,0%) responden berada pada skala nyeri ringan. Dengan demikian sebagian
besar responden dengan penyakit gastritis mengalami nyeri sedang.
Berdasarkan
data yang diperoleh pada saat melakukan pengkajian awal nyeri responden,
rata-rata responden memiliki pola makan yang teratur namun menu makanan yang mereka makan biasanya
adalah makanan yang justru pantangan bagi orang dengan penyakit gastritis
seperti makanan yang asam dan pedas. Sehingga terkadang mengalami kekambuhan
penyakit gastritis. Bahkan ada yang sampai harus dirujuk ke rumah sakit
terdekat.
Berdasarkan
informasi dari responden, setiap kali responden ke Puskesmas untuk berobat,
petugas kesehatan hanya memberikan obat tanpa memberikan pendidikan kesehatan
terkait penyakit gastritis dan beberapa responden merasa bahwa obat yang
diberikan petugas kesehatan tidak berefek terhadap penyakitnya.
2. Pengukuran skala nyeri sesudah intervensi
Berdasarkan
hasil pengukuran skala nyeri sesudah intervensi pada 20 responden yang terbanyak menderita nyeri gastritis
dengan frekuensi skala nyeri ringan 11 (55%) responden dan yang terenda adalah
nyeri gastritis dengan frekuensi skala
nyeri sedang sebanyak 9 (45%) responden. Hal ini di sebabkan karena adanya
pengaruh tindakan teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada pasien
gastritis.
Hal yang dilakukan pada penelitian ini untuk
menggurangi skala nyeri responden dengan melakukan teknik relaksasi otot.
Teknik relaksasi ini juga terdiri dari 3 gerakan yaitu otot dahi, otot
mata,otot dada, dan otot perut. Teknik ini bertujuan untuk memberikan
ketegangan pada sekelompok otot, kemudian merilekskannya kembali serta keluarga
ikut menerapkan teknik relaksasi pada
pasien setelah penelitian melakukan intervensi.
Hal
ini juga didukung oleh Sitralita(2012),dalam penelitiannya menunjukan hasil
terdapat pengaruh antara pemberian tindakan teknik relaksasi terhadap
peningkatan respon nyeri responden di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota
Makassar.
3. Pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri
Keefektifan
teknik relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis
sesudah intervensi mengalami perubahan yang signitifikan pada sebagian besar
responden. Hal ini di buktikan dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan nilai di peroleh nilai p= 0,000<0,05 sehingga Ha diterimah dan Ho
ditolak yang berarti ada pengaruh tindakan teknik relaksasi terhadap intensitas
nyeri pada pasien gastritis.
Sesuai dengan hasil penelitian Erliana (2008),
mengenai perbedaan tingkat skala nyeri
sebelum dan sesudah di lakukan
tindakan teknik relaksasi otot menunjukan terdapat penurunan nyeri pada responden sesudah di lakukan teknik relaksasi otot selama 20-30 menit, satu kali sehari secara teratur selama satu minggu. Hal ini
terbukti dari adanya penurunan pada skala nyeri responden tersebut, yaitu sesudah di berikan intervensi
tindakan teknik relaksasi otot sehingga terjadi penurunan jumlah responden pada tingkat skala nyeri ringan. Dan sebagian keadaan responden
mengalami nyeri sedang .
samping itu hasil pembacaan
singkat berdasarkan taraf signifikansi(p-value) di dapat p=0,000 dimana nilai
tersebut <α=0,05 dengan demikian Ha
di terima yang berarti ada efektifitas
teknik relaksai terhadap pemenuhan kebutuhan nyeri pada lansia dengan
gastritis.
Hal
ini juga didukung oleh Sitralita(2012),dalam penelitiannya menunjukan hasil
terdapat pengaruh antara pemberian tindakan teknik relaksasi terhadap
peningkatan respon nyeri responden di Wilyah Kerja Puskesmas Antang Raya Kota
Makassar.
Teknik
relaksasi merupakan kebebasan mental dan
fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi dapat di gunakan pada saat
individu dalam keadaan sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut
merupakan upaya pencegahan untuk membantu
tubuh agar segar kembali dan
beregenerasi setiap hari (Poter
&Perry, 2006 dalam Haris & Muhtar 2010).
Teknik
relaksasi dapat bermanfaat pada saat menjelang
istirahat karna dengan
pernapasan yang lambat dan dalam 1 atau 2 menit memberikan
ketegangan. Kontraksai dan relaksasi
otot dapat mengurangi
ketegangan dan menyiapkan tubug untuk beristirahat.
imajinasi terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Kusyanti,2003 dalam Haris & Muhtar
2010). Sedangkan teori ini juga menyatakan bahwa, seseorang akan merasa kurang
nyeri saat melakukan teknik relaksasi
dan selalu merasa nyaman dan relaks,
setelah itu menganjurkan kepada responden untuk
menjaga pola makan yang teratur serta minum obat gastritis.
Relaksasi ini juga merupakan kombinasi dari
gerakan untuk melati pernafasan agar
terkontrol dan juga rangkaian kontraksi serta
teknik relaksasi dengan kelompok
otot , dan berikan latihan bernafas
dengan berlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdoman terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh. Saat lansia melakukan
Teknik
relaksasi ini dapat mengembalikan tubuh
ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi selain menyebabkkan efekyang menenangkan fisik juga dapat
menenangkan pikiran. Teknik relaksasi dapat juga membantu lansia untuk
mengurangi rasa nyeri yang di rasakannya agar menjadi lebih baik. Relaksai terdiri dari imajinasi mental, pelatihan
otogenik, serta latihan fisik, pernapasan diafragma,relaksasi, serta meditasi
(Davis,1987 dalam Haris & Muhtar 2010).
Relaksasi penting sebagai bahan untuk membangun
penenang alami di dalam otak, untuk menolak kekhawatiran atau memungkinkan panik, mencegah penyakit
stres, meningkatkan kebutuhan dalam
menjaga kondisi fisik dengan baik tampa pengecualian. Relaksai dapat
menurunkan nyeri,serta membantu tubuh agar merasa nyaman.
Pemberian
teknik relaksasi otot pada
responden yang mengalami penyakit gastritis dapat menururunkan
ketegangan fisiologis,meningkatkan relaksasi otot,menurungkan kecemasan
sehingga terjadi vasodilatasi pemulu
darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi normal, frekuensi
pernapasan menjadi normal,dan mengurangi
evaporasi sehingga responden menjadi
nyaman dan pikiran menjadi tenang.
Menurut
Guyton (2007) dalam Widyastuti (2014),
melalui latihan teknik reaksasi,lansia di latih untuk dapat menimbulkan respon
relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang dan nyaman. Relaksasi ini juga
memberikan efek peningkatan gelombang alfa sehingga lansia dapat lebih muda
untuk makan dan beraktivitas.
Teknik
relaksasi yang dikombinasikan dengan pernapasan yang melibatkan otot dahi dan otot mata , otot dada dan otot
perut, dan di lakukan selama satu minggu
secara teratur sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang di alami oleh lansia. Dan teknik ini akan membuat tubuh
lebih relaks sehingga kesulitan ketika beraktivitas dapat di atasi.
Relaksasi
sampai saat ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, muda untuk
di lakukan, serta dapat membuat tubuh dan fikiran terasa tenang, rileks, dan
lebih muda untuk beraktifita. Dalam teknik relaksasi otot induvidu akan di berikan kesempatan untuk
mempelajari bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian
melepaskan ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya, klein mulai
membedahkan sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan releks.
Berdasarkan
hasil Penelitian yang di lakukan selama 14 hari ini membuktikan adanya pengaruh
teknik relaksasi otot terhadap intensitas nyeri pada pasien gastritis hal ini
di buktikan dengan adanya penurunan intensitas nyeri setelah di lakukan
intervensi. Meskipun masih ada beberapa responden yang penurunan intensitas
nyerinya masih tidak signifikan tapi sudah mengalami perubahan dari skala
intensitas nyeri sedang menjadi skala intensitas ringan. Penurunan skala
intensitas nyeri yang tidak signifikan ini di karenakan tingkat keseriusan
perawatan gastritis yang di butuhkan lama, serta koping induvidu yang
tidak efektif sehingga efek teknik relaksasi yang ditimbulkan
pun kurang maksimal.
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian tentu menemukan
keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian diantaranya:
Faktor bahasa karena banyak responden yang kurang memahami bahasa Indonesia sehingga peneliti kadang meminta bantuan keluarga untuk
menerjemahkan keluhan responden dan membantu peneliti untuk mengajarkan teknik relaksasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2004). Medical surgical nursing.
(8th Ed.). Philadelphia: J.B.Lippincott Company.
Charlesworth, E., Nathan, R. (1996), Manajemen Stres dengan Teknik
Relaksasi, Jakarta, Penerbit Abdi Tandur, 5 – 11
Charlesworth, E., Nathan, R. (1996), Manajemen Stres dengan Teknik
Relaksasi, Jakarta, Penerbit Abdi Tandur, 393 – 394
Conrad, A. & Roth, W.T
(2007). Muscle Relaxation for Anxiety Disorder : It works but how?. The
Journal of Anxiety Disorder, 243-264. Diambi ltanggal 12 Oktober 2011 dari www.laboratoriosilesia.com
Fitrisyia &Ismayadi. 2011. Relaksasi Otot Progresif
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia. Fakultas Keperawatan USU. Sumatera
Utara
Greenberg, J.S. (2002). Comprehensive stress management.
(7th Ed.). United States:Mc Graw Hill Company Inc.
Haris. Dan Muhtar.(2010).
Pengaruh teknik relaksasi
progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istrirahat. Jurnal penelitian (online).htt://dikeskotabima,wordpress.co
Hardywinoto &Setiabudhi, T. (1999). Panduangerontologi ;tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama ppincott Company
Harmayetty (2008). Efektivitas intervensi keperawatan teknik
relaksasi progresif napas dalam dengan posisi alternative berbaring terhadap stabilitas
Tekanan Darah pada pasien stroke haemorhagikfasesub akut di IRNA medic Penyakit
Saraf RSU Dr. Soetomo Surabaya..Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.Surabaya.
Hidayat, A. A. (2009). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Jackson, S. (2006). Gastritis. Diambil dari http://www.gicare.com/pated
/ecd9546.htm.
Diakses tanggal 27 Mei 2008.
Keliat. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta : EKG
Maulidiyah. (2006). Hubungan antara
stress dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Diambil dari http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?Id=gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah.
Diakses tanggal 27 Mei 2008
Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut
Dan Perawatannya, hal 32. Salemba Medika.
Maryam, R.S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :Salemba Medika
Miller, C.A. (1995). Nursing care of older adults :
Theory and Practice. (2th Ed.).
Philadelphia: JB Lippincott Company.
Price
& Wilson, 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyaki.Volume
2.Edisi 6. EGC : Jakarta.
Potter
&Perry ,2005. Fundamental
Keperawatan Volume 2.Jakarta :Edisi 4 Buku Kedokteran EGC
PRIO.2009. pengaruh teknik
relaksasi progresif terhadap respon nyeri dan frekuensi kekambuhan nyeri pada lanjut usia dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas pancoran mas kotadepok.
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU
KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK (Jurnal diketahui).
Sufiana Larombia,
Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien
Fraktur Di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 (Skripsi)
Smeltzer
Suzanne C, dan Bare,Brenda G, 2012 . Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &Suddart edisi 8 vol1.Jakarta :Buku Kedokteran
EGC
Wibowo, Y.A. (2007). Gastritis. Diambil dari http://fkuii.org/tikidownload_ wiki_attachment.php?attld=1078&page=Yoga%20Agua%20Wibowo.
Diakses tanggal 27 Mei 2008
Wibowo, Y.A. (2007). Gastritis. Diambil dari http://fkuii.org/tikidownload_ wiki_attachment.php?attld=1078&page=Yoga%20Agua%20 Wibowo.
Diakses tanggal 27 Mei 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar