BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah secara global diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan pendidikan dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajad kesehatan yang optimal. ( Depkes RI, 1992 ).
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam uoaya peningkatan status kesehatannya.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya. Hal ini merupakan Sistem Pelayanan Kesehatan yang dikembangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah : Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas khususnya Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi, Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular, Penyuluhan Kesehatan, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Perawatan Usia Lanjut, dan sebagainya.
Di Wilayah Jajaran RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar terdiri dari 110 KK dan yang terkaji sebanyak 77 KK, lebih rinci hasilnya adalah sebagai berikut jumlah penduduk 332 jiwa ( laki-laki 160 jiwa dan perempuan 172 jiwa ), kondisi lingkungan di RT 02 RW VI merupakan daerah pemukiman padat, perkampungan dengan kondisi jalan yang rata, saluran pembuangan yang cukup lancar, pembuangan sampah yang cukup, sedangkan
Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengalaman adalah melalui Kepaniteraan Klinik Keperawatan Komunitas di Jajaran RW VI, Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Membantu dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal serta mampu mengenal dirinya sendiri tentang masalah kesehatan di RT 02 RW VI, Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan yang ingin dicapai pada Praktik Keperawatan Komunitas RT 02 RW VI, Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar.ini antara lain :
a. Melakukan pengumpulan data komunitas yang berhubungan dengan kesehatan bersama masyarakat dengan menggunakan format Survey Kesehatan Masyarakat.
b. Menggerakkan dan Membina Kelompok Kerja Kesehatan ( Pokjakes )
c. Menganalisa data kesehatan yang didapatkan di masyarakat.
d. Merumuskan Diagnosa Keperawatan / Masalah Kesehatan dengan menyelenggarakan Musyawarah Masyarakat Rukun Tettangga( MMRT).
e. Melakukan tindakan keperawatan :
1) Menggerakan masyarakat melakukan kegiatan yang telah direncanakan
2) Mengubah perilaku kesehatan masyarakat
3) Melakukan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat
4) Bersama-sama instansi terkait melakukan pembinaan Membina Kelompok Kerja Kesehatan ( Pokjakes )
5) Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral.
f. Melakukan evaluasi keperawatan.
C. MANFAAT PRAKTIK
1. Masyarakat
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan perumahan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada / kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat RT 02 RW VI.
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan komunitas khususnya jajaran RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar Sulawesi selatan.
D. Waktu pelaksanaan Praktik
Pelaksanaan praktik dimulai 11 April sampai dengan 21 Januari 2016
E. Tempat pelaksanaan Praktik
Kepaniteraan Klinik Keperawatan Komunitas di jajaran RT 02 RW VI, Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar Sulawesi Selatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pelayanan Kesehatan Utama
Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya tentu dengan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat hidup mandiri dan menentukan nasib pribadi (M.Iqbal, SKM, Ilmu Keperawatan Komunitas, 2005).
Fungsi dari PKU adalah pemeliharaan kesehatan, pemecahan diagnosa penyakit dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat. Adapun tanggung jawab perawat dalam PKU adalah :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tekhnik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijakan tentang kesehatan masyarakat.
Sasaran PKU adalah individu, keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Jadi keluarga atau kelompok masyarakat ditingkatkan untuk menciptakan derajat kesehatan yang optimal.
Strategi PKU adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Agar delapan unsur utama PKU yaitu peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan, peningkatan gizi masyarakat. kesehatan ibu dan anak termasuk KB, penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.
Prinsip dalam pelaksanaan PKU berorientasi pada distribusi pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas yang ada di dalam masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral. Kegiatan dalam PKU meliputi : penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular, pengadaan obat esensial, sanitasi dan pengadaan air bersih.
Hubungan konsep PKU dan komunitas adalah untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga), tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh), tingkat rujukan pertama (rumah sakit tipe A dan B), serta menyelenggarkan kerja sama lintas sektoral dan lintas program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam PKU diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagai akhir tujuan PKU diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana dia tinggal.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya; menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Depkes RI (1986) mendefinisikan perawatan komunitas adalah Satu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga, dan masyarakat
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat, prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan pemyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.
Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan kepopulasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual.
Sumber energi infra struktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem pertahanan stressor yaitu garis resisten, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel. Ketiga lapisan pertahanan tersebut bertujuan untuk melindungi infra struktur atau sumber energi dari stressor yang dapat mempengaruhi komunitas.
Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang yang membentuk masyarakat (Anderson, 1988). Secara lebih rinci sasaran ini terdiri dari tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.
1. Tingkat Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.
Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misal nya :TBC, ibu hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang bermasalah kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga
d. Menciptakan lingkungan yang sehat
e. Memanfaatkan sumber daya dalam keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat dari sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.
C. Peran perawat komunitas
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan
2. Memberikan pelayanan secara langsung dan tidak langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
3. Pendidik Memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan dan lain-lain.
4. Pengelolah Mengelola (merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan dan mengevaluasi) pelayanan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas.
5. Konselor Memberikan konseling/bimbingan kepada kader kesehatan, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas sesuai prioritas
6. Pembelaan Klien Melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas
7. Peneliti Melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan komunitas.
D. Asuhan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah Metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistimatis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat (Wahit, 2005)
Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (1985) yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan, faktor-faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transfortasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial komunitas ekonomi dan rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a. Masalah sehat - sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3. Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu primer, sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama (partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan proses kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986), ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan perencanaan sosial (social planning), pendekatan social action, namun yang dominan adalah dengan pendekatan locality development yang berarti mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi sakit. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek walau sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi (ireversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :
1) Aktifitas atau kegiatn program
2) Pembentukkan kelompokm kerja kesehatan (POKJAKES)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi
f. Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang telah dipelajari, maka mahasiswa melakukan praktik Klinik Komunitas di jajaran RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, Kota Makassar Sulawesi Selatan.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa melalui praktek keperawatan di masyarakat berlangsung mulai dari tanggal 11 April sampai dengan 21 Mei 2016. Dalam hal ini kami mendapat tempat praktek di RT 02 RW 6 kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar.
A. TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan praktek mahasiswa di awali dengan pertemuan pertama dengan warga dalam rangka saling mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan warga RW 6 khususnya RT 02 Kelurahan Tamangapa yang dilaksanakan pada tanggal 11 April 2016. Pada saat pertemuan pertama selain acara perkenalan juga disampaikan tentang tujuan praktek dari mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar.
Pada pertemuan pertama tersebut melalui curah pendapat (Brain Storming) berhasil di identifikasi masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat RT 02 RW 6 Kelurahan Tamangapa terkait kesehatan lingkungan.
Pada saat itu juga disampaikan pentingnya suatu wadah kerja yang berasal dari masyarakat sendiri, sehingga mandiri dalam memelihara kesehatannya. Setelah melakukan diskusi yang cukup lama antara mahasiswa dan warga RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa akhirnya tercapai kata sepakat untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan tentang beberapa penyakit yang diderita oleh masyarakat RW 06. Kemudian mahasiswa secara bersama-sama menyusun rencana kerja. Untuk memvalidasi data masalah kesehatan masyarakat di RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa maka di perlukan instrument yang disusun oleh mahasiswa untuk mendapatkan data yang real tentang masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu mahasiswa melakukan pendataan melalui wawancara kepada ketua RW dan ketua RT 02 .
Setelah pendataan di masyarakat RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa dilakukan, maka dilakukan perhitungan dan analisa oleh mahasiswa. Data yang telah di olah kemudian dipresentasikan pada pertemuan kedua pada warga RT 02 RW 06 Kelurahan Tamngapa.
B. TAHAP PENGKAJIAN
Wilayah RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala memiliki jumlah penduduk berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa selama melakukan pendataan adalah 332 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 160 jiwa dan perempuan berjumlah 172 jiwa . Secara umum gambaran wilayah berrdasarkan “ Winshield Survey” sebagai berikut:
Batas Wilayah sebelah Utara : RW 7 kelurahan Tamangapa
Batas Wilayah sebelah Selatan: RT 9 RW 06
Batas Wilayah sebelah Barat : Jalan Amir Mahmud
Batas Wilayah sebelah Timur : Tamangapa Tambak
Fasilitas agama yang ada di RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa :
Mesjid 1 buah. Fasilitas pendidikan formal 1 buah Taman Kanak-kanak. Pelayanan dibidang kesehatan meliputi 1 buah Puskesmas dan 1 buah Pustu. Masyarakat RT 02 RW 06 merupakan masyarakat yang agamamis yang menjalankan tradisi-tradisi yang ada dalam agama Islam. Pada observasi lingkungan di wilayah RT 02 RW 06 pembuangan sampah yang menumpuk di daerah lapang.
Hasil pengolahan data yang berasal dari angket, wawancara dan observasi terlihat pada diagram berikut :
C. HASIL PENGOLAHAN DATA
Data dibawah ini adalah data yang didapatkan oleh mahasiswa kepanitraan praktik keperawatan komunitas angkatan I.
1. Demografi
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Kelompok Usia Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kelompok Usia
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
0-11 bulan
|
5
|
1,5
|
2
|
1-5 tahun
|
28
|
8,4
|
3
|
6-12 tahun
|
61
|
18,4
|
4
|
13-18 tahun
|
32
|
9,6
|
5
|
19-25 tahun
|
46
|
13,9
|
6
|
26-54 tahun
|
125
|
37,7
|
7
|
55-59 tahun
|
13
|
3,9
|
8
|
60-69 tahun
|
14
|
4,2
|
9
|
>70 tahun
|
8
|
2,4
|
Jumlah
|
332
|
100
|
Sumber : Data Primer April tahun 2016
Berdasarkan tabel 3.1 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan kelompok usia didapatkan data dari 332 jiwa, kelompok usia yang terbanyak adalah usia 26-54 tahun dengan jumlah 125 orang ( 37,7%) dan yang terendah adalah usia 0-11 bulan dengan jumlah 5 orang (1,5%).
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Di RW VI RT 02 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Laki-laki
|
160
|
48.2
|
2
|
Perempuan
|
172
|
51.8
|
Total
|
332
|
100.0
|
Sumber : Data Primer April tahun 2016
Berdasrkan tabel 3.2 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis kelamin didapatkan data dari 332jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 172 orang (51,8%) dan yang yang terendah yaitu laki-laki dengan jumlah 160 0rang (48,2%).
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan Di RW VI RT 02 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
PNS
|
11
|
3,3
|
2
|
Swasta
|
8
|
2,4
|
3
|
Petani
|
3
|
0,9
|
4
|
TNI/Polri
|
2
|
0,6
|
5
|
Pedagang/Penjual
|
11
|
3,3
|
6
|
Pengusaha
|
4
|
1,2
|
7
|
Tukang
|
15
|
4,5
|
8
|
Sopir
|
1
|
0,3
|
9
|
IRT
|
77
|
23,2
|
10
|
Tidak Bekerja
|
160
|
48,2
|
11
|
Buruh Harian
|
38
|
11,4
|
12
|
Lainnya
|
2
|
0,6
|
Total
|
332
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasrkan tabel 3.3 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan data dari 332 jiwa, jenis pekerjaan terbanyak yaitu tidak mempunyai pekerjaan dengan jumlah 160 orang (48,2%) yang termasuk di dalamnya adalah kelompok usia bayi, balita, usia sekolah dari TK-Perguruan Tinggi yang dikategorikan tidak bekerja dan yang terendah yaitu Sopir dengan jumlah 1 orang (0,3%).
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Pendidikan Di RW VI RT 02 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tidak Pernah Sekolah
|
5
|
1,5
|
2
|
Belum Sekolah
|
44
|
13,3
|
3
|
Tidak Tamat SD
|
21
|
6,3
|
4
|
SD/MI
|
131
|
39,5
|
5
|
SMP/MTs
|
73
|
22,0
|
6
|
SMA/MA
|
45
|
13,6
|
7
|
Diploma/S1
|
13
|
3,9
|
Total
|
332
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.4. Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan pendidikan didapatkan data dari 332 jiwa, tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SD dengan jumlah 131 orang (39,5%) dan yang terendah adalah yang tidak pernah sekolah dengan jumlah 5 orang (1,5%)
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Penduduk berdasarkan Gejala Penyakit Di RW VI RT 02 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Batuk Pilek
|
45
|
13,6
|
2
|
Demam > = 5 hari
|
1
|
0,3
|
3
|
Demam < 5 hari
|
5
|
1,5
|
4
|
Pegal Linu
|
12
|
3,6
|
5
|
Sakit Kepala
|
3
|
0,9
|
6
|
Sakoit Tenggorokan
|
1
|
0,3
|
7
|
Demam dengan sesak napas
|
1
|
0,3
|
8
|
Diabetes
|
6
|
1,8
|
9
|
Jantung
|
1
|
0,3
|
10
|
Anemia
|
1
|
0,3
|
11
|
Tidak ada
|
256
|
77,1
|
Total
|
332
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.5. Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan gejala penyakit 6 bulan terakhir didapatkan data dari 332 jiwa penyakit yang pernah dialami 6 bulan terakhir ini yang terbanyak adalah yang tidak ada keluhannya dengan jumlah 256 orang (77,1%) dan yang terendah adalah demam, sakit tenggorokan, demam dengan sesak napas, anemia dan jantung dengan jumlah 1 (0,3%)
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Sumber Air Bersih
Di RW VI RT 02 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Sumber air bersih
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ledeng (PAM)
|
17
|
25,3
|
2
|
Sumur Tembok
|
51
|
68,0
|
3
|
Sumur Tidak Ditembok
|
0
|
0
|
4
|
Pompa tangan/mesin
|
5
|
6,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.6. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan sumber air bersih didapatkan data dari 77 kepala keluarga, sumber air bersih terbanyak adalah Sumur tembok dengan jumlah 51 (68,0%) dan yang terendah adalah pompa tangan dengan jumlah 5 (6,7%).
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Fisik Air Minum
Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Fisik Air Minum
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Berbau
|
1
|
1,3
|
2
|
Tidak berasa
|
13
|
16,9,
|
3
|
Tidak berbau
|
21
|
27,3
|
4
|
Jernih
|
42
|
54,5
|
Total
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.7. Distribusi kepala keluarga berdasarkan fisik air minum didapatkan data dari 77 kepala keluarga, kondisi fisik air minum terbanyak adalah jernih dengan jumlah 42 (54,5%) dan yang terendah adalah kondisi fisik air yang berbau dengan jumlah 1 (1,3%).
Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Jarak Sumber Air Dari Septic Tank Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar
No
|
Jarak
|
Jumlah
|
%
|
1
|
<10 meter
|
57
|
73,3
|
2
|
>=10 meter
|
20
|
26,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.8. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jarak sumber air didapatkan data dari 77 kepala keluarga, yang terbanyak adalah kepala keluarga yang mempunyai jarak sumber air <10 meter dengan jumlah 57 KK (73,3%) dan yang terendah adalah yang mempunyai jarak sumber air >10 meter dengan jumlah 20 KK (26,7%).
Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Memasak Air Di
RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Memasak Air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
15
|
20
|
2
|
Tidak
|
62
|
80
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.9. Distribusi frekuensi kepala keluarga didapatkan data dari 77 kepala keluarga, yang terbanyak yaitu dengan cara tidak memasak air minum dengan jumlah 62 KK (80%) dan yang terendah yaitu dengan cara memasak air minum dengan jumlah 15 KK (20%).
Tabel 3.10
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Alasan Tidak Memasak Air Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Alasan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Air sudah bersih
|
11
|
18,3
|
2
|
Malas memasak
|
2
|
3,3
|
3
|
Air gallon
|
49
|
78,3
|
Jumlah
|
62
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.10. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan alasan tidak memasak air didapatkan data dari 62 KK yang tidak memasak air minum, alasan yang terbanyak yaitu karena menggunakan air galon dengan jumlah 49 KK (78,3) dan yang terendah yaitu dengan alasan malas memasak dengan jumlah 2 KK (3,3%).
Tabel 3.11
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Tempat Penampungan Air Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tempat penampungan air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tertutup
|
56
|
72,0
|
2
|
Terbuka
|
21
|
28,0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.10. Distribusi kepala keluarga berdasarkan tempat penampungan air didapatkan data dari 77 KK, tempat penampungan air terbanyak yaitu tempat penampungan air yang tertutup dengan jumlah 56 KK (72,0%) dan yang terendah yaitu tempat penampungan yang terbuka dengan jumlah 21 KK (28,0%).
Tabel 3.12
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Frekuensi Membersihkan Penampungan Air Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar
No
|
Frekuensi Membersihkan T4 Air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
1 seminggu
|
70
|
90,7
|
2
|
2 seminggu
|
5
|
6,7
|
3
|
3 seminggu
|
2
|
2,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.12. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan frekuensi membersihkan penampungan air didapatkan data dari 77 KK, frekuensi membersihkan tempat penampungan yang terbanyak yaitu 1 kali seminggu dengan jumlah 70 KK (90,7%) dan yang terendah yaitu 3 kali seminggu dengan jumlah 2 KK (2,7%).
Tabel 3.13
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Jamban Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kepemilikan Jamban
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
77
|
100
|
2
|
Tidak
|
0
|
0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.13. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan jamban didapatkan data dari 77 KK semuanya memiliki jamban dengan jumlah 77 KK (100%).
Tabel 3.14
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Jamban Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Jamban
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Leher angsa
|
77
|
100
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.14. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jenis jamban didapatkan data bahwa dari 77 KK memiliki jenis jamban leher angsa dengan jumlah 77 KK (100%).
Tabel 3.15
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Saluran Limbah
Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Saluran Limbah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
77
|
100
|
2
|
Tidak
|
0
|
0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.15. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan saluran limbah didapatkan data bahwa dari 77 KK memiliki saluran limbah dengan jeumlah 77 KK (100%).
Tabel 3.16
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Tempat Pembuangan Limbah Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tempat Pembuangan Limbah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
penampungan/peresapan
|
3
|
4,0
|
2
|
dialirka ke got
|
72
|
93,3
|
3
|
dialirkan kesawah/kebun
|
2
|
2,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.16. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan tempat pembuangan limbah didapatkan data dari 77 KK, tempat pembuangan limbah terbanyak yaitu dialirkan ke got dengan jumlah 72 KK (93,3%), dan yang terendah yaitu dialirkan ke sawah dengan jumlah 2 KK (2,7%).
Tabel 3.17
Distribusi Frekunsi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Tempat Sampah
Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kepemilikan Tempat Sampah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
50
|
64,0
|
2
|
Tidak
|
27
|
36,0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.17. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan tempat sampah didapatkan data dari 77 KK, yang terbanyak adalah KK yang mempunyai tempat sampah dengan jumlah 50 KK (64,0%) dan yang terendah adalah yang tidak mempunyai tempat sampah dengan jumlah 27 KK (36,0%).
Tabel 3.18
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Pengolahan Sampah Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pengolahan Sampah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tempat sampah
|
68
|
88,3
|
3
|
Dibakar
|
5
|
6,5
|
4
|
Diselokan
|
4
|
5,2
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.18. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan pengolahan sampah didapatkan data dari 77 KK, pengolahan sampah terbanyak yaitu dengan cara dibuang di tempat sampah dengan jumlah 68 KK (88,3%) dan yang terendah yaitu dengan cara dibuang di selokan dengan jumlah 4 KK (5,2%).
Tabel 3.19
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Rumah Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kepemilikan Rumah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Milik pribadi
|
70
|
88
|
2
|
Kontrak
|
5
|
6,7
|
3
|
Menumpang
|
2
|
5,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.19. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan rumah didapatkan data dari 77 KK, status kepemilikan rumah terbanyak yaitu milik pribadi dengan jumlah 70 KK (88%) dan yang terendah yaitu menumpang dengan jumlah 2 KK (5,3%).
Tabel 3.20
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Rumah Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Rumah
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Panggung
|
14
|
16,7
|
2
|
Permanen
|
50
|
66,7
|
3
|
Semipermanen
|
11
|
14,7
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.20. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jenis rumah didapatkan dari 75 KK, jenis rumah yang terbanyak yaitu rumah permanen dengan jumlah 50 KK (66,7%) dan yang terendah yaitu jenis rumah semipermanen dengan jumlah 11 KK (14,7%).
Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Ventilasi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Ventilasi
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
69
|
92
|
2
|
Tidak
|
6
|
8
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.21. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan ventilasi didapatkan data dari 75 KK, yang terbanyak yaitu yang mempunyai ventilasi dengan jumlah 69 KK (92%) dan yang terendah yaitu yang tidak mempunyai ventilasi dengan jumlah 6 KK (8%.
Tabel 3.22
Distribusi Frekunsi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Pencahayaan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pencahayaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
72
|
96
|
2
|
Tidak
|
3
|
4
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.22. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan pencahayaan didapatkan data dari 75 KK, yang terbanyak adalah yang memiliki pencahayaan dengan jumlah 72 KK (96%) dan yang terendah yaitu yang tidak memiliki pencahayaan dengan jumlah 3 KK (4%).
Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Keadaan Rumah Bersih Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Keadaan Rumah Bersih
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
62
|
82,7
|
2
|
Tidak
|
13
|
17,3
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.23. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan keadaan rumah bersih didapatkan data dari 75 KK, yang terbanyak yaitu keadaan rumah yang bersih dengan jummlah 62 KK (82,7%) dan yang terendah yaitu keadaan rumah yang tidak bersih dengan jumlah 13 KK(17,3%).
Tabel 3.24
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Pekarangan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kepemilikan Pekarangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
43
|
57,3
|
2
|
Tidak
|
32
|
43,7
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.24. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan pekarangan didapatkan data dari 75 KK, yang terbanyak yaitu yang memiliki pekarangan dengan jumlah 43 KK (57,3%) dan yang terendah yaitu yang tidak memiliki pekarangan dengan jumlah 32 KK (43,7%).
Tabel 3.25
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pemanfaatan Pekarangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
37
|
43,7
|
2
|
Tidak
|
38
|
57,3
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.25. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan pemanfaatan pekarangan didapatkan data dari 75 KK, yang terbanyak yaitu yang tidak memanfaatkan pekarangannya dengan jumlah 38 KK (57,3%) dan yang terendah yaitu yang memanfaatkan pekarangannya dengan jumlah 37 KK (43,7).
Tabel 3.26
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Pemanfaatan Pekarangan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar
No
|
Jenis Pemanfaatan Pekarangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tidak ada pekaranagan/tidak dimanfaatkan
|
38
|
50,7
|
2
|
Ditanami sayur dan buah
|
1
|
1,3
|
3
|
Ditanami bunga
|
9
|
12
|
Tempat memelihara ikan/ternak
|
24
|
32
| |
2
|
Lainnya
|
3
|
4
|
Jumlah
|
75
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.26. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jenis pemanfaatan pekarangan didapatkan data dari 75 KK, jenis pemanfaatan pekarangan yang terbanyak yaitu tidak dimanfaatkan dengan jumlah 38 KK (50,7%) dan yang terendah yaitu dimanfaaatkan dengan cara ditanami sayur dan buah dengan jumlah 1 KK (1,3%).
Tabel 3.27
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Vektor di sekitar Rumah Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Vektor
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Lalat
|
3
|
4
|
2
|
Nyamuk
|
69
|
89,3
|
3
|
Lainnya
|
5
|
6,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.27. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan vektor didapatkan data dari 77 KK, vektor terbanyak yaitu nyamuk dengan jumlah 69 KK (89,3%0 dan yang terendah yaitu vektor lalat dengan jumlah 3 KK (4%).
Tabel 3.28
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kepemilikan Dana Sehat Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kepemilikan Dana Sehat
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
67
|
86,7
|
2
|
Tidak
|
10
|
13,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.28. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kepemilikan dana sehat didapatkan data dari 77 KK, yang terbanyak yaitu yang memiliki dana sehat dengan jumlah 67 KK (86,7%) dan yang terendah yang tidak memiliki dana sehat dengan jumlah 10 KK (13,3%).
Tabel 3.29
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Penggunaan Pestisida Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Penggunaan Pestisida
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
14
|
18,7
|
2
|
Tidak
|
63
|
81,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.29. Distribusi frekueni kepala keluarga berdasarkan penggunaan pestisida didapatkan data dari 77 KK, penggunaan pestisida yang terbanyak yaitu yang tidak menggunakan pestisda dengan jumlah 63 KK (81,3%) dan yang terendah yang menggunakan pestisida dengan jumlah 14 KK (18,7%).
Tabel 3.30
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Penggunaan APD Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Penggunaan APD
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
18
|
21,3
|
2
|
Tidak
|
59
|
78,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.30. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan penggunan APD didapatkan data dari 77 KK, yang terbanyak yaitu yang tidak menggunakan APD dengan jumlah 59 Kk (78,7%) dan yang terendah yaitu yang menggunakan APD dengan jumlah 18 KK (21,3%).
Tabel 3.31
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Alat Kontrasepsi
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
34
|
45,3
|
2
|
Tidak
|
43
|
54,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.31. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan pengguanaan kontrasepsi didapatkan data dari 77 KK terdapat 43 KK (54,7%) yang menggunakan kontrasepsi dan yang tidak menggunakan kontrasepsi 34 KK (45,35)
Tabel 3.32
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Kontrasepsi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Kontrasepsi
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tidak memakai alat kontrasepsi/menopouse
|
43
|
54,7
|
2
|
Suntikan
|
19
|
25,3
|
3
|
Pil
|
10
|
13,3
|
4
|
KB alami
|
5
|
6,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.32. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jenis kontrasepsi didapatkan data dari 77 KK, terdapat 43 KK (54,7%) yang tidak menggunakan kontrasepsi dan jenis kontrasepsi terbanyak yaitu suntikan dengan jumlah 19 (25,3%) dan yang terendah yaitu jenis KB alami dengan jumlah 5 (6,7%).
Tabel 3.33
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Informasi Kesehatan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Informasi Kesehatan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
77
|
100
|
2
|
Tidak
|
0
|
0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.33. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan informasi kesehatan didapatkan data dari 77 KK semuanya mendapatkan informasi kesehatan dengan jumlah 77 KK (100%).
Tabel 3.34
Distribusi Frekunsi Kepala Keluarga Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tempat Pemeriksaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Puskesmas
|
74
|
96,6
|
2
|
RS
|
2
|
2,7
|
3
|
Dokter praktek
|
1
|
1,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.34. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan tempat pemeriksaan kesehatan didapatkan data dari 77 KK, tempat pemeriksaan kesehatan yang terbanyak yaitu Puskesmas dengan jumlah 74 KK (96,6%) dan yang terendah yaitu di dokter praktek dengan jumlah 1 KK (1,3%).
Tabel 3.35
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Tanggapan Terhadap Petugas Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tanggapan Terhadap Petugas
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Baik
|
71
|
92
|
2
|
Kurang baik
|
6
|
8
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.35. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan tanggapan terhadap petugas didapatkan data dari 77 KK, tanggapan terhadap petugas yang terbanyak yaitu baik dengan jumlah 71 KK (92%) dan yang terendah yaitu tanggapan kurang baik dengan jumlah 6 KK (8%).
Tabel 3.36
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Kunjungan Petugas PKM Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kunjungan Petugas PKM
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya<1 bulan sekali
|
43
|
54,7
|
2
|
Ya>1 bulan sekali
|
12
|
16
|
3
|
Ya jika dipanggil
|
5
|
6,7
|
4
|
Tidak pernah
|
17
|
22,7
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.36. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kunjungan petugas PKM didapatkan data dari 77 KK, kunjungan terbanyak yaitu <1 bulan sekali dengan jumlah 43 KK (54,7%) dan yang terendah yaitu jika dipanggil saja dengan jumlah 5 KK(6,7%).
Tabel 3.37
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan keberadaan Jentik Nyamuk Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jentik Nyamuk
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
23
|
30,7
|
2
|
Tidak
|
54
|
69,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.37. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan jentik nyamuk didapatkan data dari 77 KK, data yang terbanyak yaitu ada jentik nyamuk dengan jumlah 54 KK (69,3%) dan yang terendah yaitu tidak ada jentik dengan jumlah 23 KK (30,7%).
Tabel 3.38
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Riwayat DBD Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
DBD 1 tahun Terakhir
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
2
|
2,7
|
2
|
Tidak
|
75
|
97,3
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.38. Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan riwayat DBD didapatkan data dari 77 KK, data yang terbanyak yaitu tidak ada riwayat DBD dengan jumlah 75 KK (97,3%) dan yang terendah yaitu ada riwayat DBD dengan jumlah 2 KK (2,7%).
Tabel 3.39
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Makanan Setiap Hari Di
RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Sayur & Lauk Pauk
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
77
|
100
|
2
|
Tidak
|
0
|
0
|
Jumlah
|
77
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.39. Distribusi kepala keluarga berdasarkan makanan setiap hari didapatkkan data dari 77 KK semuanya mengkonsumsi sayur dan lauk pauk dengan jumllah 77 KK (100%).
Tabel 3.40
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Umur Balita Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Umur Balita
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
|
1 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
|
5
5
6
7
5
|
17.9
17.9
21.4
25.0
17.9
|
Jumlah
|
28
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.40. Distribusi frekuensi balita berdasarkan umur didapatkan data dari 28 balita, umur terbanyak yaitu 4 tahun dengan jumlah 7 orang (25%) dan yang terendah yaitu umur 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun dengan jumlah masing-masing 5 orang (17,9%).
Tabel 3.41
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Laki-Laki
Perempuan
|
12
16
|
42.9
57.1
|
Jumlah
|
28
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.41. Distribusi frekuensi balita berdasarkan jenis kelamin didapatkan data dari 28 balita, jenis kelamin terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan dengan jumlah 16 orang (57,1%) dan yang terendah yaitu laki-laki dengan jumlah 12 orang (42,9%).
Tabel 3.42
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Perolehan Imunisasi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Imunisasi
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
27
1
|
96.4
3.6
|
Jumlah
|
28
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.42. Distribusi frekuensi balita berdasarkan perolehan imunisasi didapatkan data dari 28 balita, data terbanyak yaitu memperoleh imunisasi dengan jumlah 27 orang (96,4%) dan yang terendah yaitu tidak memperoleh imunisasi dengan jumlah 1 orang (3,6%).
Tabel 3.43
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Perolehan Imunisasi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Imunisasi
|
Memperoleh
|
%
|
Jumlah
| ||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
| |||
1
|
BCG
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
2
|
DPT 1
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
3
|
DPT 2
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
4
|
DPT 3
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
5
|
POLIO 1
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
6
|
POLIO 2
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
7
|
POLIO 3
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
8
|
POLIO 4
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
9
|
Campak
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
|
100.0
|
10
|
Hepatitis
|
27
|
1
|
96.4
|
3.6
| |
Total
|
27
|
1
| ||||
Jumlah
|
28
|
100
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.43. Distribusi frekuensi balita berdasarkan perolehan imunisasi didapatkan data dari 28 balita, data tertinggi yaitu balita yang mendapat imunisasi yang lengkap dengan jumlah 27 orang (96,4%) dan yang terendah yaitu balita yang tidak memperoleh imunisasi dengan jumlah 1 orang (3,6%).
Tabel 3.44
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Pemberian ASI Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
ASI
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
28
0
|
100.0
0
|
Jumlah
|
28
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.44. Distribbusi frekuensi balita berdasarkan pemberian ASI didapatkan data dari 28 balita (100%) memperoleh ASI.
Tabel 3.45
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Umur Bayi Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Umur
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
7 hari
4 bulan
|
1
1
|
20
20
|
3
|
5 bulan
|
1
|
20
|
4
|
6 bulan
|
2
|
40
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.45. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan umur didapatkan adata dari 5 orang bayi, umur terbanyak yaitu 6 bulan dengan jumlah 2 orang (40%) dan yang terendah yaitu umur 7 hari sebanyak 1 orang (20%), umur 4 bulan dengan jumlah 1 orang (20%) dan umur 5 bulan dengan jumlah 1 orang (20%).
Tabel 3.46
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
2
3
|
40
60
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.46. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan jenis kelamin didapatkan data dari 5 orang bayi, jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 3 orang (60%) dan yang terendah yaitu laki-laki dengan jumlah 2 orang (40%).
Tabel 3.47
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Berat Badan Bayi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Berat Badan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
3 Kg
|
1
|
20
|
2
|
4 Kg
|
2
|
40
|
3
|
6 Kg
|
2
|
40
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.47. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan berdasarkan berat badan didapatkan data dari 5 orang bayi, berat badan terbanyak yaitu 4 Kg dengan jumlah 2 orang (40%) dan 6 Kg dengan jumlah 2 orang (40%) dan yang terendah yaitu dengan berat badan 3 Kg dengan jumlah 1 orang (20%).
Tabel 3.48
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Bumil Melakukan K4 Lengkap Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
K4 Lengkap
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
5
|
100
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.48. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan bumil melakukan K4 lengkap didapatkan data dari 5 orang bayi, seluruh ibu hamil memperoleh K4 lengkap dengan jumlah 5 orang (100%).
Tabel 3.49
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Penolong Persalinan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Penolong Persalinan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Petugas kesehatan
|
5
|
100
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.49.Distribusi frekuensi bayi berdasarkan penolong persalinan didapatkan data dari 5 orang bayi, penolong persalinannya yaitu petugas kesehatan dengan jumlah 5 orang (100%).
Tabel 3.50
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Tempat Bersalin Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tempat Bersalin
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Rumah Sakit
|
5
|
100
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.50. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan tempat bersalin didapatkan data dari 5 orang bayi(100%) yang tempat persalinannya di rumah sakit
Tabel 3.51
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Pemeriksa Ibu Hamil Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pemeriksa Ibu Hamil
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tenaga kesehatan
|
5
|
100
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.51. Dstribusi frekuensi bayi berdasarkan pemeriksa ibu hamil didapatkan data dari 5 orang bayi, seluruh ibu hamil diperiksa oleh tenaga kesehatan dengan jumlah 5 orang (100%).
Tabel 3.52
Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Pemeriksaan Neonatus Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pemeriksaan Neonatus
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
5
|
100
|
Jumlah
|
5
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.52. Distribusi bayi berdasarkan pemeriksaan neonatus didapatkan data dari 5 orang bayi (100%) semuanya pernah diperiksa pada saat neonatus.
Tabel 3.53
Distribusi Frekuensi Anak Dan Remaja Berdasarkan Kesulitan Makan Di
RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kesulitan Makan
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
14
79
|
15.1
84.9
|
Jumlah
|
93
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.53. Distribusi frekuensi anak dan remaja berdasarkan kesulitan makan didapatkan data dari 93 Anak dan remaja, data terbanyak yaitu tidak mengalami kesulitan makan dengan jumlah 79 orang (84,9%) dan yang terendah yaitu yang mengalami kesulitanmakan dengan jumlah 14 orang (15,1%).
Tabel 3.54
Distribusi Frekuensi Anak Dan Remaja Berdasarkan Jadwal Kegiatan Harian
Di RT 02 RW VI kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Jadwal Kegiatan Harian
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Ya
Tidak
|
89
4
|
95.7
4.3
|
Jumlah
|
93
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.54. Distribusi frekuensi anak dan remaja berdasarkan kegiatan
harian didapatkan data dari 93 anak dan remaja, data yang terbanyak yaitu mempunyai jadwal kegiatan harian dengan jumlah 89 orang (95,7%) dan yang terendah yaitu tidak mempunyai jadwal kegiatan harian dengan jumlah 4 orang (4,3%).
Tabel 3.55
Distribusi Frekuensi Anak Dan Remaja Berdasarkan Masalah Yang Sering Dialami Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar
No
|
Masalah yang Sering dialami
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
5
|
Sulit Belajar
Kurang bisa bergaul
Begadang
Kurang PD
Lainnya
|
15
12
1
2
63
|
16.1
12.9
1.1
2.2
67.7
|
Jumlah
|
93
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.55. Distribusi frekuensi anak dan remaja berdasarkan masalah yang sering dialami didapatkan data dari 93 orang anak dan remaja, masalah yang sering dalami yang terbanyak yaitu lainnya dengan jumlah 63 orang (67,7%) dan yang terendah yaitu masalah begadang dengan jumlah 1 orang (1,1%).
Tabel 3.56
Distribusi Frekuensi Anak Dan Remaja Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan
Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tindakan yang Dilakukan
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
|
Bercerita pada teman
Bercerita pada orang tua
Marah/mengamuk
Lainnya
|
15
64
8
6
|
16.1
68.8
8.6
6.5
|
Jumlah
|
93
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.56. Distribusi frekuensi anak dan remaja berdasarkan tindakan yang dilakukan jika ada masalah didapatkan data dari 93 orang anak dan remaja, tindakan yang terbanyak yaitu bercerita pada orang tua dengan jumlah 64 orang (68,8%) dan yang terendah yaitu lainnya dengan jumlah 6 orang (6,5%).
Tabel 3.57
Distribusi Frekuensi Anak Dan Remaja Berdasarkan Kebiasaan Yang Dilakukan Di RT 02 RW Vikelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar
No
|
Kebiasaan yang Dilakukan
|
Jumlah
|
%
|
1
2
3
4
|
Masjid/keagamaan
Membantu orang tua
Olahraga
Lainnya
|
13
14
2
64
|
14.0
15.1
2.2
68.8
|
Jumlah
|
93
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.57. Distribusi frekuensi anak dan remaja berdasarkan kebiasaan didapatkan data dari 93 orang anak daan reamaja, kebiasaan terbanyak yaitu lainnya dengan jumlah 64 orang (68,8%) dan yang terendah yaiytu olahraga dengan jumlah 2 orang (2,2%).
Tabel 3.58
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Umur Lansia Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Umur Lansia
|
Jumlah
|
%
|
1
|
55 - 59 thn
|
13
|
37.1
|
2
|
60 - 69 thn
|
14
|
40.0
|
3
|
= > 70 thn
|
8
|
22.9
|
Jumlah
|
35
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.58. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan umur didapatkan adata dari 35 lansia, umur terbanyak yaitu 60-69 tahun dengan jumlah 14 orang (40%) dan yang terendah yaitu =>70 tahun dengan jumlah 8 orang (22,9%).
Tabel 3.59
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Tindakan Terhadap Penyakit Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tindakan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Berobat ke yankes
|
35
|
100.0
|
Jumlah
|
35
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.59. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan tindakan terhadap penyakit didapatkan data dari 35 lansia, seluruh lansia berobat ke yankes ketika sakit dengan jumlah 35 orang (100%).
Tabel 3.60
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Frekuensi Pemeriksaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
1 kali setahun
|
4
|
11.4
|
2
|
3 kali setahun
|
2
|
5.7
|
3
|
Jika sakit saja
|
29
|
82.9
|
Jumlah
|
35
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.60. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan frekuensi pemeriksaan didapatkan data dari 93 lansia, frekuensi pemeriksaan terbanyak yaitu jika sakit saja dengan jumlah 29 orang (82,9%) dan yang terendah yaitu 3 kali dalam setahun dengan jumlah 2 orang (5,7%).
Tabel 3.61
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kegiatan Sehari-hari Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kegiatan Sehari-hari
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Pengajian/keagamaan
Berkebun/bertani
|
1
27
|
2.9
77.1
|
3
|
Nonton TV
|
3
|
8.6
|
4
|
Lain-lain
|
4
|
11.4
|
Jumlah
|
35
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.74. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan kegiatan sehari-hari didapatkan data dari35 lansia, kegiatan terbanyak yang dilakukan oleh lansia yaitu berkebun/bertani dengan jumlah 27 orang (77,1%) dan yang terendah yaitu nonton TV dengan jumlah 3 orang (8,6%).
Tabel 3.62
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Bantuan Yang Dibutuhkan Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Bantuan yang dibutuhkan
|
Jumlah
|
%
|
1
2
|
Dana sehat
Pelayanan kesehatan/posyandu lansia
|
4
31
|
11.4
88.6
|
Jumlah
|
35
|
100.0
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.62. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan bantuan yang dibutuhkan didapatkan data dari 35 lansia, jenis bantuan terbanyak yang dibutuhkan yaitu pelayanan kesehatan/ posyandu lansia dengan jumlah 31 orang (88,6%) dan yang terendah yaitu bantuan beruapa dana sehat dengan jumlah 4 orang (11,4%).
Tabel 3.63
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Ibu Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Usia Ibu Hamil
|
Jumlah
|
%
|
1
|
25-35 tahun
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.63. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan usia ibu didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) berusia 25-35 tahun.
Tabel 3.64
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Frekunsi Kehamilan Di RT 02
RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Kehamilan Ke-
|
Jumlah
|
%
|
1
|
2
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.64 Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan frekuensi kehamilan didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) mempunyai frekuensi kehamilan ke 2
Tabel 3.65
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Usia Kehamilan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
4-6 bulan
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.61.Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) mempunyai usia kehamilan 4-6 bulan.
Tabel 3.66
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Imunisasi TT Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Imunisasi TT
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.66. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan imunisasi TT didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) telah memperoleh imunisasi TT.
Tabel 3.67
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Penyakit Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Anemia
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.67. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan penyakit didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) mengalami anemia.
Tabel 3.68
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Suplemen Zat Besi Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Suplemen Zat Besi (Fe)
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.68. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan suplemen zat besi didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) telah memperoleh suplemen.
Tabel 3.69
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan Di RT 02
RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pemeriksaan Kehamilan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.69. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kehamilan didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) melakukan pemeriksaan kehamilan.
Tabel 3.70
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Di RT 02
RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Tempat Pemeriksaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PKM
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.70. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan tempat pemeriksaan didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas.
Tabel 3.71
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Di RT 02
RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Frekuensi Pemeriksaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
>3 kali
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.71. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan frekuensi pemeriksaan didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) melakukan pemeriksaan >3 kali.
Tabel 3.72
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Kesehatan Bumil Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Pend.kesehatan Bumil
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.72. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan pendidikan kesehatan ibu hamil didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) mendapat pendidikan kesehatan.
Tabel 3.73
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Ibu Menyusi Di RT 02 RW VI
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Ibu Menyusui
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tidak
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.73. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan ibu menyusui didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) yang tidak sementara menyusui
Tabel 3.74
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Membersihkan Putting Susu
Di RT 02 RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar
No
|
Membersihkan Putting Susu
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
1
|
100
|
Jumlah
|
1
|
100
|
Sumber: Data Primer April 2016
Berdasarkan tabel 3.74. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan memeersihkan puting susu didapatkan data dari 1 orang ibu hamil (100%) membersihkan puting susunya
D. ANALISA DATA
Setelah diadakan Musyawarah Masyarakat Rukun Tetangga II (MMRT II) yaitu pada tanggal 19 April 2016 yang diadakan tentang penyajian hasil tabulasi data dan kemudian curah pendapat bersama masyarakat untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang ditemukan/muncul serta dilanjutkan dengan menentukan POA (Plan Of Action) dari masalah yang muncul. Dari hasil curah pendapat terdapat akhirnya dapat ditemukan masalah yang menjadi prioritas utama yaitu : masalah kesehatan lingkungan dan masalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan.
ANALISA DATA
Data dibawah ini adalah data yang didapatkan oleh mahasiswa kepanitraan praktik keperawatan komunitas
Data
|
Masalah Kesehatan
|
Diagnosa Keperawatan Komunitas
|
1. Penyuluhan kesehatan jarang di lakukan
2. Terdapat 45 orang ( 13,6 % ) yang menderita batuk pilek
3. Vektor yang membahayakan kesehatan adalah nyamuk 89,3 % dan lalat 4,0 %
4. Dari 77 KK terdapat 27 KK yang tidak memiliki tempat sampah
|
Resiko terjadinya peningkatan penyakit menular akibat lingkungan yang kurang bersih (Batuk pilek, demam, DHF)
|
Resiko terjadinya peningkatan penyakit menular akibat lingkungan yang kurang bersih (Batuk pilek, demam, DHF) di RT 02 Kampung Kajenjeng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang akibat lingkungan yang kurang bersih
|
1. Jumlah lansia 35 orang
2. Dari 35 orang lansia Terdapat 29 orang lansia yang memeriksakan kesehatan jika sakit saja
|
Penurunan kesehatan lansia
|
Resiko terjadinya penurunan kesehatan lansia akibat kurangnya informasi tentang kesehatan lansia di RT 02 Kampung Kajenjeng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia
|
Berdasarkan analisa di atas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara masyarakat, Pokjakes dan mahasiswa tentang masalah yang menjadi prioritas utama akan dilakukan bersama. Prioritas masalah keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan lanjut usia.
2. Lingkungan masyarakat yang kurang sehat
BAB IV
PEMBAHASAN
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat.
Melalui pengkaderan dan pembentukan kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) di RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala mulai tanggal 11 April 2016 sampai 21 Mei 2016, hingga melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan remaja sehingga dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang praktik keperawatan komunitas
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi : umur. pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan ekonomi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta observasi langsung berdasarkan format pengkajian .
Analisis Swot :
1. Strength / kekuatan
a. Mahasiswa telah dibekali pengetahuan tentang teori-teori pengkajian komunitas semasa di bangku perkuliahan.
b. Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif dari seluruh masyarakat kelurahan tamangapa, termasuk para tokoh pemuda, tokoh agama, dan seluruh pengurus pokjakes/kader Kesehatan, pihak puskesmas serta aparat pemerintah.
2. Weakness / kelemahan
Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang diperoleh hal ini diakibatkan kurang efektifnya bahasa, tingkat pendidikan rendah yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan, Kepala keluarga yang tidak ada pada saat pendataan, dan lingkungan yang berjauhan dan keadaan jalan yang kurang baik untuk di tempuh dengan kendaraan sehingga menyulitkan pendataan.
3. Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik dari masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan
4. Threat / ancaman
a. Adanya miskomonikasi yang menjadikan kesalahan dalam interpretasi data
b. Jawaban hasil pendataan yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena bersifat subjektif.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu atau kelompok terhadap masalah kesehatan baik yang aktual maupun yang potensial. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan baik yang ditemukan saat pengkajian (aktual), maupun yang mungkin timbul kemudian (potensial) dan diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan intervensi keperawatan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di RT 02 RW 06 kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala ditemukan lima diagnosa antara lain:
a. Resiko terjadinya peningkatan penyakit menular akibat lingkungan yang kurang bersih (Batuk pilek, demam, DHF) di RT 02 Kampung Kajenjeng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang akibat lingkungan yang kurang bersih
b. Resiko terjadinya penurunan kesehatan lansia akibat kurangnya informasi tentang kesehatan lansia di RT 02 Kampung Kajenjeng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting dari proses keperawatan dimana setelah dianalisa dan skoring masalah kemudian ditentukan rencana tindakan guna penyelesaian masalah.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dibuat dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Adapun rencana keperawatan yang disusun harus mencakup:
1. Perumusan tujuan
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan
3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat perencanaan keperawatan komunitas.
Analisis SWOT :
a. Kekuatan pada perencanaaan ini adalah motivasi dari pemerintah setempat, puskesmas, kader kesehatan , Pokjakes dan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama serta remaja mesjid untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan, terbukti adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut serta menjadi anggota dalam Pokjakes, bantuan materil, tenaga dan tempat.
b. Kelemahan pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana (donator) yang dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk menghadapi kendala dana tersebu
c. Kesempatan dalam perencanaan ini adalah banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan sehingga mereka menyempatkan diri sebagai penanggung jawab dalam beberapa kegiatan. Bantuan dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan berupa kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
d. Ancaman pada perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan sebagai petani, buruh, PNS dan swasta, dll, mungkin beberapa diantara mereka pergi ke kebun atau ke sawah, faktor cuaca (musim hujan). Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat dipastikan dari saat penyusunan perencanaan ini.
4. Implementasi
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang ada.
Masalah kesehatan I : Resiko terjadinya penurunan kesehatan lansia akibat kurangnya informasi tentang kesehatan lansia
Analisis SWOT :
a. Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan Pokjakes, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
b. Kelemahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk berpartisifasi dalam hal kerja bakti untuk membersihkan lingkungan kelurahan tamangapa.
c. Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
d. Ancaman dalam kegiatan ini adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program kegiatan yang dilaksanakan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan keadaan cuaca yang kurang bersahabat (musim hujan).
Masalah kesehatan II : Resiko terjadinya peningkatan penyakit menular akibat lingkungan yang kurang bersih (Batuk pilek, demam, DHF)
Analisis SWOT :
a. Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
b. Kelemahannya kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit yang diderita ke pelayanan ( Puskesmas ) setempat
c. Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya penyuluhan pemeriksaan kesehatan lansia dan senam lansia.
d. Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari aparat pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam tindak lanjut program, Motivasi dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada serta program yang dibuat.
5. Evaluasi
Berdasarkan respon verbal dan non verbal menurut teori Anderson dapat disimpulkan hasil evaluasi bahwa :
1. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari masyarakat.
2. Pada pelaksaaan kegiatan (implementasi) biasanya masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran apalagi jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan materi.
3. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari kader/pokjakes setempat, tokoh masyarakat, puskesmas dan swadana mahasiswa sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang dengan berbagai alasan terutama masalah financial dan waktu yang tersedia.
4. Masih ada kegiatan yang belum terlaksana karena Kondisi cuaca, dukungan dan motivasi dari masyarakat yang kurang dan keterbatasan fasilitas yang dibutuhkan.
5. Tindak lanjut dari aparat kesehatan terkait ( Puskesmas, ketua RW 06) sangatlah perlu terutama dalam meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk sehat melalui kegiatan mereka sendiri.
6. Perlunya kerjasama pihak puskesmas dengan POKJAKES yang telah terbentuk agar supaya program-program yang telah dilaksanakan tetap berkelanjutan dan terus melakukan bimbingan serta evaluasi hasil kerja POKJAKES di RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala.
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh melalui kerjasama dan peran serta masyarakat, sedangkan fokus keperawatan individu, kelompok, keluarga menekankan pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Praktik Profesi Keperawatan Komunitas dan Keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa Stikes Mega Rezky Makassar program Profesi Ners menggunakan peran serta masyarakat melalui strategi pembinaan wilayah dan keluarga binaan melalui Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES). Pemilihan keluarga binaan berdasarkan keluarga yang berisiko tinggi dan rawan dalam kesehatan. Pemilihan dilakukan mahasiswa bersama POKJAKES pada saat pengkajian. Keluarga binaan dilaksanakan mulai tanggal 25 April 2016 sampai 02 Mei 2016.
Dalam kegiatan ini mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengkajian, menetapkan masalah, menentukan prioritas, membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan evaluasi. Adapun masalah kesehatan yang ditemukan di kelurahan Tamangapa adalah : Risiko terjadinya penyakit menular (Diare, ISPA, DHF). Resiko terjadinya penurunan kesehatan lansia akibat kurangnya informasi tentang kesehatan lansia.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut antara lain : Melaksanakan kerja bakti, penyuluhan kesling (pengadaan sampah). Sedangkan kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang kedua yaitu melakukan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang terjadi pada lansia, melakukan senam lansia serta pemeriksaan kesehatan.
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil antara lain, meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan melalui penyuluhan dan terlaksananya kegiatan kerja bakti, lingkungan sekitar RT 02 RW 06 Kelurahan Tamangapa tampak bersih.
Keberhasilan yang dicapai merupakan tanda adanya peningkatan peran serta masyarakat melalui Kelompok Kerja Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, remaja mesjid, Puskesmas, dan pemerintah setempat. Dan secara umum adalah karena adanya dukungan penuh dari masyarakat RT 02 RW 06 kelurahan tamangapa.
B. Saran
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas serta aparat pemerintah setempat mulai bupati sampai lingkungan perlu dipertahankan / ditingkatkan dimasa-masa mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas yang berkualitas.
2. Kerja sama antara POKJAKES dan instansi terkait agar tetap dipertahankan dan dikembangkan sehingga program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan yang berkesinambungan kepada POKJAKES agar termotivasi untuk melaksanakan program-program kesehatan termasuk dalam melakukan pembinaan pada keluarga yang berisiko.
4. Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat untuk menindaklanjuti hasil dari berbagai kegiatan praktik mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar