BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung dapat dialami
setiap orang, penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia, berkisar
kurang dari 1 % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5 % pada usia 50-70 tahun
dan 10 % pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk
jika penyebab yang mendasarinya tidak sedgera ditangani, hampir 50 % penderita
gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 tahun. 50 % penderita stadium akhir
meninggal dalam kurun waktu 1 tahun. ( www.scribd.com/doc/Gagal
jantung, di unduh tanggal 14 maret 2016 )
Dengan terganggunya salah satu
organ yang sangat penting dalam tubuh, maka akan berdampak buruk bagi tubuh
secara fisik psikologis, dan juga spiritual. Dampak fisik yang dapat
ditimbulkan dari penyakit gagal jantung kongestif yaitu : kesulitan dalam
bernafas/sesak nafas, batuk dan mudah lelah. Sedangkan dampak psikologis dari
penyakit gagal jantung kongestif adalah klien merasa tidak menerima keadaan
bahwa klien mengalami penyakit jantung. Klien mudah tersinggung karena keadaan
klien yang tidak stabil, klien tidak dapat berinteraksi dengan orang-orang
terdekat atau orang-orang disekitarnya seperti keluarga, tetangga, dan
masyarakat stempat dikarenakan keterbatasan aktifitas.
Dilihat dari banyaknya kasus
gagal janutng kongestif yang terus meningkat karena pola hidup yang tidak
sehat, seperti kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kebiasaan mengkomsumsi
alcohol, jarang olahraga dan sebagainya, maka peran perawat sangat dibutuhkan
untuk penanggulangan penyakit gagal jantung kongestif, agar tidak menimbulkan
komplikasi yang lebih berat lagi yang dapat memperburuk keadaan penderita gagal
jantung kongestif ini, adapun peran perawat sebagai berikut : Advocate (
pembela klien ) : bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan ( inform
concern ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
(Disparty, 1998: 40). Selain itu sebagai pembela perawat juga berperan sebagai
Conselor yaitu proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah social untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual dan juga educator
inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau
keterampilan secara teknis.
Masalah kesehatan dengan
gangguan system kardiovaskuler masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut
data WHO di laporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita gagal
jantung kongestif. Prevalensi gagal jantung di Negara berkembang cukup tinggi
dan makin meningkat. Oleh karena itu gagal janutng merupakan masalah kesehatan
yang utama. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk Indonesia secara
nasional, sebagai gambaran di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang terdapat 862
angka kejadian gangguan system kardiovaskuler dan terdapat 433 gagal jantung
kongestif, dilihat dari presentase angka kejadian gangguan system
kardiovaskuler di RSUD Karawang, gagal jantung kengestif menempati urutan
tertinggi bila dibandingkan dengan gangguan system kardiovaskuler lainnya.
Melihat begitu banyak angka
kejadian gagal jantung baik itu di Dunia, Asia, Indonesia, bahkan di Rumah
Sakit Daerah Karawang, mengungkapkan suatu fakta bahwa begitu pentingnya peran
perawat dalam suatu proses keperawatan pada pasien gagal janutng. Peran perawat
terhadap pasien dengan gagal jantung
yang meliputi peran preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative sangat
diperlukan. Terutama peran promotif melalui edukasi dapat merubah klien dalam
mengubah gaya hidup dan mengontrol kebiasaan pribadi untuk menghindari factor
resiko. Dengan edukasi semakin banyak klien yang mengerti bagaimana harus
mengubah perilaku sehingga mereka mampu melakukan pengobatan dan perawatan
secara mandiri. Perawatan yang baik hanya dapat tercapai apabila ada kerjasama
antara perawat dank klien serta adanya minat klien untuk mengatasi masalah
tersebut. Berdasarkan urain diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengambil karya tulis ilmiah dengan judul Analisa kasus pada pasien dengan
penyakit Congestif Heart Failure.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan
mampu untuk mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami
Congestif Heart Failure dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan
Khusus
Diharapkan pada
penulisan ini, Mahasiswa keperawatan mampu :
a. Menjelaskan
konsep dasar medis pada pasien dengan penyakit Congestif Heart Failure mulai
dari defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi, pemeriksaan diagnostic,
dan penatalaksanaan medis.
b. Mengkaji
klien dengan masalah utama pada pasien Congestif Heart Failure
c. Merumuskan
diagnose keperawatan klien dengan masalah pada pasien Congestif Heart Failure
d. Melaksanakan
tindakan keperawatan klien dengan masalah pada pasien Congestif Heart Failure
e. Mengimplementasikan
rencana keperawatan klien dengan masalah utama pada pasien Congestif Heart
Failure
f. Mengevaluasi
tindakan keperawatan klien dengan masalah utama pada pasien Congestif Heart
Failure
C.
Manfaat
Dengan adanya laporan akhir ners
ini, diharapakan dapat bermanfaat bagi mahasiswa peminatan CVCU (
CardioVaskuler Care Unit ) profesi ners juga sebagai acuan atau kerangka dan
pedoman kerja di rumah sakit nantinya, dengan adanya laporan ners ini juga,
pasien memperoleh perawatan dengan penuh perhatian dan dilaksanakan secara
berkesinambungan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
KONSEP DASAR MEDIS
1.
Definisi
a.
Congestive Heart Failure (CHF)
adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah
guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat.
Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung
kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki,
paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2010).
b.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
c.
Gagal jantung adalah sindrom klinik
dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
1.
Etiologi
a.
Kelainan
otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada
penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi
b.
Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpuikan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
a.
Hipertensi sistemik atau pulmonal
(peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung
b.
Peradangan dan penyakit
myocardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
c.
Penyakit
jantung lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai
akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi
jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi
darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load.
d.
Faktor
sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang
berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalitas elekttronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
1.
Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana
curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart
Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor,
yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung
yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)
Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa
adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume
sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload
yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat.
Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac
output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan
kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema
paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika
berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem
saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan
vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan
preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac
output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu,
takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya
iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload
dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan
resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke
organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac
output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem
rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload
ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar
arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida
natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa
disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
2.
Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
a.
kelas 1
Bila pasien dapat melakukan
aktifitas berat tampa keluhan
b.
kelas 2
Bila pasien tidak dapat melakukan
aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
c.
kelas 3
Bila pasien tidak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
d.
kelas 4
Bila pasien sama sekali tidak dapat
melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring.
3.
Manifestasi klinik
Gejala yang muncul sesuai dengan
gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di
paru-paru karena peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda-tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi
derap dan bising akibat regurgitasi mitral (Masjoer,
Arif dkk,2001)
Tanda
dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif
jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
a.
Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal
ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang
dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
1)
Dispneu
Terjadi akibat penimbunan
cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Bebrapa pasien
dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal
Dispnea ( PND)
2)
Batuk
3)
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang
kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil metabolisme. Juga
terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
4)
Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal
jantung kanan:
1) Kongestif
jaringan perifer dan viseral.
2) Edema
ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan.
3) Hepatomegali.
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar.
4) Anorexia dan
mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen.
5) Nokturia
(kencing dimalam hari)
6) Kelemahan.
4. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
EKG; mengetahui hipertrofi atrial
atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.mengetahui
adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi,
disfungsi pentyakit katub jantung.
b.
Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran
jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan
dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.
c.
Scan Jantung; Tindakan penyuntikan
fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
d.
Kateterisasi jantung; Tekanan
abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan
dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri
koroner.
e.
Elektrolit; mungkin berubah karena
perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
f.
Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen
mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
g.
AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai
alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan
karbondioksida.
h.
Enzim jantung; meningkat bila
terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin
fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
5. Penatalaksanaan
klinis
Non
Farmakologis
a.
CHF Kronik
1)
Meningkatkan oksigenasi dengan
pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas.
2)
Diet pembatasan natrium
3)
Menghentikan obat-obatan yang
memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium
4)
Pembatasan cairan (kurang lebih
1200-1500 cc/hari)
5)
Olah raga secara teratur
b. CHF Akut
1)
Oksigenasi (ventilasi mekanik)
2)
Pembatasan cairan
Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
a.
First line drugs; diuretic
Tujuan:
mengurangi afterload pada disfungsi
sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah:
thiazide
diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b.
Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan :
membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja
jantung.
Obatnya adalah:
1)
Digoxin; meningkatkan
kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana
dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi
2)
Hidralazin; menurunkan afterload
pada disfungsi sistolik.
3)
Isobarbide dinitrat; mengurangi
preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada
disfungsi sistolik.
4)
Calsium Channel Blocker; untuk
kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel
(jangan dipakai pada CHF kronik).
5)
Beta Blocker; sering
dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi
diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD,
hipertrofi ventrikel kiri.
Pendidikan Kesehatan
a.
Informasikan pada klien, keluarga
dan pemberi perawatan tentang penyakit dan penanganannya.
b.
Informasi difokuskan pada:
monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
c.
Diet yang sesuai untuk lansia CHF:
pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung kalium seperti; pisang,
jeruk, dll.
d.
Teknik konservasi energi dan latihan
aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan terapis.
Terapi
Lain
a.
Koreksi penyebab-penyebab utama yang
dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia,
depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
b.
Posisi setengah duduk.
c.
Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium
atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema,
seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada
gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter
pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
d.
Aktivitas fisik: pada gagal jantung
berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan
peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki
3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan
atau sedang.
e.
Hentikan rokok dan alkohol
f.
Revaskularisasi koroner
g.
Transplantasi jantung
6. Komplikasi
Menurut patric davay (2005), komplikasi gagal jantung
kongestif adalah sebagai berikut :
a.
Efusi pleura : di hasilkan dari peningkatan
tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang
pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah.
b.
Aritmia :
pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami aritmia,
biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya menyebabkan
kematian mendadak
c.
Trombus ventrikuler kiri : pada gagal jntung kongestif akut
dan kronik, pembesaran ventrikel kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi
terhadap adanya pembentukan thrombus pada ventrikel kiri. Ketika thrombus
terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai
oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat
terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA)
d.
Hepatomegali : karena lobus hati mengalami
kongestif dengan darah vena sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati.
Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya sirosis.
A.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Gagal
serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya
kongesti pulmonal dan sistemik.GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas
dan mortalitas.
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan/kelelahan
terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas,
dispnea pada saat istirahat.
Tanda :
Gelisah,
perubahan status mental misalnya : letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala :
Riwayat HT,
IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen
Tanda :
o
TD ; mungkin rendah (gagal
pemompaan).
o
Irama Jantung ; Disritmia.
o
Frekuensi jantung ; Takikardia.
o
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar
dan merubah
o
posisi secara inferior ke kiri.
o
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat
o
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
o
Murmur sistolik dan diastolic.
o
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu,
sianotik
o
Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan
pengisian
o
kapiler lambat
o
Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
o
Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
o
Edema ; mungkin dependen, umum atau
pitting
c.
Integritas ego
Gejala :
Ansietas,kuatir
dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda :
Berbagai
manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung
d.
Eliminasi
Gejala
:
Penurunan
berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
e.
Makanan/cairan
Gejala
:
Kehilangan
nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang
telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda
:
Penambahan
berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen,
tekanan dn pitting).
f.
Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
Tanda
: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g.
Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pusing, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir,
diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
h.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri dada,
angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
Tanda :
Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i.
Pernapasan
Gejala
:
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil
duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan
Tanda
:
1)
Pernapasan :takipnea,napas dangkal,
penggunaan otot asesori pernpasan.
2)
Batuk : Kering/nyaring/non produktif
atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)
Sputum : Mungkin bersemu darah,
merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)
Bunyi napas ; Mungkin tidak
terdengar.
5)
Fungsi mental; Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi.
6)
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j.
Keamana
Gejala : Perubahan dalam fungsi
mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
k.
Interaksi sosial
Gejala : Penurunan
keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
l.
Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa
menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang
ketidak berhasilan untuk meningkatkan
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan
frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai
dengan :
o
Peningkatan frekuensi jantung
(takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
o
Perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi).
o
Bunyi ekstra (S3 & S4)
o
Penurunan keluaran urine
o
Nadi perifer tidak teraba
o
Kulit dingin kusam
o
Ortopnea,krakles, pembesaran hepar,
edema dan nyeri dada.
b.
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen. Kelemahan umum, Tirah baring
lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,
kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat,
berkeringat.
c.
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. Ditandai dengan :
Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat
badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
d.
Resiko tinggi gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus.
e.
Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan
perfusi jaringan.
3. Intervensi
Keperawatan
1)
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural,
ditandai dengan
o
Peningkatan frekuensi jantung (takikardia)
: disritmia, perubahan gambaran pola EKG
o
Perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi).
o
Bunyi ekstra (S3 & S4)
o
Penurunan keluaran urine
o
Nadi perifer tidak teraba
o
Kulit dingin kusam
o
Ortopnea,krakles, pembesaran hepar,
edema dan nyeri dada.
Tujuan :
Klien akan : Menunjukkan tanda
vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea,
angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Auskultasi nadi apical ; kaji
frekuensi, irama jantung
2.
Palpasi nadi perifer
3.
Pantau TD
4.
Kaji kulit terhadp pucat dan
sianosis
5.
Kolaborasi : Berikan oksigen
tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
6.
Berikan obat sesuai indikasi
(diuretic, vasodilator, ACE inhibitor , sedative )
|
1.
Biasnya terjadi takikardi
(meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
2.
Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan
posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulse alternan
3.
Pada GJK dini, sedng atu kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat norml lagi.
4.
Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi
dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit
sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena
5.
Meningkatkn sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat
digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti
6.
Meningkatkan volum sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas, menurunkan kongesti dan meningkatkan istirahat .
|
2)
Aktivitas
intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen.
Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,
kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat,
berkeringat
Tujuan
/kriteria :
Klien akan :
Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
intervensi
|
Rasional
|
1.
Periksa tanda vital sebelum dan
segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
2.
Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
3.
Evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas
4.
Kolaborasi: Lakukan
program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
|
1.
Hipotensi ortostatik dapat terjadi
dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic)
atau pengaruh fungsi jantung.
2.
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3.
Dapat
menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan
aktivitas.
4.
Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali,
|
3)
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan :
Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat
badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria :
Klien akan : Mendemonstrasikan
volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas
bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil
dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan
individual.
Intervensi
|
rasional
|
1.
Pantau pengeluaran urine, catat
jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
2.
Pertahakan duduk atau tirah baring
dengan posisi semifowler selama fase akut.
3.
Pantau TD dan CVP (bila ada)
4.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan
anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
5.
Pertahankan cairan/pembatasan
natrium sesuai indikasi
|
1.
Pengeluaran urine mungkin sedikit
dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.
2.
Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
3.
Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.
4.
Kongesti visceral (terjadi pada
GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal
5.
Menurunkan air total
tubuh/mencegah reakumulasi cairan
|
4)
Resiko tinggi gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria :
Klien akan : Mendemonstrasikan
ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi
dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
intervensi
|
Rasional
|
1.
pantau bunyi nafas, catat krekles
2.
Ajarkan/anjurkan klien batuk
efektif, nafas dalam.
3.
Dorong perubahan posisi.
4.
Berikan obat (bronkodilator,
Lasix) sesuai indikasi
|
1.
menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2.
membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
3.
Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia
4.
Meningkatkan aliran oksigen dengan
mendilatasi jalan nafas, menurunkan kongesti alveolar dan meningkatkan
pertukaran oksigen
|
5)
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan.
Tujuan/kriteria :
Klien akan :
Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik
mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau kulit, catat penonjolan
tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
2.
pijat area kemerahan atau yang
memutih
3.
Ubah posisi sering ditempat
tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
4.
Berikan perawtan kulit, minimalkan
dengan kelembaban/ekskresi.
|
1.
Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2.
meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
3.
Memperbaiki sirkulasi waktu satu
area yang mengganggu aliran darah.
4.
Terlalu
kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
|
BAB
III
LAPORAN
ANALISA KASUS
CONGESTIF
HEART FAILURE (CHF)
Nama Mahasiswa : Asma
Ruangan : Lontara 1 Bawah
Depan ( Cardio )
A.
IDENTITAS
DIRI KLIEN
Nama : Tn ” Y ” Tgl masuk RS :
12 Maret 2016
TTL : 31 /12/1934 Sumber Informasi : Pasien, keluarga, RM
Umur : 81 Tahun Keluarga yg dapat dihubungi : Ny.”M”
Alamat : Jl.A.Paccerakkang Pendidikan : S1
Status
Perkawian : Menikah Pekerjaan : IRT
Agama
: Kristen Alamat :
jl.A.Pacerakkang
Suku : Toraja NO
RM. :
748905
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan
PNS
B.
RIWAYAT
KESEHATAN
1.
Keluhan
utama
: sesak nafas
2.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien
masuk rumah sakit pada tanggal 12 Maret 2016 dengan keluhan sesak nafas, perut
membesar yang dialami sejak 4 minggu terakhir,perut dirasakan semakin hari
semakin membesar.
3. Keluhan
saat dikaji :
Pada
saat pengkajian tanggal 14 Maret 2016 klien masih mengeluh sesak nafas, batuk, tampak asites, aktifitas
klien dibantu keluarga, klien mengatakan merasa lemas, tampak udem pada ekstremitas bawah, terpasang IVFD NaCl
0,9 % 20 tpm, terpasang kateter 500 cc.
4. Terapi
yang dijalani :
Saat
ini klien hanya minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
C.
RIWAYAT
KESEHATAN MASA LALU
1.
Riwayat penyakit sebelumnya
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit
Karena sakit yang sama
2.
Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan, bapak mengalami
sakit yang sama dengan dirinya, dan ibu klien meninggal karena factor usia
GI :
Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien meninggal karena faktot usia
G II : Ayah klien meninggal karena penyakit yang
sama dengannya dan Ibunya meninggal karena faktor usia
G III :
klien sendiri tlah mengalami penyakit CHF ± 1 Tahun yang lalu dan memberat 1 bulan yang lalu.
A. ASPEK PSIKOSOSIAL
1.
Persepsi klien saat ini :
o Hal yang
dipikirkan saat ini :
Klien memikirikan tentang kesehatannya, dia hanya ingin cepat sembuh .
o Harapan
setelah menjalani perawatan :
Klien hanya berharap bisa sembuh dan segera pulang ke rumah.
2.
Social/ interaksi
o Hubungan
klien dengan keluarga :
Klien dapat berinteraksi baik dengan keluarga, dan selama sakit banyak
keluarga yang dating mengunjunginya.
o Hubungan
klien dengan tetangga :
Klien mengatakan di wilayah tempat tinggalnya, klien dapat berinteraksi
dengan tetangga di sekitarnya.
o Dukungan keluarga
:
Klien mengatakan semua keluarga selalu memberikan dukungan dan support
selama sakit.
o Reaksi saat
interaksi :
Klien tampak ramah dan bisa bersosialisasi dengan orang-orng sekitar .
3.
Spiritual / kepercayaan
o Kegiatan
yang dilakukan selama sakit :
Selama sakit klien hanya bisa berdoa agar dirinya cepat sembuh
o Tanggapan
mengenai kondisi saat ini terkait dengan kepercayaan klien :
Klien hanya mengganggap ini adalah cobaan dari Tuhan.
B. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1.
Pola Nutrisi
:
Sebelum
Sakit
|
Selama
Sakit
|
-
Frekuensi 3X/hari
-
Jenis makanan : Nasi, sayur,lauk.
-
Makanan yang disukai: semua jenis makanan.
-
Porsi makan di habiskan
-
Nafsu makan baik.
-
Makanan pantangan tidak ada
|
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis makanan : bubur
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Buburnya tidak di habiskan
- Nafsu makan kurang
- klien hanya makan 3 – 4 sendok
makan.
|
1. Pola
Eliminasi BAB
Sebelum
Sakit
|
Selama
Sakit
|
-
Frekuensi 1x/hari
-
Waktu : pagi
-
Konsistensi : Padat pasta
|
- Frekuensi 1x/ 2-3 hari
- Waktu : tidak menentu.
- Konsistensi : lunak
|
2. Pola
Eliminasi BAK
Sebelum
sakit
|
Selama
sakit
|
-
Frekuensi 4-5 x/hari
-
Warna : kuning
-
Bau : amoniak
-
Tanpa kateter
|
-
1300 ml /24 jam
-
Warna : kuning keruh
-
menggunakan kateter
-
Bau : amoniak
|
3. Pola
Tidur dan Istirahat
Sebelum
Sakit
|
Selama
Sakit
|
-
Frekuensi 2x/hari
-
Waktu : siang dan malam
-
Jam tidur : 14:00 pada siang hari dan jam 21:00 pada malam hari
-
Kebiasaan pengantar tidur tidak ada
|
-
Frekuensi : tidak menentu
-
Kebiasaan pengantar tidur tidak ada.
|
4. Pola
Aktifitas Dan Latihan
Sebelum
Sakit
|
Selama
Sakit
|
- Olahraga : klien jarang olahraga
- Kegiatan di waktu luang : kumpul sama
keluarga
|
-
Klien
tidak melakukan pekerjaannya, klien hanya beristrahat di tempat tidur.
-
Klien
mengatakan aktivitasnya di bantu
-
Semua kebutuhan klien di bantu
oleh keluarga
|
5. Pola
Pekerjaan
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
- Jenis pekerjaan : petani
- Jumlah Jam Kerja: tidak menentu
|
- Klien tidak melaksanakan aktivitas
sehari-hari pada saat sakit hanya berbaring di tempat tidur
|
C.
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Kesadaran : Composmentis (GCS :15) Keadaan umum
: lemah
2.
Tanda-tandaVital :
TD
: 160/110 mmHg N
: 100 x/i
P : 28 x/i S
: 36,5 º
C
3. Antropometri
:
BB : 70 kg
TB : 170 kg
4. System pernapasan
a.
Hidung : tidak ada
pernapasan cuping hidung
b.
Leher : tak ada pembesarn
tiroid
c.
Dada : bentuk dada normal
chest
d.
Saturasi o2 : 99%
5.
Sister cardiovaskuler :
a.
Congjungtiva : tidak tampak
anemis
b.
CRT : kurang dari 3 detik
c.
Pulsasi nadi perifer ; nadi
teraba kuat :100x/menit
6.
Sistem pencernaan :
a.
Bibir, mukosa :tampak lembab
b.
Keadaan mulut : tampak baik
c.
Inspeksi abdomen : tampak
asites
7.
System indera
a.
Mata
o Inspeksi
1)
Konjungtiva :
Tidak anemis
2)
Ukuran pupil :
Mengecil bila terkena cahaya
b.
Hidung
o Inspeksi :
Bentuk hidung simetris kanan dan kiri
o Palpasi :
Sinus baik, tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
c.
Telinga
o Keadaan daun telinga : baik
o Fungsi pendengaran : baik
8.
System syaraf
a.
Fungsi cerebral :
o Status mental : baik
o Tingkat kesadaran : composmentis
b.
Fungsi motorik
o Kekuatan otot
5 5
c.
Fungsi sensorik
o Suhu : 36,5 C
o Nyeri : klien mengatakan kadang-kadang nyeri pada bagian abdomen
9.
Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : klien dapat menggerakkan kedua
tangannya
b. Ekstremitas bawah : tampak udem pada kedua kakinya.
10. Genetalia
terpasang kateter
D.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan labolatorium tanggal 12/03/2016
pemeriksan
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Analisa Gas
Darah
PH
pCO2
SO2
PO2
HCO3
ctO2
ctCO2
BE
|
7.49
29.4
99.0
120.4
22.6
15.3
23.5
-1.0
|
7.35-7.45
mmHg
%
80.0-100.0mmHg
22-26 mmol/l
Vol%
Mmol/l
-2 s/d +2
|
Kesan : alkalosis respiratorik
HASIL :
o Hepar : ukuran membesar, ujung permukaan regular,ujung
tajam, tidak tampak SOL, tampak dibatasi vena-vena hepatica
o GB : Dinding tidak menebal, tidak tampak echo batu
didalamnya.
o Pankreas : bentuk, ukuran dan echoparenkim dalam batas
normal, tidak tampak massa/ cyst/lesi patologik lainnya.
o Lien : bentuk, ukuran dan echopaenkim dalam batas normal,
tidak tampak nodul-nodul
o Kedua ginjal : bentuk ukuran dan echoparenkim dalam batas
normal,tidak tampak echo batu maupun mass/cyst/lesi patologik lainnya
o Vesica urinaria : dinding tidak menebal, mukosa regular,
tidak tampak batu echo didalamnya.
Kesan : hepatomegaly
dengan tanda-tanda Congestive Liver
A.
TERAPI MEDIS
Tanggal
15/03/ 2016
Obat
|
Dosis
|
Rute
|
Indikasi
|
Kontraindikasi
|
furosemide
|
40 mg/12 jm
|
IV
|
Furosemida adalah suatu derivat
asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida
adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi
tekanan darah yang normal. Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema
seperti: Edema karena gangguan jantung, Edema yang
berhubungan dengan ganguan ginjal dan sirosis hati, Supportive measures pada
edema otak, Edema yang disebabkan luka bakar, Untuk pengobatan hipertensi
ringan dan sedang, Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.
|
·
Pasien
dengan gangguan defisiensi kalium, glomerolunefritis akut, insufisiensi
ginjal akut, wanita hamil dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida.
·
Anuria.
·
Ibu
menyusui.
|
Amludipine
|
10 mg/24jm
|
Oral
|
Amlodipin
adalah obat tekanan darah tinggi (hipertensi).
Obat ini adalah obat hipertensi yang paling sering diresepkan di Indonesia
setelah captopril. Terdapat banyak golongan obat antihipertensi.
Amlodipin termasuk ke dalam golongan obat penghambat kanal kalsium.
Selain untuk hipertensi, amlodipin juga diindikasikan untuk penyakit berikut:
|
Amlodipin relatif
aman dan tidak ada kontraindikasi khusus. Satu-satunya kondisi yang tidak
boleh obat ini diberikan ialah alergi (hipersensitivitas) terhadap amlodipin.
Namun amlodipin perlu pengawasan dokter bila diberikan pada kondisi berikut:
·
Gagal jantung akut
·
Hipotensi yang disertai gejala seperti pingsan;
·
Bengkak pada kaki yang semakin bertambah;
·
Kelainan fungsi jantung (kardiomiopati hipertrofi);
·
Kelainan fungsi hati
|
diovan
|
80 mg/24jm
|
Oral
|
Pengobatan hipertensi, terapi
gagal jantung pada pasien yang intoleransi terhadap ACE inhibitor. Pasca
infark miokard.
|
Hamil, laktasi,
kerusakan hati yang berat, sirosis, obstruksi bilier.
|
aspilet
|
80 mg/24 jam
|
Oral
|
Untuk menurunkan demam,
meringankan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri otot.
|
Penderita hipersensitif (termasuk asma). Penderita tukak lambung (maag),
pernah atau sering mengalami perdarahan di bawah kulit (konsultasikan dengan
dokter). Penderita hemofilia dan trombositopenia, karena dapat meningkatkan
risiko terjadinya perdarahan. Penderita yang sedang terapi dengan
antikoagulan (konsultasikan dengan dokter).
|
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
1.
|
Data Subjektif :
Klien mengatakan
sesak nafas
Data Objektif :
1.
RR
: 28x/i
2.
Klien
tampak gelisah
|
Pola nafas tidak efektif
|
2
|
Data
Subjektif :
-
Klien mengatakan perutnya membesar
-
Klien
mengatakan bengkak pada kedua kaki
Data Objektif :
1. Lingkar
perut : 90 cm
2. Nampak udem pada kedua ekstremitas
bawah
3. Hasil
USG abdomen : hepatomegaly dengan tanda-tanda
Congestive Liver
|
Kelebihan volume cairan
|
3
|
Data Subjektif :
1.
Klien mengatakan selama sakit aktifitas klien dibantu keluarga
2.
Klien mengatakan merasa lemas
Data Objektif :
1.
Keadaan Umum Lemah
|
Intoleransi aktifitas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Pola Napas tidak Efektif
b/d ketidakadekuatan ventilasi
2. Kelebihan
Volume cairan b/d adanya oedem
3.
Intolenrasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2
dengan kebutuhan dan kelemahan fisik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
pasien :
Tn “Y ”
Nama Mahasiswa : Asma
Ruang : Lontara 1 Bawah
Depan (Cardio )
NIM : 15 3145 901 002
No.RM : 748905
No
|
Data
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
1. Pola
Napas tidak Efektif b/d ketidakadekuatan ventilasi
Data Subjektif :
Klien mengatakan
sesak nafas
Data Objektif :
1.
RR
: 28x/i
2.
Klien
tampak gelisah
3.
Terapi
: terpasang O2 5 Liter
2.
|
Tujuan :
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan diharapkan klien tidak mengeluh sesak napas
kriteria
hasil :
1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. Bebas gejala distres pernapasan
3. Berpartisipasi dalam program pengobatan dlam batas
kemampuan/situasi
|
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels
2. Dorong perubahan posisi
3. Pertahankan duduk dikursi/tirah baring dengan kepala
tempat tidur tinggi 20-30 derajat, posisi semi fowler
4. Berikan oksigen sesuai indikasi
5. Motoring tanda-tanda vital
|
1. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
sekret,menunjukan kebutuhan untuk intervensi lanjut
2. Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia
3. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
ekspansi paru maksimal
4. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki/ menurunkan
hipoksemia jarigan
5. Indikator
keadekutan perfusi sistemi
|
2.
|
Kelebihan Volume cairan b/d adanya oedem
Data
Subjektif :
-
Klien
mengatakan perutnya membesar
-
Klien
mengatakan bengkak pada kedua kaki
Data Objektif :
-
Tampak asites
-
Nampak udem pada kedua ekstremitas bawah
-
Hasil USG abdomen : hepatomegaly
dengan tanda-tanda Congestive Liver
-
TTV :
TD : 160/110 mmHg
P : 22x/i
N : 100X/i
S : 36,5 OC
|
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
diharapkan, dengan
kriteria hasil :
1. Volume
cairan stabil dengan kesimbangan masukan/haluaran
2. Tidak
ada edema
|
1. Kaji
kebutuhan cairan
2. Pantau
tanda- tanda vital
3. Evaluasi
turgor kulit pada edema
4. Berikan
cairan IV melalui alat kontrol
|
1.
Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian
informai melibatkan pasien dan meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama
dalam program
2.
Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
karena jantung mencoba untuk mempertahankan curah jantung
3.
Indikator langsung status cairan/perbaikan ketidakseimbangan
4.
Cairan dapat dibutuhkan untuk
mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila
pasien GJK
|
2.
|
Intolenrasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2
dengan kebutuhan dan kelemahan fisik
Data Subjektif :
1.
Klien mengatakan selama sakit aktifitas klien dibantu keluarga
2.
Klien mengatakan lemah
Data Objektif :
1.
Keadaan Umum Lemah
2.
TTV :
TD : 160 / 110 mmHg
N : 100
x/menit
P :
22x/menit
S : 36,5 ◦c
3.
ADL dibantu
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan intervensi keperawatan diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhn diri sendiri
Kriteria hasil :
1.
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
2.
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, menurunnya
kelemahan dan kelelahan
|
1. Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi
2. Kaji penyebab kelemahan
3.Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
4.Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai
indikasi
|
1. Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama
aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
2. Kelemahan adalah efek samping beberapa obat. Nyeri dan program penuh stres menyebabkan kelemahan
3. Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas
4. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stres miokard/kebutuhan oksigen berlebihan
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian
dan memberikan asuhan keperawatan pada Tn.Y dengan gangguan system
kardiovaskluer : Congestif Heart Failure di ruang perawatan cardio Lontara 1
Bawah Depan tanggal 14 Maret 2016 kemudian akan diperbandingkan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek dalam ruang lingkup asuhan keperawatan dan
pengkajian samapai evaluasi.
A.
Pengkajian
Merupakan tahap awal dalam
mengumpulkan data pada klien. Pada tahap pengkajian pada Tn.Y yang menjadi sumber informasi dalam
pengumpulan data adalah klien, dan keluarganya di ruang perawatan cardio
Lontara 1 Bawah Depan.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus dengan gangguan yaitu : pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan udem, dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan dan kelemahan
fisik.
C.
Rencana
Asuhan Keperawatan
Rencana keperawatan disusun
berdasarkan landasan teori yang disesuaikan dengan kondisi klien berdasarkan
masalah yang ditemukan pada saat pengkajian.
D.
Implementasi
Pelaksanaan implementasi
dilakukan selama 2 hari dan sesuai dengan intervensi yang ada. Adapun dalam
pelaksanaan implementasi ada diagnosa keperawatan yang belum berhasil maka akan
ditindak lanjuti sesuai dengan perkembangan klien.
E.
Evaluasi
Langkah akhir dan proses
keperawatan adalah evaluasi untuk menilai sejauh mana keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada klien. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 Maret 2016 dapat disimpulkan bahwa 3
diagnosa keperawatan yang diangkat semua masalah belum teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek
profesi peminatan CVCU ( CardioVaskuler Care Unit ) terhadap klien dengan
gangguan kardiovaskuler khususnya pada Tn.Y di ruang perawatan cardio Lontara 1
Bawah Depan, saya menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam
penerapan asuhan keperawatan secara sistematis dari pengkajian sampai evaluasi
pada Tn.Y dengan gangguan system kardiovaskuler ditemukan 3 diagnosa, yaitu
: pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan ketidakadekuatan ventilasi, kelebihan volume cairan berhubungan dengan
udem, dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan dan kelemahan fisik.
2. Setelah
dilakukan implementasi terhadap masalah-masalah keperawatan diatas dan
dilakukan evaluasi kurang lebih 1 jam, 3 masalah yang diangkat semua belum
teratasi.
B.
Saran
1. Pelaksanaan
asuhan keperawatan akan berhasil apabila ada kerjasama yang baik antara sesame
perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lainnya karena itu hendaknya kerjasama
yang baik senantiasa dipelihara dan terus dipertahankan.
2. Dalam
peningkatan kualitas Ners dalam praktek profesi keperawatan bagian peminatan
CVCU, disarankan kepada tim profesi keperawatan CVCU baik yang ada pada
institusi maupun yang ada di lahan agar bimbingan skill secara nyata dan langsung
serta berkesinambungan dilahan praktek agar lebih ditingkatkan lagi untuk
pencapaian target seperti yang diharapkan. Dengan demikian akan meningkatkan
profesionalitas mahasiswa dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar