|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan merupakan
proses alamiah dimana
perubahan-perubahan yang terjadi
pada wanita selama
kehamilan normal adalah
bersifat fisiologis bukan
patologis. Oleh karenanya,
asuhan yang diberikan
pun adalah asuhan
yamg meminimalkaan intervensi. Ibu hamil
perlu memperoleh pengetahuan, mendapat informasi
dan pengalaman yang
berhubungan dengan kehamilannya
agar dapat merawat
diri sendiri secara
benar (Nugroho,2014).
Kehamilan normal
akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu
atau 10 bulan
atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi
dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam
12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu
ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13
minggu (minggu ke-28 hingga
ke-40). Untuk melakukan asuhan
antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan
dan kemampuan untuk
mengenali perubahan fisiologis
yang terkait dengan
proses kehamilan karena
ini menjadi modal
dasar dalam mengenali kondisi
patologis yang dapat
mengganggu status kesehatan
ibu atau pun
bayi yang dikandungnya (Wiknjosastro,2008).
1
|
Angka Kematian
Bayi (Infant Mortality Rate) dan Angka
Kematian Ibu merupakan
salah satu aspek
yang sangat penting
dalam mendekskripsikan tingkat
pembangunan manusia di
sebuah negara dari
sisi kesehatan masyarakatnya. Kondisi derajat
kesehatan di indonesia
kini masih memprihatinkan antara
lain ditandai dengan
masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI)
yaitu 359/100.000 kelahiran
hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB)
32/1000 kelahiran hidup
(SDKI,2012).
AKI di
Sulawesi Selatan pada
tahun 2013 sebanyak
115/100.000, Sedangkan
jumlah kematian maternal
yang dilaporkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
Sulawesi Selatan mengalami
penurunan. Jumlah kematian maternal
pada tahun 2010
sebanyak 114 per
100.000 kelahiran hidup, naik
pada tahun 2011
naik sebanyak 116
orang per 100.000
kelahiran hidup. Dan pada
tahun 2012 naik
sebanyak 160 orang
per 100.000 kelahiran
hidup. Untuk Kota Makassar
sendiri angka kematian
ibu tahun 2013
mencapai 8 orang
per 100.000 kelahiran
hidup (Profil Kesehatan Prov.SulSel,2014).
Adapun upaya
yang dilakukan pemerintah
sejak tahun 1990
telah melakukan upaya
strategis dalam upaya
menekan AKI dengan
pendekatan Safe Motherhood yaitu
memastikan semua wanita
mendapatkan perawatan yang
dibutuhkan sehingga selamat
dan sehat selama
kehamilan dan persalinannya
yang salah satu
pilarnya asuhan antenatal. Dan pada
tahun 2000 Kementrian
Kesehatan RI memperkuat
strategi intervensi sektor
kesehatan untuk mengatasi
kematian ibu dengan
merencanakan strategi making pregnancy
safer (Profil Kesehatan
RI,2014).
Asuhan antenatal
adalah upaya preventif
program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalkan
luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin
selama kehamilan. Selama melakukan
kunjungan asuhan antenatal, para ibu
hamil akan mendapatkan serangkain
pelayanan yang terkait
dengan upaya memastikan
ada tidaknya kehamilan
dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit
atau gangguan kesehatan
selama kehamilan yang mungkin
dapat mengganggu kehamilan (Wiknjosastro,2008).
Cakupan pelayanan
Antenatal Care dapat
dipantau melalui pelayanan
kunjungan baru ibu
hamil (KI) untuk
melihat akses dan
pelayanan kesehatan ibu
hamil sesuai dengan
standar minimal empat
kali (K4) dengan
distribusi satu kali
pada trimester pertama, satu
kali trimester kedua, dan
dua kali pada
trimester ketiga. Data yang
diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar
cakupan KI tahun
2013 sebesar 103,01%
dan cakupan K4
sebesar 97,91%. Dan
pada tahun 2014
cakupan KI sebesar
101,89% dan cakupan
K4 sebesar 97,02% (Profil Kesehatan
Prov.SulSel,2014).
Di Puskesmas
Minasa Upa cakupan
KI dan K4
belum mencapai target
nasional yaitu 95%. Pada tahun
2013 cakupan KI
sebesar 96,8% dan
K4 sebesar 86,3%. Pada
tahun 2014 cakupan
KI sebesar (86,9%)
dan K4 sebesar (83%)
dan pada tahun
2015 cakupan KI sebanyak 568
orang sebesar (92,78%)
sedangkan K4 sebesar (86,9%). ( Puskesmas Minasa
Upa Makassar,2012). Penurunan
cakupan antenatal tahun
2013 sebesar 10,5%, tahun
2014 sebesar 3,9%, dan
tahun 2015 sebesar
5,88%. Penurunan terbesar terjadi
pada tahun 2013
kemudian 2015 dan
2014. Data tersebut menunjukkan
bahwa cakupan K4
selalu lebih rendah
dari pada KI, hal
ini berarti ada
ibu hamil yang drop
out atau tidak
melanjutkan pemerikasaan kehamilan. Selisih cakupan
KI dan K4
memperlihatkan bahwa dari
ibu yang menerima
KI tidak melanjutkan perawatan
antenatal sesuai standar
minimal. Target yang harus
dicapai pada tahun
2015 adalah 95%
ibu hamil memeriksakan
kehamilannya minimal empat
kali selama kehamilan, sementara itu
pencapaian pada tahun
2015 adalah 92,99%.
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Latifatus zahroh
dkk, tahun 2013
dengan judul “ Faktor -
faktor yang mempengaruhi
kepatuhan antenatal care
(ANC) pada ibu
hamil trimester III “
dengan hasil penelitian
dilakukan awal masa
dewasa hampir berusia
semua responden ( 20 – 35
tahun ) (25%), responden (80,6%),
sebagian besar berpendidikan
SMA sebanyak 16
responden (51,6%), ekonomi sebagian
besar sosial makmur
keluarga III sebanyak
16 responden (51,6%), paling luas
sekitar 22 baik
responden (71%) dan responden
yang sebagian besar
tunduk (71%). Hasil analisis
pengetahuan yang diperoleh
faktor yang mempengaruhi
ANC sesuai dengan
nilai p-value 0.047
<0,05, kepatuhan prenatal ANC
dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kepatuhan ANC
ibu hamil kita
perlu konseling diberikan
tentang pentingnya ANC (Zahroh,2013).
Antenatal care
(ANC) merupakan salah
satu program prioritas
pemerintah dalam upaya
menurunkan AKI dan
AKB karena Angka
Kematian Ibu (AKI)
di indonesia masih
tergolong tinggi di
Asia. Penyebab langsung kematian
ibu di indonesia
dan di negara
lain adalah perdarahan, infeksi dan
eklamsi. Dengan demikian Motherhood,
dimana salah satunya
yaitu akses terhadap
pelayanan pemeriksaan kehamilan
yang mutunya masih
perlu di tingkatkan
terus. Pemeriksaan kehamilan yang
baik dan tersedianya
fasilitas rujukan bagi
kasus resiko tinggi
dapat menurunkan angka kematian ibu. Kematian
ibu disebabkan oleh
hal – hal yang ternasuk
dalam kategori penyebab
mendasar seperti tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku
yang masih rendah,
serta pentingnya pemeriksaan
kehamilan dengan melihat
angka kunjungan pemeriksaan
kehamilan (K4) yang
masih kurang dari
standar acuan nasional
yaitu kunjungan ANC
dilakukan paling sedikit
4 kali yang
terbagi dalam Trimester
I sebanyak 1
kali, Trimester II sebanyak
1 kali dan trimester III
sebanyak 2 kali
(Prawirohardjo,2012).
Pengawasan pada
kehamilan ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim
sangatlah penting guna
menyiapkan seoptimal mungkin
fisik dan mental
ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan
nifas, sehingga di dapatkan
ibu dan janin
yang sehat (Saifuddin,2010).
Tetapi kenyataannya
saat ini, masih
banyak ibu hamil
yang tidak patuh
dalam memeriksakan kehamilannya
atau Antenatal Care
(ANC) secara teratur. Banyak faktor
yang mempengaruhi kepatuhan
ibu hamil dalam
antenatal care, diantaranya dari
karakteristik individu yang
meliputi usia, pendidikan,
ekonomi dan pengetahuan
(Notoatmodjo,2012)
Dengan tidak
patuhnya ibu hamil
dalam ANC dapat
menimbulkan kerugian secara
langsung terhadap ibu
hamil itu sendiri
dan dapat berpengaruh
buruk bagi janin
yang akan dilahirkan
kemudian. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi yaitu melalui pemeriksaan
antenatal yang teratur
dan pertolongan persalinan
yang aman dan
bersih diharapkan cakupan
pelayanan antenatal care
dapat menjangkau seluruh sasaran di
suatu wilayah, supaya apabila
ada kasus resiko
tinggi dapat ditemukan
untuk mendapatkan penanganan (Saifuddin,2010)
Di indonesia
banyak orang beranggapan
kehamilan merupakan suatu
hal biasa, alamiah, dan kodrati
yang tidak memerlukan
perhatian ekstra sehingga
masih banyak ibu – ibu
yang merasa tidak
perlu memeriksakan kehamilan
ke tenaga kesehatan. Masih banyaknya
ibu – ibu yang kurang
menyadari pentingnya pemeriksaan
kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor –
faktor risiko tinggi
yang mungkin dialami
oleh mereka. Maka dari
itu, antenatal care sangatlah
penting untuk mendeteksi
dini resiko – resiko yang terjadi
pada ibu dan
anak sehingga angka
morbiditas dan mortalitas
dapat ditekan. Untuk keberhasilan
program pelayanan ini
di perlukan dukungan
dan peran aktif
dari semua pihak, mulai
dari pemerintah, petugas kesehatan, sarana kesehatan, dan juga
dari masyarakat sendiri. Jika
antenatal care ini
dapat berjalan dukungan
dan peran aktif
dari semua pihak, diharapkan angka
kematian ibu dan
anak, termasuk angka kematian
perinatal, dapat menurun dan
mutu generasi yang
akan datang pun
akan semakin baik.
Berdasarkan latar
belakang diatas maka
penulis tertarik melakukan
penelitian tentang “ Faktor –
faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melaksanakan
antenatal care di
Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2016 “.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian
ini yaitu adalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada
hubungan pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhan
antenatal care (ANC)
di Puskesmas Minasa
Upa Makassar Tahun
2016?
2. Apakah ada
hubungan dukungan suami
dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melaksanakan
antenatal care (ANC)
DI Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun
2016?
3. Apakah ada
hubungan sosial ekonomi
dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melaksanakan
antenatal care (ANC)
DI Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun 2016?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
faktor - faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan
ibu hamil dalam
melaksanakan Antenatal Care
(ANC) di Puskesmas
Minasa Upa Makassar.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhan
melaksanakan antenatal care
(ANC).
b. Untuk mengetahui
hubungan dukungan suami
ibu hamil dengan
kepatuhan melaksanakan antenatal
care (ANC).
c. Untuk mengetahui
hubungan sosial ekonomi
ibu hamil dengan
kepatuhan melaksanakan antenatal
care (ANC).
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoristis
Sebagai suatu
wadah untuk mengaplikasikan ilmu
dan teori untuk
menambah wawasan atau
pengalaman dan memperluas
cakrawala pengetahuan serta pengembangan diri
khususnya di bidang
pendidikan kesehatan.
2.
Manfaat Praktis
Merupakan rangkaian
kegiatan yang menambah
wawasan dan pengalaman
berharga mengenai beberapa
hal terkait kehamilan. Dan sebagai
salah satu syarat
dalam menyelesaikan program
DIV Bidan Pendidik
di STIKes Mega
Rezky Makassar.
3.
Bagi institusi
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat
sebagai dokumentasi pada
perpustakaan Program Studi
STIKes Mega Rezky
Makassar serta dapat
dikembangkan lebih luas dalam
penelitian selanjutnya.
4.
Manfaat Bagi
Peneliti
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat
bagi peneliti terutama
untuk menambah wawasan
yang berkenan dengan
program asuhan kehamilan, serta menjadi
suatu kesempatan yang
berharga bagi peneliti
untuk dapat mengaplikasikan ilmu – ilmu
yang telah diperoleh
selama masa kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang
Kehamilan
1.
Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan
proses yang alamiah
dengan masa kehamilan
di mulai dari
konsepsi sampai lahirnya
janin (280 hari/40
minggu) atau 9
bulan 7 hari (
Nugroho,2014).
Masa kehamilan
dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280
hari (40 minggu
atau 9 bulan
7 hari) di
hitung dari hari
pertama haid terkahir. Kehamilan di
bagi menjadi 3
triwulan pertama di
mulai sampai 3
bulan, triwulan kedua dari
bulan ke-4 sampai
ke-6, triwulan ketiga dari
bulan ke-7 sampai
9 bulan (Pudiastuti,2012).
2.
Tanda
– Tanda Kehamilan
Tanda
– tanda kehamilan adalah
sekumpulan tanda atau
gejala yang timbul
pada wanita hamil
dan terjadi akibat
adanya perubahan fisiologi
dan psikologi pada
masa kehamilan (Nugroho,2014).
Menurut Nugroho ( 2014), tanda – tanda kehamilan
terbagi 3 yaitu :
1) Tanda persumtif / tanda tidak
pasti
Adalah perubahan – perubahan yang
dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul
selama kehamilan, diantaranya :
a) Amenorea/tidak dapat
haid
b) Nausea (enek) dan
emesis (muntah)
c) Mengidam (menginginkan
makanan atau minuman
tertentu)
d) Mamae menjadi tegang
dan membesar
e) Anokresia (tidak
ada nafsu makan
f) Sering kencing
g) Obstipasi
h) Pigmentasi kulit
i) Epulis
j) Varises
2) Tanda kemungkinan
hamil
Adalah
perubahan – perubahan yang diobservasi
oleh pemeriksa (bersifat
obyektif), namun berupa dugaan
kehamilan saja. Yang termaksud
tanda kemungkinan hamil
yaitu :
1) Uterus membesar
2) Tanda hegar : konsistensi rahim
berubah menjadi lunak
3) Tanda chadwick
: adanya hipervaskularisasi mengakibatkan
vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiru – biruan (livide).
4) Tanda
piscaceseck : uterus membesar
kesalah satu jurusan
5) Tanda braxton his : bila uterus
dirangsang berkontraksi
6) Goodell sign
: dalam kehamilan serviks
menjadi lunak
7) Reaksi kehamilan
positif
3) Tanda pasti
hamil
Adalah tanda – tanda
obyektif yang didapatkan
oleh pemeriksa yang
dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa pada
kehamilan, yang termaksud tanda
pasti hamil yaitu :
1) Terdapat gerakan
janin yang dapat
dilihat/dirasakan/diraba
juga bagian – bagian janin
a) Denyut jantung
janin didengar dengan
stetoskop moral leanec
b) Dicatat dan
didengar dengan alat
dopler
c) Dicatat dengan
foto elektro kardiogram
d) Dilihat pada
ultrasonografi
2) Teraba bagian – bagian janin
dengan cara palpasi
3) Terdengar denyut
jantung janin
4)
Terlihat kerangka
janin pada pemeriksaan sinar rongent
3.
Pemeriksaan Diagnosa
Kehamilan
Menurut
jannah (2012), pemeriksaan diagnosa kehamilan
melalui 3 cara
yaitu :
1) Tes HCG (Tes
urin kehamilan)
a) Dilakukan segera
mungkin begitu diketahui
ada amenorea (satu minggu
setelah koitus).
b) Urin yang
digunakan saat tes
diupayakan urin pagi
hari.
2) Pemeriksaan Ultrasonografi
a) Dilaksanakan sebagai
salah satu diagnosis
pasti kehamilan
b) Gambaran yang
terlihat, yaitu adanya rangka
janin dan kantong
kehamilan
c) Palpasi abdomen
B.
Tinjuan Tentang
Antenatal Care
1.
Pengertian Antenatal
care
Antenatal care
adalah pengawasan kehamilan
untuk mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakan
secara dini komplikasi
kehamilan dan menetapkan
resiko kehamilan (Manuaba,2009).
a.
Tujuan Antenatal
Care
Menurut
Nurul jannah (2012) ada
beberapa tujuan pemeriksaan
kehamilan secara keseluruhan yaitu :
a) Mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik
dan mental ibu
dan bayi dengan
pendidikan, nutrisi, kebersihan
diri, serta proses kelahiran
bayi.
b) Mendeteksi dan
menatalaksanaan komplikasi medis, beda
atau obstetri selama
kehamilan
c) Memantau kemajuan
kehamilan, memastikan
kesejahteraan ibu dan
tumbuh kembang janin
d) Mengembangkan persiapan
persalinan serta kesiapan
menghadapi komplikasi
e) Membantu menyiapkan
ibu untuk menyusui dengan
sukses, menjalankan nifas normal, serta
merawat anak secara
fisik, psikologis dan sosial
f) Mempersiapkan ibu
dan keluarga dapat
berperan dengan baik
dalam memelihara bayi
agar dapat tumbuh
dan berkembang secara
normal.
b.
Manfaat Antenatal
Care
Manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini
adalah untuk memperoleh
gambaran dasar mengenai
perubahan fisiologis yang
terjadi selama kehamilan
dan berbagai kelainan
yang menyertai kehamilan
secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah – langkah dalam pertolongan
persalinannya (Manuaba,2009)
c.
Cakupan antenatal
care
Cakupan pelayanan
antenatal care
dapat dipantau melalui
kunjungan baru ibu
hamil kunjungan pertama (KI) atau disebut
juga akses dan
pelayanan ibu hamil
sesuai standar paling
sedikit empat kali
dengan distribusi sekali
pada triwulan pertama, sekali triwulan
kedua dan dua
kali pada triwulan
ketiga dan keempat
(K4) adalah cakupan ibu
hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal
care 4 kali
sesuai standar disatu
wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Pemerintah menetapkan
cakupan ANC > 95%
(Peranginangin,2010)
d. Pelayanan
antenatal care
Pelayanan
ANC adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga
profesional ibu selama
kehamilannya dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan
anrenatal yang ditetapkan
dalam standar pelayanan
kebidanan pemeriksaan 14 T
tersebut terdiri dari :
1) Timbang berat
badan
2) Ukur tekanan
darah
3) Ukur tinggi
fundus uteri
4) Pemberian Tablet
zat besi minimal
90 tablet selama
kehamilan
5) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
6) Pemeriksaan Hb
7) Pemeriksaan VDRL
8) Perwatan payudara, senam payudara
dan pijat tekan
payudara
9) Pemeliharaan tingkat
kebugaran / senam ibu hamil
10) Temu wicara
dalam rangka persiapan
rujukan
11) Pemeriksaan protein
urine dan indikasi
12) Pemerisaan reduksi
urine atas indikasi
13) Pemberian terapi
kapsul yodium untuk
daerah endemis gondok
14) Pemberian terapi
anti malaria untuk
daerah endemis malaria
e.
Standar Pelayanan
Antenatal Care
Nugroho
(2014), terdapat enam standar
dalam pelayanan antenatal care
yang terdiri dari :
1) Standar
3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan
kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk
memberikan penyuluhan motivasi
ibu, suami dan anggota
keluarga agar mendorong
ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini
dan secara teratur.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan
pemantauan antenatal
Bidan memberikan
sedikitnya 4x pelayanan
antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesa dan
pemantauan ibu dan
janin dengan seksama
untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan
juga harus mengenal
kehamilan resiko tinggi
atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,PMS/infeksi HIV,memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh
puskesmas. Mencatat data yang
tepat setiap kunjungan, bila ditemukan
kelainan, maka harus mampu
mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.
3) Standar
5 : Palpasi Abdominal
Bidan melakukan
pemeriksaan abdominal dengan
seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan dan
bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah dan
masuknya kepala janin
kedalam ronggal panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia
pada kehamilan
Bidan melakukan
tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan
semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang
berlaku.
5) Standar 7 : Pengelolaan dini
hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan
tekanan darah pada
kehamilan dan mengenai
tanda serta gejala
preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan
merujuknya.
6) Standar 8 : Persiapan
Persalinan
Bidan memberikan
saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami/keluarga pada
trimester III. Untuk memastikan
bahwa persiapan persalinan
bersih dan aman
dan suasana yang
menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, bila terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah
untuk hal ini.
f.
Jadwal Kunjungan
ANC
1) Kunjungan Ibu
Hamil
Kunjungan ibu
hamil adalah kontak
ibu hamil dengan
tenaga profesional untuk
mendapatkan pelayanan ANC
sesuai standar yang
ditetapkan. Istilah
kunjungan disini tidak
hanya mengandung arti
bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah
setiap kontak tenaga
kesehatan baik di
posyandu, pondok bersalin di
desa, kunjungan rumah dengan
ibu hamil tidak memberikan
pelayanan ANC sesuai
dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan
ibu hamil.
2) Kunjungan Baru
Hamil / KI
Kunjungan baru
hamil / KI adalah kontak
pertama ibu hamil
dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama
harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester
pertama, sebaiknya sebelum minggu
ke – 8 (Tim,2010).
Tujuan asuhan
kunjungan awal mengumpulkan
informasi mengenai ibu untuk membantu
dalam membangun hubungan
kepercayaan dengan ibu ,
mendeteksi komplikasi dan
merencanakan asuhan khusus
yang dibutuhkan (Nugroho,2014).
3) Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang
adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga
kesehatan yang kedua
dan seterusnya, untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai
dengan standar antenatal
selama satu periode
kehamilan berlangsung
(Rukiah,2009).
4) K4
K4 adalah
ibu hamil dengan
kontak 4 kali
atau lebih dengan
tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi untuk
mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu dan komprehensif
sesuai standar.
Menurut Nugroho (2014), kebijakan program
anjuran WHO jadwal
kunjungan Antenatal Care
adalah :
1) Satu kali
kunjungan selama trimester pertama
2) Satu kali
kunjungan selama trimester
kedua
3) Dua kali
kunjungan selama trimester
ketiga
Menurut Nugroho (2014), untuk mendapatkan
semua informasi yang
diperlukan, sehubungan
dengan hal – hal diatas, petugas kesehatan
akan memberikan asuhan
antenatal yang baik
dengan langkah – langkah seperti
berikut :
1) Menyapa ibu (beserta
anggota keluarganya) dan
membuat ibu merasa
nyaman
2) Mendapatkan riwayat
kehamilan dan dengar
cerita ibu
3) Melakukan pemeriksaan
fisik seperlunya saja
4) Melakukan/menginstruksikan pemeriksaan
laboratorium yang penting
5) Mengkaji riwayat, pemeriksaan fisik
dan hasil laboratorium
untuk mengetahui kenormalannya
6) Sesuai dengan
umur kehamilan, mengajari ibu
tentang nutrisi, istirahat, KB,
pemberian ASI, ketidaknyamanan yang
normal selama kehamilan
7) Memulai atau
melanjutkan perencanaan kelahiran
dan kegawatdaruratan
8) Mengajarkan tentang
tanda – tanda bahaya
a) Perdarahan
pervaginam disertai atau tanpa nyeri
b) Sakit kepala
yang hebat
c) Gangguan penglihatan
d) Pembengkakan pada
wajah atau lengan
e) Nyeri abdomen (epigastrik)
f) Janin tidak
bergerak seperti biasanya
g) Muntah berlebihan
h) Pecah ketuban
sebelum waktunya
i)
Demam tinggi
j)
Kejang
9) Menjadwalkan kunjungan
ulang
10) Mendokumentasikan hasil
kunjungan
Hal
– hal yang berhubungan
dengan kepatuhan ANC
pada ibu hamil
antara lain :
Menurut
Kusmiyati dkk (2008) bahwa
pemeriksaan yang sering
dilakukan di rumah
sakit atau puskesmas
yaitu :
1) Inpeksi
a) Muka
Kloasma gravidarum, keadaan selaput
mata pucat atau
merah, udem, lidah dan gigi.
b) Leher
Apakah ada
bendungan vena di
leher, kelenjar gondok membesar
atau kelenjar limfe
membengkak
c) Dada
Bentuk buah
dada, pigmentasi puting susu
dan gelanggang susu, keadaan
puting susu, adakah kolostrum.
d) Perut
Perut membesar
ke depan atau
ke samping, keadaan pusat, pigmentasi linea
alba, nampakkah gerakan akan
atau kontraksi rahim, adakah
striae gravidarum atau
bekas luka.
e) Vulva
Keadaan perineum, varices chadwick, condylomata flour.
f) Anggota bawah
Varices, edema,
luka dan
sikatris pada lipatan
paha.
2) Palpasi
a) Untuk menentukan
besarnya rahim, konsistensinya
b) Bagian
– bagian janin, letak presentasi
c) Gerakan janin
Cara palpasi
leopold menurut prawirohardji
dkk, 2009 yaitu:
a) Leopold I
Menentukan tinggi
fundus uteri dan menentukan prresentasi
dengan cara mengidentifikasi bagian
tubuh janin apa
yang berbeda di
fundus.
b) Leopold II
Untuk menentukan
batas samping rahim
kiri – kanan dan untuk
menentukan letak punggung
janin letak dan
bagian – bagian kecil.
c) Leopold III
Untuk menentukan
bagian terbawah sudah
atau belum terpegang
pada pintu atas
panggul
d) Leopold IV
Untuk menentukan
bagian terbawah janin
apa dan berapa
jauh janin sudah
masuk pintu atas
panggul.
3) Auskultasi
Uliyah dkk (2008) mengidinkasikan bahwa
auskultasi dilakukan menggunakan
stetoskop monoaural untuk
mendengarkan :
a) Denyut jantung
janin
b) Bising tali
pusat, bising rahim, bising usus
c) Gerakan dan
tendangan janin
Menurut Ramaiah (2009) tes – tes khusus
untuk ibu hamil
namun tidak wajib
bagi setiap ibu
hamil antara lain :
1) Alfa
– foetoprotein
Kadar alfa – foetoprotein (AFP) pada darah
yakni suatu substansi
kimia yang secara
normal di produksi
oleh bayi yang
sedang berkembang diukur
antara minggu ke – 16
dan ke – 18.Kadar AFP yang tinggi
dalam darah mengindikasikan cacat
lahir khusus yang
disebut neural tube defect, dimana saraf
tulang belakang atau
saraf otak tidak
berkembang sebagaimana seharusnya. Kadar AFP
yang rendah menunjukkan
peningkatan resiko down’s syndrome.
2) Tes ultrasonografi
Tes ultrasonografi selama
trimester kedua dilakukan
untuk :
a) Untuk memeriksa
apakah ibu hamil
mengandung lebih dari
satu bayi
b) Memeriksa detak
jantung janin
c) Mendeteksi lokasi
plasenta
d) Mempelajari jumlah
cairan amniotik atau
air ketuban yang
mengelilingi bayi. Kelebihan atau
kekurangan cairan amniotik
dapat mempengaruhi perkembangan
bayi secara negative.
e) Menentukan ukuran
kepala, perut dan paha
bayi
3) Amniosentesis
Amniosentesis direkomendasikan selama
trimester kedua karena
beberapa alasan, yang paling
penting adalah untuk
mengidentifikasikan cacat genetik
atau cacat gen.
Amniosentesis biasanya
dilakukan antara minggu
ke – 16 sampai ke – 18.
Tes ini
dianjurkan bagi :
a) Usia diatas
35 tahun, karena resiko
melahirkan bayi dengan
cacat lahir lebih
tinggi pada usia ini
b) Sebagai tindak
lanjut jika kadar
AFP tinggi
c) Jika terdapat cacat
lahir pada sanak
saudara yang sedarah
d) Untuk menentukan
apakah paru – paru berkembang
dengan pada tahap
kehamilan yang lebih
lanjut
4) Tes Toleransi
Glukosa
Diabetes gestasional
dapat mempengaruhi perkembangan
bayi secara negatif
dan meningkatkan resiko
melahirkan bayi yang
besarnya abnormal. Tes toleransi
glukosa direkomendasikan antara
minggu ke – 24 sampai
ke – 28 dari kehamilan.
Menurut Manuaba
(2009) bahwa jadwal pelaksanaan
antenatal care disesuaikan
dengan trimester kehamilan :
1) Trimester I
dan II dilakukan
setiap bulan sekali. Diambil dari
data tentang laboratorium, dilakukan pemeriksaan
USG, diberikan nasehat diet (
4 sehat
dan 5 sempurna ). Observasi penyakit
yang dapat mempengaruhi
kehamilan komplikasi kehamilan. Rencana : pengobatan terhadap
penyakit, menghindari
terjadinya komplikasi kehamilan
dan imunisasi tetanus
I.
2) Trimester III
dilakukan dua kali
setiap dua minggu
sekali sampai ada tanda kehamilan
tiba. Dilakukan evakuasi dua
laboratorium untuk melihat
hasil pengobatan, dilakukan diet
4 sehat 5
sempurna, pemeriksaan
ultrasonografi.
3) Imunisasi tetanus
II, observasi penyakit yang
menyertai kehamilan trimester
III, rencana pengobatan,
nasehat dan petunjuk
tentang tanda inpartu
dan kemana harus
datang untuk melahirkan.
Menurut salmah
dkk (2009) tujuan pengkajian awal
pemeriksaan kehamilan yaitu
:
1) Mengkaji tingkat
kesehatan dengan melakukan
pengkajian riwayat lengkap
dan melakukan uji
skrinig yang tepat.
2) Menetapkan catatan
dasar tentang tekanan
darah, uranilisis, nilai darah,
pertumbuhan dan perkembangan
janin yang digunakan
sebagai standar untuk
perbandingan sesuai kemajuan
kehamilan.
3) Mengindetifikasi resiko
dengan mendapatkan riwayat
detail kebidanan masa
lalu dan sekarang, riwayat obstetric, medis dan
pribadi serta keluarga.
4) Memberi kesempatan
kepada ibu dan
keluarganya, mengekspresikan
dan mendiskusikan adanya
kekhawatiran tentang kehamilan
saat ini dan
kehilangan kehamilan masa
lalu, persalinan, kelahiran
atau puerperium.
5) Memberi anjuran
kepada masyarakat dan
diam upaya mempertahankan kesehatan
ibu dan perkembangan
kesehatan janinnya..
6) Membangun hubungan
saling pecaya karena
ibu dan bidan
adalah mitra dalam
asuhan.
Bobak dkk (2009) menginformasikan bahwa
pemeriksaan kehamilan dilakukan
:
1) Trimester I
sebelum minggu ke – 14
a) Membina hubungan
saling percaya
b) Mendeteksi masalah
dan menangani
c) Melakukan tindakan
pencegahan tetanus neonatorium,
anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
d) Mendorong perilaku
yang sehat ( gizi, kebersihan, istirahat dan
sebagainya )
2) Trimester II
sebelum minggu ke – 28
a) Jadwal dan
peristiwa terjadi selama
kehamilan
b) Pengkajian maternal
c) Perkembangan dan
pertumbuhan janin
d) Tes diagnostic
e) Konseling untuk
perawatan dari antara
lain :
(1) Keluarga berencana
(2) Adaptasi
rasa
tidak nyaman ( Perubahan kulit, palpitasi, pingsan, distress saluran
pencernaan, varices, distress
neuromuskuler dan skelet ).
(3) Keamanan
( sabuk pengaman dan
sabuk pada bahu
dan sandaran kepala )
(4) Latihan dan
istirahat
(5) Relaksasi
(6) Nutrisi
(7) Alkohol dan
subtansi lain
(8) Seksualitas
(9) Hygiene personal
(10) Tanda peringatan
tentang komplikasi yang
potensial.
3) Trimester III
antara 28 – 36 minggu
a) Jadwal dan
peristiwa terjadi selama
kunjungan
b) Konseling tentang
perawatan diri antara
lain :
(1) Adaptasi rasa
tidak nyaman ( perubahan kulit, palpitasi, pingsan, distress saluran
pencernaan, varices, distress
neuromuskuler dan skelet ).
(2) Keamanan
( sabuk pengaman dan
sabuk pada bahu
dan sandaran kepala ).
(3) Latihan dan istirahat
(4) Relaksasi
(5) Nutrisi
(6) Tanda bahaya
komplikasi yang potensial
(7) Tanda peringatan
persalinan premature
c) Pertumbuhan dan
perkembangan janin
d) Persiapan untuk
bayi ( metode pemberian makan, persiapan payudara )
e) Persiapan untuk
melahirkan
(1) Mengenali kontraksi
palsu dan benar
(2) Kelas prenatal
(3) Mengontrol rasa
tidak nyaman
(4) Tur mengelilingi
rumah sakit
(5) Persiapan untuk
anggota keluarga yang
lain
(6) Persiapan untuk
pulang
f) Tes diagnostik
4) Trimester III
setelah 36 Minggu
a) Membina hubungan
saling percaya
b) Mendeteksi masalah
dan menangani
c) Melakukan
tindakan pencegahan tetanus neonatorium,
anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan
d) Mendorong perilaku
yang sehat ( gizi, kebersihan,
istirahat dan sebagainya )
e) Ditambah deteksi
letak bayi yang
tidak normal, atau kondisi
lain yang memerlukan
kelahiran di rumah
sakit.
C.
Tinjauan Umum
Tentang Kepatuhan Antenatal
Care
1.
Pengertian
Kepatuhan
Patuh adalah
perilaku taat, perilaku patuh, pengontrolan gejala, perilaku penanganan
penyakit, sedangkan
ketidakpatuhan adalah kondisi
ketika individu atau
kelompok berkeinginan untuk
patuh, namun ada sejumlah
faktor yang menghalangi
mereka untuk mematuhi
nasehat terkait kesehatan
yang telah disepekati
yang diberikan oleh
petugas kesehatan
(Carpenito,2014).
Menurut Sackett (1976) dalam Niven (2013),
mendefenisikan kepatuhan pasien adalah
sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan
oleh profesional kesehatan. Pasien mungkin
tidak mematuhi tujuan
atau mungkin melupakan
begitu saja atau
salah mengerti intruksi
yang diberikan.
Kepatuhan adalah
perilaku sadar perilaku
pasien mengikuti aturan
dan berdisiplin sesuai
dengan ketentuan yang
di berikan oleh
profesional kesehatan untuk
mematuhi nasehat terkait
kesehatan pasien yang
telah disepakati.
2.
Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan
a) Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan
atau kognitif menurut Bloom merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif yang
terdiri enam tingkatan meliputi :
Menurut
Budiman dan Agus Riyanto (2013), Faktor yang mempengaruh pengetahuan yaitu :
1)
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal dan
nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
2)
Informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada
pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu
informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu tehnik untuk mengumpulkan,
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
3)
Sosial,
budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan.
4)
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik.
5)
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang diahadapi masa lalu.
6)
Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
(1) Pengukuran
Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010).
Tes yang digunakan adalah pilihan ganda
(multiple choice) terdiri dari suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih salah
satu dari beberapa kemungkinan jawaban atau alternative yang telah disediakan.
Option ini terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban benar dan
beberapa pengecoh (Notoatmodjo, 2010).
(2) Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) dalam
Budiman dan Agus Riyanto (2013), membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai
berikut :
a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik”
jika nilainya ≥ 75%
b. Tingkat pengetahuan kategori“Cukup”jika
nilainya 56-74%
c. Tingkat pengetahuan kategori“Kurang”
jika nilainya < 55%
Dalam membuat kategori tingkat
pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti
masyarakat umum, yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik”
jika nilainya > 50%
b. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang
Baik” jika nilainya ≤ 50%
Namun jika yang diteliti
respondennya petugas kesehatan, maka presentasenya akan berbeda.
a. Tingkat pengetahuan kategori “Baik”
jika nilainya > 75%
b. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang
Baik” jika nilainya ≤ 75%
b)
Dukungan suami
Dukungan
keluarga adalah dukungan
yang diberikan oleh
suami dan keluarga
kepada ibu dalam
masa kehamilan. Dukungan suami
atau keluarga sangat
diperlukan bagi istri
yang sedang hamil. Dukungan ini bisa dalam
bentuk mengantar istri
periksa hamil, mendengar dan
memahami berbagai keluhan
yang timbul dan
membantu tugas – tugas istri
yang dijalaninya sebelum
hamil. Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa wanita
yang dikasihi oleh
pasangan dan keluarga
selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan
fisik lebih sedikit
komplikasi persalinan dan
lebih mudah melakukan
penyesuain.
c)
Sosial Ekonomi
Status
ekonomi terlebih jika
bersangkutan hidup di
bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera)
berguna untuk pemastian
apakah ibu berkemampuan
membeli dan memilih
makanan yang bernilai
gizi tinggi. Depkes
mengajukan konsep keluarga
sadar gizi (kadarsi), yang ada
prinsipnya melaksanakan strategi
pemberdayaan masyarakat dengan
mengembangkan cara-cara yang
sudah ada dalam
upaya peningkatan pendapatan
agar kebutuhan gizi
keluarga terpenuhi. Caranya,
dengan meningkatkan pendapatan, meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku anggota keluarga
untuk mengatasi masalah
gizi serta meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam
mengurangi kemiskinan.
Pendapatan
adalah hasil dari
suatu pekerjaan atau
penghargaan yang diberikan
berupa material uang. Dalam
hal ini, pendapatan keluarga
sangat menentukan besar
kecilnya pemenuhan kebutuhan
hidup sehari – hari dalam
keluarga. Baik kebutuhan kesehatan
dan kebutuhan penunjang
lainnya. Pendapatan yang rendah
akan memberikan pengaruh
dan dampak yang
besar dalam pencapaian
pemenuhan kebutuhan hidup
dalam keluarga, begitu pula
sebaliknya. Hali ini memberi
gambaran bahwa pendapatan
keluarga memberi pengaruh
yang sangat besar
dalam peningkatan berbagai
faktor penunjang untuk
kehidupan manusia dalam
keluarga, salah satunya yaitu
faktor kesehatan.
Tingkat
pendapatan menentukan pola
makanan apa yang
dibeli, semakin tinggi pendapatan
semakin tinggi pula
presentasi pembelanjaannya.
Dengan demikian pendapatan
merupakan faktor yang
paling menentukan kuantitas
dan kualitas hidangan
makanan. Di negara seperti Indonesia
yang jumlah pendapatan
penduduknya sebagian besar
adalah golongan rendah
dan menengah akan
berdampak pada pemenuhan
bahan makanan terutama
makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi
yang berarti tidak
mampu membeli bahan
makanan yang berkualitas
baik, maka pemenuhan gizinya
akan terganggu(Johanis,2011).
Faktor
yang berperan dalam
menentukan masalah status
kesehatan seseorang adalah
salah satunya tingkat
sosial ekonomi, dalam hal
ini adalh kemampuan
keluarga untuk membeli
bahan makanan itu
sendiri, serta tingkat pengolahan
sumber daya lahan
dan pekarangan, Menurut peneliti
Apriadji pada tahun
1986 dalam buku
departemen gizi dan
kesmas FKMUI tahun
2010 menyebutkan bahwa,
keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar
akan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makannya
terutama untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi
dalam tubuhnya, tingkat
pendapatan dapat menentukan
pola makan, orang dengan
tingkat ekonomi rendah
biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatannya
untuk makanan, sedangkan orang
dengan tingkat ekonomi
tinggi biasanya akan
seimbang antara kebutuhan
untuk makanan dengan
kebutuhan yang lainnya.
Pendapatan
merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi
penghasilan berarti semakin
baik makanan yang
di peroleh untuk
dikonsumsi. Status gizi ibu
sewaktu hamil dipengaruhi
oleh keadaan status
gizi, status ekonomi sangat
bersangkutan jika dibawah
garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk
apakah ibu mampu
membeli dan memilih
makanan yang bergizi
tinggi, tetapi tidak mencakup kemugkinan
juga ibu hamil
dari keluarga sejahtera
juga dapat mengalami gizi buruk, karena
beberapa faktor diantaranya
hyperemesis gravidarum yang
tak kunjung hilang, pola
makan ibu yang
tidak teratur serta
keadaan psikologis.
Sebuah
penelitian di india
yang menghubungkan antropomerti
kehamilan dengan berat
badan lahir rendah, menemukan rata – rata
ibu dengan bertambahan
berat badan selama
kehamilan kurang dari
10 kg terjadi pada kelompok
sosial ekonomi rendah berdampak
pada kehamilan bayi
dengan berat badan
lahir rendah (Sadli.2010). Namun para
wanita hamil di
Colombia dengan sosial
ekonomi rendah yang
mempunyai resiko kekurangan
gizi dengan asupan
yang kurang energi
sangat berhubungan signifikan
dengan berat bayi
lahir rendah.
Menindak
lanjuti surat Edaran
dari Dinas Tenaga
Kerja Transmigrasi dan
sosial provinsi.2015) Sulawesi
Selatan, menetapkan UMP 2016
sebesar RP 2,250,000
atau naik 12,5
persen dari UMP 2015
sebesar Rp 2.000.000. Penepatan UMP
berdasarkan Keputusan Gubernur
Nomor 2424/XI/2015 per
2 November 2015. (provinsi.2015)
d)
Fasilitas kesehatan
Menurut
House (2009) Bantuan instrumental atau
fasilitas kesehatan bertujuan
untuk mempermudah seseorang
dalam melakukan aktifitasnya
berkaitan dengan persoalan – persoalan yang
dihadapinya, atau menolong secara
langsung kesulitan yang
dihadapi, misalnya dengan menyediakan
peralatan lengkap dan
memadai bagi penderita, menyediakan obat – obatan
yang dibutuhkan dan
lain – lain.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat bagian :
1) Pemahaman tentang
instruksi
Kegagalan profesional
kesehatan dalam memberikan
informasi yang lengkap, penggunaan istilah – istilah medis dan
memberikan banyak instruksi
yang harus diingat
oleh pasien.
2) Kualitas interaksi
Beberapa keluhan
adalah kurangnya minat
yang diperlihatkan dokter,
penggunaan istilah – istilah medis yang
berlebihan, kurangnya empati dan
tidak memperoleh kejelasan
tentang penyebab penyakit.
3) Isolasi sosial
dan keluarga
Jaringan sosial
individu seringkali mempengaruhi
seseorang dalam mencari
pelayanan kesehatan dan
jaringan kerja telah
berperan penting dalam
penentuan keputusan untuk
mencari dan mematuhi
anjuran pengobatan.
4) Keyakinan,
sikap dan kepribadian
Kekuatan ego
yang lemah ditandai
dengan kekurangan dalam
hal pengendalian diri
sendiri dalam lingkungan
sosial mengukur tentang
bagaimana kenyamanan seseorang berada
dalam situasi sosial.
D. Hasil Penelitian
Terkait
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan
oleh Latifatus zahroh
dkk, tahun 2013
dengan judul “ Faktor -
faktor yang mempengaruhi
kepatuhan antenatal care
(ANC) pada ibu
hamil trimester III “
dengan hasil penelitian
dilakukan awal masa
dewasa hampir berusia
semua responden ( 20 – 35
tahun ) (25%), responden (80,6%),
sebagian besar berpendidikan
SMA sebanyak 16
responden (51,6%), ekonomi sebagian
besar sosial makmur
keluarga III sebanyak
16 responden (51,6%), paling luas
sekitar 22 baik
responden (71%) dan responden
yang sebagian besar
tunduk (71%). Hasil analisis
pengetahuan yang diperoleh
faktor yang mempengaruhi
ANC sesuai dengan
nilai p-value 0.047
<0,05, kepatuhan prenatal ANC
dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kepatuhan ANC
ibu hamil kita
perlu konseling diberikan
tentang pentingnya ANC (Zahroh,2013).
E.
Kerangka Konsep
1.
Dasar
Pemikiran Variabel Yang Akan Diteliti
Adapun variabel yang
akan diteliti:
a) Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
Pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi internal yang dipengaruhi individu
dalam berperilaku, sehingga partisipasi yang tinggi dan partisipasi yang rendah
individu dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki. Semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin mudah untuk berpartisipasi dalam
suatu kegiatan. Berdasarkan tabulasi silang antara pengetahuan tentang
kehamilan dan partisipasi mengikuti pemeriksaan Antenatal Care didapatkan semakin baik pengetahuan tentang
kehamilan maka partisipasi mengikuti pemeriksaan Antenatal Care semakin tinggi. Semakin kurang pengetahuan tentang
pemeriksaan kehamilan maka partisipasi mengikuti pemeriksaan Antenatal
Care juga semakin rendah.(Notoatmodjo,2010)
b) Dukungan
suami/keluarga
Dukungan
keluarga adalah dukungan
yang diberikan oleh
suami dan keluarga
kepada ibu dalam
masa kehamilan. Dukungan suami
atau keluarga sangat
diperlukan bagi istri
yang sedang hamil. Dukungan ini
bisa dalam bentuk
mengantar istri periksa
hamil, mendengar dan memahami
berbagai keluhan yang
timbul dan membantu
tugas – tugas istri yang
dijalaninya sebelum hamil. Semakin banyak
bukti menunjukkan bahwa
wanita yang dikasihi
oleh pasangan dan
keluarga selama hamil
akan menunjukkan lebih
sedikit gejala emosi
dan fisik lebih
sedikit komplikasi persalinan
dan lebih mudah
melakukan penyesuaian.(Grosman,2010,
dikutip dalam Bobak
dkk,2009)
c)
Kepatuhan Antenatal Care
Kepatuhan
adalah sikap positif klien yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara
berarti sesuai tujuan pengobatan yang ditetapkan. Asuhan antenatal adalah
pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor,
mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau
bermasalah. Pemeriksaan kehamilan
secara teratur akan dilakukan oleh ibu hamil bila tindakan itu dirasakan
sebagai suatu kebutuhan menjaga kesehatannya selama kehamilan.(Niven,2013)
d)
Sosial Ekonomi
Status ekonomi
terlebih jika bersangkutan
hidup di bawah
garis kemiskinan (keluarga prasejahtera)
berguna untuk pemastian
apakah ibu berkemampuan
membeli dan memilih
makanan yang bernilai
gizi tinggi. Depkes
mengajukan konsep keluarga
sadar gizi (kadarsi), yang ada
prinsipnya melaksanakan strategi
pemberdayaan masyarakat dengan
mengembangkan cara-cara yang
sudah ada dalam
upaya peningkatan pendapatan
agar kebutuhan gizi
keluarga terpenuhi. Caranya,
dengan meningkatkan pendapatan, meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku anggota keluarga
untuk mengatasi masalah
gizi serta meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam
mengurangi kemiskinan.
Pendapatan adalah
hasil dari suatu
pekerjaan atau penghargaan
yang diberikan berupa
material uang. Dalam hal
ini, pendapatan keluarga sangat
menentukan besar kecilnya
pemenuhan kebutuhan hidup
sehari – hari dalam keluarga. Baik kebutuhan
kesehatan dan kebutuhan
penunjang lainnya. Pendapatan yang
rendah akan memberikan
pengaruh dan dampak
yang besar dalam
pencapaian pemenuhan kebutuhan
hidup dalam keluarga, begitu pula
sebaliknya. Hali ini memberi
gambaran bahwa pendapatan
keluarga memberi pengaruh
yang sangat besar
dalam peningkatan berbagai
faktor penunjang untuk
kehidupan manusia dalam
keluarga, salah satunya yaitu
faktor kesehatan.
Tingkat pendapatan
menentukan pola makanan
apa yang dibeli, semakin tinggi
pendapatan semakin tinggi
pula presentasi pembelanjaannya. Dengan demikian
pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan
kuantitas dan kualitas
hidangan makanan. Di negara seperti
Indonesia yang jumlah
pendapatan penduduknya sebagian
besar adalah golongan
rendah dan menengah
akan berdampak pada
pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang
bergizi. Keterbatasan ekonomi yang
berarti tidak mampu
membeli bahan makanan
yang berkualitas baik, maka
pemenuhan gizinya akan
terganggu(Johanis,2011).
Status
ekonomi masyarakat di
wilayah makassar saat
ini mulai terdukung
dengan meningkatnya Upah
Minimum Provinsi menjadi
Rp. 2.250.000 mulai tahun 2016.
Keluarga
yang berpenghasilan dibawah
UMP sangat kesulitan
dalam mencukupi kebutuhan
gizinya sehari-hari. Ibu hamil
tidak dapat memenuhi
kebutuhan gizinya padahal
gizi ibu hamil
sangat penting. Setiap hari
makan seadanya saja, yang
penting makan tanpa
mengetahuhi makanan yang
dikonsumsi tersebut mengandung
nilai gizi atau
tidak. Keluarga yang berpenghasilan rendah
juga rata-rata berpendidikan
rendah sehingga tidak
mengerti akan kesehatan
pada saat kehamilan, tidak tahu
kebutuhan gizi ibu
hamil atau tidak
memeriksa dan merawat
kehamilan dengan baik. Akibatnya ibu
hamil dapat mengalami
anemia yang dapat
berdampak saat persalinan, pada bayi
dan masa nifasnya..
1. Defenisi Operasional
Dan Kriteria Objektif
1. Kepatuhan Antenatal
Care adalah kesadaran ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa Makassar untuk melaksanakan
pemeriksaan antenatal care sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam standar
pelayanan
kebidanan.
Kriteria Objektif :
Patuh : Bila skor jawaban
responden ≥50% skor rata-rata seluruh jawaban responden
Tidak
Patuh : Bila skor jawaban
responden <50% skor rata-rata seluruh
jawaban responden
2. Dukungan
suami/keluarga
Dukungan suami/keluarga
merupakan dukungan yang diberikan suami/keluarga kepada ibu dalam memeriksakan
kehamilan.
Kriteria Objektif:
Mendukung :Jika
responden menjawab setuju ≥ 50% dari seluruh
pertanyaan yang ada pada kuisioner
Tidak Mendukung :Jika responden
menjawab setuju < 50% dari seluruh pertanyaan yang ada pada kuisioner responden.
3.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil “tahu” setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan merupakan sesuatu
yang diketahui tentang pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan oleh tenaga
kesehatan.
Kriteria
Objektif:
Baik :Jika responden menjawab benar ≥ 50% dari seluruh pertanyaan yang ada pada
kuisioner
Kurang :Jika responden menjawab benar <50% dari
seluruh pertanyaan yang ada pada
kuisioner
4.
Sosial ekonomi
Sosial ekonomi
yang dimaksud adalah
penghasilan keluarga ibu
hamil perbulan berdasarkan
hasil wawancara.
a.
Tinggi : Jika
penghasilan sesuai standar
UMP ≥ Rp. 2.250.000
b.
Rendah: Jika penghasilan
kurang dari standar
UMP < Rp. 2.250.000
E.
Hipotesis
Penelitian
a. Hipotesis
Alternatif (Ha)
1) Ada
hubungan pengetahuan ibu hamil
dengan kepatuhan antenatal
care (ANC) di Puskesmas Minasa Upa
Makassar tahun 2016
2) Ada hubungan
dukungan suami dengan
kepatuhan antenatal care (ANC) di Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun
2016
3) Ada hubungan
sosial ekonomi dengan
kepatuhan antenatal care (ANC) di Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun
2016
b. Hipotesis
Nol (H0)
1) Tidak ada
hubungan pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhan
antenatal care (ANC) di Puskesmas
Minasa Upa Makassar
tahun 2016
2) Tidak ada
hubungan dukungan suami
dengan kepatuhan antenatal
care (ANC) di Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun
2016.
3) Tidak ada
hubungan sosial ekonomi
dengan kepatuhan antenatal
care (ANC) di Puskesmas Minasa
Upa Makassar tahun
2016.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan rencana
penelitian pendekatan metode
deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional dengan metode
wawancara. Peneliti
menggunakan bentuk penelitian
ini untuk mendeskripsikan peristiwa
atau pengalaman informan
dengan mengutamakan pandangan
dan informasi yang
di berikan. Dengan
hal ini peneliti dapat menjabarkan
informasi yang diperoleh
dari informan atau
ibu hamil tentang
gambaran pengetahuan dan dukungan
suami tentang kepatuhan
antenatal care (ANC)
pada ibu hamil.
B.
Tempat dan
Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini
dilaksanakan di bagian
KIA puskesmas Minasa upa Makassar.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan
pada bulan April – Mei
2016.
C.
Populasi dan
Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas
subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono dan
Anggaraeni, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu
hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya
di wilayah kerja Puskesmas
Minasa upa Makassar
periode April – Mei sebanyak 50 0rang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Saryono dan
Anggaraeni, 2013)
Dalam penelitian
ini sampel yang
diambil yaitu ibu
hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas
Minasa Upa Makassar
sebanyak 33 orang.
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive
sampling.
Adapun criteria sampel penelitian adalah criteria inklusi yang merupakan batasan
ciri/karakter umum pada subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau (Setyawan
& Saryono,2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a.
Kriteria Inklusi
1)
Ibu hamil bersedia menjadi informan
2)
Bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Minasaupa
Makassar
b.
Kriterian Eksklusi
1)
Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi
responden
2)
Tidak berada di tempat saat penelitian
berlangsung
Besar
sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel untuk populasi menurut Nursalam
(2003) yang dikutip Setyawan (2011), besar sampel dalam penelitian dapat
dihitung sebagai berikut :
Keterangan
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat signifikan (p)
Jadi besar sampel dalam penelitian
ini adalah 33 orang
1.
Sampling
Sampling
adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada. Penelitian ini menggunakan Nonprobabilty Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti yang
disesuaikan dengan criteria inklusi yang telah dirancang oleh peneliti,
sehingga pemilihan sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam,2011)
D.
Teknik Pengambilan
Sampel
Teknik sampling (informan) yang digunakan
pada penelitian ini
adalah dengan purposive sampling
yaitu suatu teknik
pengambilan sampel yang
dilakukan dengan mengambil
responden yang datang
memeriksakan kehamilannya pada
saat penelitian berlangsung.
E.
Metode Pengumpulan
Data
Metode pengumpulan
data yang akan digunakan
terdiri dari beberapa
cara, yang pemilihannya
disesuaikan dengan kriteria
informan (Bungin, 2008). Dalam
penelitian ini, peneliti
akan menggunakan metode
pengumpulan data yaitu
wawancara sebagai metode
pengumpulan data utama.
Wawancara adalah
suatu metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan
dari seseorang sasaran
penelitian / informan (Notoajmodjo, 2010).
Dalam penelitian
ini, teknik wawancara
yang digunakan adalah wawancara
semiterstruktur
(semistructure interview) dimana
termasuk dalam kategori in-depth
interview yang pelaksanaannya lebih
bebas. Bertujuan untuk
menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana
pihak yanng diajak
wawancara diminta pendapat
dan ide-idenya (Sugiyomno, 2008).
Adapun prosedur
pengumpulan data pada penelitian ini
yang akan dilakukan
dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Mengajukan surat permohonan
izin pengambilan data
di Dinas yang
direkomendasikan kepada kepala
.
2.
Setelah
mendapat izin, peneliti
akan mengadakan pendekatan
kepada :
a..
Kepala Puskesmas
b. Bidan
dan bagian KIA
puskesmas
c.
calon informan dan
memberikan penjelasan tentang
penelitian yang
akan dilaksanakan untuk
menandatangani surat persetujuan
menjadi informan / responden.
F. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Bahwa alat ukur atau
instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang
telah melalui uji validitas dan realibilitas data (Hidayat, 2014).
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat valid atau
kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dapat menggunakan rumus product moment dengan bantuan program SPSS 20. Instrumen ini dikatakan valid jika r hitung
> r table. Nilai signifikansi dipakai 5% (0,05).
√{N ∑X² - (∑X)²} {N ∑Y² - (∑Y)²}
Keterangan
:
N :
Jumlah responden
rxy
: koefisien korelasi product
moment
x :
skor pertanyaan
y :
skor total
xy : skor pertanyaan dikalikan
skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tedensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto,
2010).
Untuk mencari reliabilitas instrumen,
menggunakan Alpha cronbach dengan
bantuan program SPSS 20, dengan rumus sebagai berikut :
k – 1 ∑ St²
Keterangan :
ri : koefisien reliabilitas yang dicari
k : banyaknya butir pertanyaan
Si² : jumlah varians butir-butir pertanyaan
St² : varians skor total
Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika
memiliki nilai alpha minimal 0,7
(Ariukunto, 2010).
F. Analisa Data
1. Analisis
Univariat
Dilakukan untuk
mendapatkan nilai kemaknaan
dengan cara mendekskripsikan tiap variabel yang
digunakan dalam penelitian
yaitu dalam bentuk
distribusi frekuensi disertai
penjelasan dalam bentuk narasi.
Untuk mengetahui
presentasi maka digunakan
rumus :
Keterangan :
p = Jumlah persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah sampel
penelitian
k = Konstanta (100%)
2.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang
digunakan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen, yaitu menggunakan uji statistik Chi
Square dengan tingkat signifikansi α = 0,05 (Notoatmodjo, 2010).
Tabel
1. Tabel Kontigensi
Pengetahuan
|
Kepatuhan ANC
|
Jumlah
sampel
|
|
Patuh
|
Tidak Patuh
|
||
Baik
|
A
|
B
|
a
+ b
|
Kurang
|
C
|
D
|
c
+ d
|
Jumlah
|
a
+ c
|
b
+ d
|
N
|
N (ad
+ bc)²
(a + b) (c +d) (a + c) (b + d)
Keterangan :
α ² = nilai chi square
N = jumlah sampel penelitian
ad = jumlah sampel yang mengalami
perubahan
bc = jumlah sampel yang tidak mengalami
perubahan tetap
a. Interpretasi
1) Apabila
Signifikan (p) > α, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan
antara variabel independen dengan veriabel dependen.
2) Apabila
Signifikan (p) < α, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
G.Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya
rekomendasi dari institusi
atau pihal lain
dengan mengajukan permohonan
izin kepada institusi/lembaga tempat
penelitian dengan tujuan
untuk melindungi hak-hak
subjek. Menurut Azis Alimul
Hidayat (2014), etika penelitian meliputi :
a.
Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Jika subjek
bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.
b.
Tanpa
Nama (Anonim)
Masalah etika kebidanan merupakan
masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
c.
Kerahasiaan
(Cofidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika
dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Lokasi Tempat Penelitian
Puskesmas Minasa Upa merupakan salah satu puskesmas
yang berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Kota Makassar dan berada dalam
wilayah Kecamatan Rappocini Kota Makassar, tepatnya yaitu di Jl. Minasa
Upa Raya No.18.Lokasi Puskesmas Minasa Upa sangat terjangkau baik
dengan kendaraan umum maupun pribadi.
Jumlah
Tenaga Kesehatan :
1.
Dokter 5
orang
-
Dokter umum :
3 orang
-
Dokter gigi :
2 orang
2.
Tenaga pendukung
-
Apoteker
: 1 orang
-
Perawat
: 14orang
-
Perawat
gigi : 2 orang
-
Bidan
:7orang
-
SPHH :1orang
-
AKL :1orang
SMAK :1orang
Gizi :2orang
SMAK :1orang
Gizi :2orang
-
Bendahara :1orang
Epidemiologi : 1 orang
Epidemiologi : 1 orang
Penelitian ini
dilakukan pada ibu
hamil di puskesmas
Minasaupa Makassar pada bulan
April sampai Mei
2016. Hasil penelitian ini menggunakan
rancangan kuantitatif dengan
metode sampling yaitu
accidental sampling yaitu suatu
teknik pengambilan sampel
yang dilakukan dengan
mengambil responden yang
ada atau tersedia
dalam hal ini
ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya
pada saat penelitian
berlangsung. Jadwal kunjungan pelayanan
ibu hamil di polik KIA
Puskesmas Minasaupa Makassar
yakni setiap hari
kerja atau senin
sampai sabtu. Selama peneliti
melakukan pengambilan data
primer diperoleh dari ibu
hamil melalui wawancara
langsung. Jumlah informan 33
orang dengan menggunakan
accidental sampling.
Berikut
ini disajikan hasil penelitian yang
meliputi karakteristik responden
menurut umur, pendidikan,
pekerjaan dan analisa
faktor – faktor yang mempengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam
melaksanakan antenatal care (ANC).
A. HASIL
PENELITIAN
1. Karakteristik
Infoman
Berdasarkan teknik
accidental sampling
(pengambilan sampel yang
dilakukan dengan mengambil
responden yang datang
memeriksakan kehamilannya pada
saat penelitian berlangsung)
yang digunakan dalam
memilih informan penelitian, peneliti menggunakan
33 orang sebagai
informan dengan memenuhi
kriteria inklusi responden. Informan dalam
penelitian ini adalah
ibu hamil dengan
primigravida maupun multi
gravida yang menetap
diwilayah kerja puskesmas
Minasaupa Makassar.
Karakteristik informan
dalam penelitian ini
dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di
Puskesmas Minasa Upa Makassar tahun 2016
Umur
(Tahun)
|
N
|
%
|
15-20
|
5
|
15,2
|
21 – 30
|
18
|
54,5
|
≥ 31
|
10
|
30,3
|
Total
|
33
|
100
|
Sumber
: Data Primer 2016
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa
dari total 33 sampel penelitian terdapat 5 (15,2%) yang berumur 15-20 tahun, sedangkan 18
orang (54,5 %) berada pada
usia 21 – 30 tahun
dan 10 orang (30,3 %) berada
pada usia ≥ 31
tahun.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
di
Puskesmas Minasa Upa Makassar tahun 2016
Pendidikan
|
N
|
%
|
Tidak Sekolah
|
2
|
6,1
|
SD
|
11
|
33,3
|
SMP
|
15
|
45,5
|
SMA
|
4
|
12,1
|
SI
|
1
|
3,0
|
Total
|
33
|
100
|
Sumber
: Data Primer 2016
Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa
dari total 33 sampel penelitian terdapat 2 orang (6,1 %) yang
tidak sekolah, 11 orang
(33,3 %) berlatar belakang
pendidikan SD, 15 orang
(45,5%) berlatar belakang
pendidikan SMP, 4 orang (12,1 %) berlatar
belakang pendidikan SMA
dan 1(3,0 %) berlatar
belakang pendidikan S1.
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan
Pekerjaan
di
Puskesmas Minasa Upa Makassar tahun 2016
Pekerjaan
|
N
|
%
|
Tidak Bekerja / Irt
|
18
|
54,5
|
Bekerja
|
15
|
45,5
|
Total
|
33
|
100
|
Sumber
: Data Primer 2016
Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
dari total 33 sampel penelitian terdapat 18
orang (54,5%) memilih mengurusi
keluarga dan rumah tangganya sebagai
IRT, 15 orang (45,5%) yang
bekerja.
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan jumlah kehamilan
di
Puskesmas Minasa Upa Makassar tahun 2016
Jumlah
Kehamilan
|
N
|
%
|
Satu
|
9
|
27,3
|
Dua
|
9
|
27,3
|
Tiga
|
10
|
30,3
|
Empat
|
5
|
15,2
|
Total
|
33
|
100
|
Sumber : Data
Primer 2016
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa
dari total 33 sampel penelitian terdapat 9
orang (27,3%) hamil pertama, 9 orang (27,3%) hamil kedua, 10
orang (30,3%) hamil ketiga
dan 5 orang (15,2%)
hamil keempat.
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Umur
kehamilan
di
Puskesmas Minasa Upa Makassar tahun 2016
Umur Kehamilan
|
N
|
%
|
0 – 13 Minggu
|
6
|
18,2
|
14 – 28 Minggu
|
5
|
15,2
|
29 – 36 Minggu
|
18
|
54,5
|
≥ 36 Minggu
|
4
|
12,1
|
Total
|
33
|
100
|
Sumber
: Data Primer 2016
Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa
dari total 33 sampel penelitian terdapat 6
orang (18,2%) umur kehamilannya
0 – 13 minggu, 5 orang (15,2%)
umur kehamilannya 14 -28
minggu, 18 orang (54,5%) umur
kehamilan 29 – 36 minggu, dan
4 orang (12,1%) umur kehamilan ≥36
minggu.
Untuk
mengetahui signifikansi antara variabel dilakukan
uji statistik chi square
dengan fasilitas komputer
SPSS dengan tingkat
kemaknaan p ≤ 0,05. Ketentuan terhadap
penerimaan dan penolakan
hipotesis apabila signifikansi
p ≤ 0,05, maka Ha
diterima dan Ho
ditolak, apabila p > 0,05 maka
Ha ditolak Ho
diterima (Sugioyono dan Eri, 2000).
2. Analisa
Univariat
a. Tingkat Kepatuhan
Tabel
4.6
Frekuensi Tingkat
Kepatuhan Ibu Hamil
di
Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2016
Tingkat
Kepatuhan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Patuh
Tidak patuh
|
19
14
|
57,6
%
42,4
%
|
TOTAL
|
33
|
100
%
|
Sumber : data
primer, 2016
Kepatuhan adalah
ketaatan klien melaksanakan
tindakan terapi. Kepatuhan menurut
kamus bahasa indonesia
yaitu patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada
perintah atau aturan
(perry dan potter, 2009). Seseorang dikatakan
memiliki kepatuhan apabila
dalam kehidupannya ia
melakukan perilaku secara
berulang, terus – menerus, dan
berkesinambungan dengan menaati
dan memperhatikan aturan – aturan yang
ada, memiliki suatu kesadaran
akan manfaat yang
di peroleh.
Berdasarkan tabel
4.6 diatas digambarkan tentang
frekuensi tingkat kepatuhan
pada ibu di
wilayah kerja puskesmas
Minasa Upa Makassar
dimana dari total 33
responden, 19 orang (57,6%) yang
patuh melaksanakan ANC,
yaitu pemeriksaan yang
dimulai segera setelah
tidak mendapat haid (menstruasi)
untuk memastikan kesehatan
ibu hamil tersebut
dan bayinya, sedangkan 14 (42,4%)
responden yang tidak
patuh melaksanakan ANC
(antenatal care).
b. Pengetahuan
Tabel
4.7
Frekuensi Pengetahuan
Ibu Hamil
Di
Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2016
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Baik
Kurang
|
19
14
|
57,6 %
42,4 %
|
Total
|
33
|
100
%
|
Sumber Data , 2016
Berdasarkan tabel
4.7 di atas digambarkan
tentang frekuensi tingkat
pengetahuan ibu tentang
pemeriksaan ANC di
wilayah kerja puskesmas
Minasa Upa Makassar
dimana dari total
33 sampel, 19 sampel (57,6 %) yang
pengetahuannya baik tentang
pemeriksaan ANC, sedangkan 14
sampel (42,4 %) yang
pengetahuannya kurang tentang
pemeriksaan ANC (antenatal care).
c. Dukungan
suami
Tabel 4.8
Frekuensi Dukungan
Suami Terhadap Ibu Hamil
Di Puskesmas
Minasa Upa Makassar
Tahun 2016
Dukungan suami
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Mendukung
Tidak Mendukung
|
15
18
|
42,4%
57,6%
|
Total
|
33
|
100%
|
Sumber; Data
Primer, 2016
Berdasarkan tabel
4.8 di atas
digambarkan tentang frekuensi
dukungan suami terhadap
pemeriksaan ANC di wilayah
kerja puskesmas minasa
upa makassar dimana
dari total 33
sampel, 15 orang (42,4%) dimana
suaminya memberikan dukungan
yang baik dan
ikut berpartisipasi dalam
pemeriksaan kehamilan istrinya dan
18 orang(57,6%) yang
suaminya kurang mendukung pemeriksaan
istrinya.
d. sosial ekonomi
Tabel 4.9
Frekuensi Sosial
Ekonomi Ibu Hamil
Di
Puskesmas Minasa Upa
Makassar Tahun 2016
Sosial ekonomi
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Tinggi
Rendah
|
18
15
|
57,6%
42, 4%
|
Total
|
33
|
100%
|
Sumber
; Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel
4.9 di atas diganbarkan tentang
frekuensi tingkat sosial
ekonomi tentang pemeriksaan
ANC di wilayah
kerja puskesmas minasa
upa makassar dimana
dari total 33
sampel, 18 orang ibu
hamil (57,6%) dimana status sosial
ekonomi tinggi, dan 15
orang(42,4%) yang status
sosialnya sekitarnya kurang.
3.
Analisa bivariat
Pada
tahap ini di
lakukan tabulasi silang (crosstab) antara
variabel independen yaitu
pengetahuan ibu, dukungan
suami dan status
ekonomi dengan variabel
dependen dengan menggunakan
perangkat lunak komputer
program SPSS dengan
hasil temuan sebagai
berikut :
a.
Hubungan pengetahuan
ibu dengan kepatuhannya
dalam melaksanakan ANC
Tabel 5.0
Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Kepatuhannya Dalam
Melaksanakan ANC Di
Puskesmas Minasa Upa
Makassar
Tahun
2016
Pengetahuan
|
Tingkat Pengetahuan
|
Total
|
P
Value
|
||||
Patuh
|
Tidak patuh
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
N
|
%
|
||
Baik
Kurang
|
13
6
|
39,4
18,2
|
6
8
|
18,2
24,2
|
19
14
|
57,6
42,4
|
0,133
|
Total
|
19
|
57,6
|
14
|
42,4
|
33
|
100,0
|
Sumber : Data
Primer, 2016
Berdasarkan tabel 5.0 di
atas menunjukkan bahwa
dari total 33
sampel penelitian dari 19 orang
(57,6%) ibu hamil
yang pengetahuannya baik
ada 13 orang
(39,4%) yang patuh melaksanakan
ANC dan 6
orang (18,2%) ,yang tidak patuh
melaksanakan ANC. dari 14 orang (42,4%) ibu
hamil yang pengetahuannya kurang
6 orang (18,2%) tidak patuh melaksanakan
ANC dan 8
orang (24,2%) yang tidak patuh
melaksanakan ANC.
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan uji chi square, didapatkan nilai
kemaknaan (p) = 0,133. Karena p
> 0,05 maka Ho
diterima dan Ha
ditolak artinya tidak
ada hubungan yang
signuifikan antara pengetahuan
ibu dengan kepatuhannya
dalam melakukan pemeriksaan ANC.
b.
Hubungan dukungan
suami dengan kepatuhan
ibu hamil dalam
melaksanakan ANC
Tabel 5.1
Hubungan
Dukungan Suami Dengan
Kepatuhan Ibu Hamil
Dalam Melaksanakan ANC Di Puskesmas
Minasa Upa Makassar
Tahun 2016
Dukungan suami
|
Tingkat kepatuhan
|
Total
|
P
Value
|
||||
Patuh
|
Tidak patuh
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
||
Mendukung
Tidak Mendukung
|
15
4
|
45,5
12,1
|
0
14
|
0
42,4
|
15
18
|
45,5
54,5
|
0,000
|
Total
|
19
|
57,6
|
14
|
42,4
|
33
|
100
|
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 5,1 di
atas, menunjukkan bahwa dari
total 33 sampel
penelitian, dari 15 orang (45,5%)
ibu hamil yang
dukungan suaminya Mendukung
dan semuanya patuh
melaksanakan ANC , dan 15
orang (45,5%) ,yang dukungan
suaminya kurang hanya 4 orang (12,1%)
yang patuh melaksanakan
pemeriksaan ANC dan 14 orang (42,4%)
yang tidak patuh
melaksanakan ANC.
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan ujji chi
square, didapatkan nilai kemaknaan (p) = 0,000. Karena p > 0,05
maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan
kepatuhan ibu hamil
dalam melakukan pemeriksaan
ANC.
c.
Hubungan status
sosial ekonomi dengan
kepatuhan ibu hamil
dalam melaksanakan ANC.
Tabel
5.2
Hubungan
Status Sosial Ekonomi Dengan
Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Melaksanakan ANC Di
Puskesmas Minasa
Upa
Makassar Tahun 2016
Sosial Ekonomi
|
Tingkat kepatuhan
|
Total
|
P
Value
|
||||
Patuh
|
Tidak patuh
|
||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
N
|
%
|
||
Tinggi
Rendah
|
16
3
|
48,5
9,1
|
2
12
|
6,1
36,4
|
18
15
|
54,5
45,5
|
0,000
|
Total
|
19
|
57,6
|
14
|
42,4
|
33
|
100,0
|
Sumber
: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 5.2 di
atas menunjukkan bahwa
dari total 33
sampel penelitian, dari 18
orang (54,5%) ibu hamil
yang status sosial
ekonomi disekitarnya tinggi
ada 16 orang (48,5%)
yang patuh melaksanakan
ANC, 2 orang (6,1%)
yang tidak patuh melaksanakan
ANC. Dan 15 orang (45,5%)
yang status sosial ekonomi
disekitarnya rendah ada 3 orang (9,1%) yang
patuh melaksanakan ANC
dan 12 orang (36,4%)
yang tidak patuh
melaksanakan ANC.
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan uji chi square, didapatkan nilai
kemaknaan (p) = 0,00. Karena p
> 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha
diterima, artinya ada hubungan
yang signifikan antara status
sosial ekonomi dengan
kepatuhan ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan ANC.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan
analisa data dan
melihat hasilnya, maka berikut
ini akan di
bahas tentang karakteristik
responden menurut umur, pendidikan, pekerjaan , jumlah kehamilan
dan umur kehamilan, pengaruh antara
pengetahuan ibu hamil
dengan kepatuhannya dalam
melaksanakan ANC, pengaruh dukungan
suami dengan kepatuhan
ibu hamil dalam
melaksanakan ANC, dan pengaruh
sosial ekonomi dengan
kepatuhannya dalam melaksanakan
ANC di wilayah
kerja puskesmas minasa
upa makassar. Untuk
mengidentifikasi hubungan antara
variabel – variabel tersebut,
peneliti menggunakan uji
statistik chi square
dengan tingkat kemaknaan
p ≤ 0,05.
1.
Karakteristik Responden
Dari
total 33 sampel
penelitian, 5 orang (15,1 %)
berada pada usia
15 – 20 tahun, sedangkan 18
orang (54,54 %) berada pada
usia 21 – 30 tahun
dan 10 orang (30,3 %) berada
pada usia > 30
tahun. Ada 2 orang
(6,6 %) yang tidak sekolah, 11
orang (33,3 %) berlatar
belakang pendidikan SD, 15
orang (45,4%) berlatar
belakang pendidikan SMP, 4
orang (12,1 %) berlatar belakang
pendidikan SMA dan 1(3,3 %)
berlatar belakang pendidikan S1. Dari
semua sampel, 18
orang (54,54%) memilih mengurusi
keluarga dan rumah tangganya sebagai
IRT, 15 orang (45,4%) yang
bekerja, dan 9 orang (27,2%)
hamil pertama, 9 orang (27,2%)
hamil kedua, 10 orang (30,3%)
hamil ketiga dan 5 orang (15,1%)
hamil keempat, sedangkan menurut
umur kehamilan 6
orang (18,1%) umur kehamilannya
0 – 13 minggu, 5 orang
(15,1%) umur kehamilannya
14 -28 minggu, 18 orang (54,54%) umur
kehamilan 29 – 36 minggu, dan
4 orang (12,1%) umur
kehamilan >36 minggu.
Untuk
mengetahui signifikasi antara
variabel dilakukan uji
statistic chi square
dengan fasilitas komputer
SPSS dengan tingkat
kemaknaan p ≤ 0,05. Ketentuan
terhadap penerimaan dan
penolakan hipotesis apabila
signifikasi p ≤0,05, maka Ha
diterima dan Ho
ditolak, apabila p >0,05 maka Ha
ditolak dan Ho
diterima (sugioyono dan Eri, 2000).
2.
Hubungan pengetahuan
ibu terhadap kepatuhannya
dalam melaksanakan ANC.
Pengetahuannya merupakan
hasil tahu dan
ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu, dan pengetahuan ini
bisa di dapat
melalui pendidikan, pengalaman,
dan umur (Notoatmojo, 2010).
Pengetahuan ibu hamil
tentang pemeriksaan kehamilan
bisa mencakup segala
sesuatu yang ibu
ketahui mengenai pemeriksaan
selama masa kehamilan
yang akan mencegah resiko/komplikasi selama
masa kehamilan.
Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.0 di
atas digambarkan frekuensi
tingkat pengetahuan ibu tentang
pemeriksaan ANC di wilayah
kerja puskesmas minasa
upa makassar dimana dari
total 33 sampel, 19 sampel (57,6%) yang
pengetahuannya baik dalam
tentang pemeriksaan ANC
(antenatal care), ada 13
orang (68,4%) yang patuh
melaksanakan ANC (antenatal care)
dan ada 6 orang (42,9%) yang
tidak patuh melaksanakan
ANC (antenatal care), sedangkan 14 sampel (100%)
yang pengetahuannya kurang
tentang pemeriksaan ANC (antenatal care) , ada
6 orang(31,6%) yang
patuh melaksanakan ANC
(antenatal care) dan
ada 8 orang (26,7%) yang
tidak patuh melaksanakan
pemeriksaan ANC (antenatal care).
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan
yaitu dengan menggunakan
ujji chi square, didapatkan nilai
kemaknaan (p) = 0,133. Karena p
> 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak,
artinya pengetahuan ibu
tidak ada hubungan
dengan kepatuhannya dalam melaksanakan
ANC(antenatal care).
Hasil
penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Latifatus zahroh dimana
hasil penelitiannya mengatakan
P= 0,047 atau P<0,05, maka Ho
ditolak Ha diterima
artinya ada hubungan
antara pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhannya
dalam melaksanakan pemeriksaan
ANC (antenatal care). Dan menurut
hasil penelitian Ervianti
dengan nilai kemaknaan
p= 0,057, karena p >0,05
maka tidak ada
hubungan pengetahuan ibu
dengan kepatuhannya dalam
melaksanakan pemeriksaan ANC (antenatal care), ini
disebabkan karena fasilitas
kesehatan mudah dijangkau
dan tidak adanya
pekerjaan yang mengikat sehingga ibu
selalu menyempatkan diri
untuk selalu datang
periksa meskipun ibu
kurang mengetahui tentang pemeriksaan
kehamilan.
Pengetahuan memang
merupakan salah satu
yang memberikan kontribusi
yang cukup besar
terhadap kepatuhan memanfaatkan
ANC (antenatal care).
Dimana, apabila masyarakat
kurang mengetahui pentingnya
memanfaatkan ANC (antenatal care) . maka
kemungkinan tidak akan
memanfaatkan ANC (antenatal care)
dan beralih kepengobatan
tradisional seperti dukun, namun masih ada
masyarakat yang pengetahuannya baik
tentang pemeriksaan kehamilan
namun kurang patuh
memeriksakan kehamilannya
kesarana kesehatan disebabkan
karena pekerjaan yang
sulit yang ditinggalkannya.
3.
Hubungan Dukungan Suami terhadap
kepatuhan ibu hamil
dalam melaksanakan ANC
Dukungan
suami adalah dukungan
yang diberikan oleh
suami kepada ibu
dalam masa kehamilan. Dukungan suami
sangat diperlukan bagi
istri yang sedang
hamil. Dukungan ini bisa
dalam bentuk mengantar
istri periksa hamil, mendengar dan
memahami berbagai keluhan
yang timbul.
Wanita
yang dikasihi oleh
pasangannya akan menunjukkan
lebih sedikit komplikasi
persalinan dan lebih
mudah melakukan penyesuaian (Grosman,2010). Wanita mempunyai
dua kebutuhan besar dengan
hubungan selama kehamilan. Kebutuhan pertama
berhubungan dengan penerimaan, ia merasa
dicintai dan dihargai, kebutuhan kedua
berhubungan dengan penerimaan
pasangannya terhadap sang
anak dan menerima
bayi tersebut dalam
keluarga.
Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.1
diatas, menunjukkan bahwa dari
total 33 sampel
penelitian, dari 15 orang (45,5%)
ibu hamil yang
dukungan suaminya baik
dan semuanya patuh
melaksanakan ANC, dan 18
orang (54,5%) yang dukungan
suaminya kurang hanya 4 orang (12,1%)
yang patuh melaksanakan
pemeriksaan ANC dan 14 orang (42,4%)
yang tidak patuh
melaksanakan ANC.
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan uji chi square, didapatkan nilai
kemaknaan (p) = 0,00 karena p
< 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan
antara dukungan suami
dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan
ANC.
Hal
ini sesuai dengan
hasil penelitian Atikah
Pustikasari dimana hasil
penelitiannya didapatkan nilai
kemaknaan p= 0,038, karena p <
0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan
ketaatan ibu hamil
dalam melaksanakan ANC (antenatal care).
Dukungan
suami memang
sangat penting selama
ibu dalam masa
kehamilan karena dengan
adanya semangat dan
dukungan suami bisa
menyebabkan gejala emosi
dan fisik lebih
sedikit sehingga bisa
mengurangi komplikasi dalam
kehamilan dan memudahkan
dalam penyesuaian sehingga
dapat memudahkan persalinan. Dan memang
benar dukungan suami
merupakan salah satu
faktor pendukung yang
sangat kuat untuk
melalui masa kehamilan. Namun ada
juga ibu hamil
yang meskipun suaminya
kurang mendukung namun
tetap peduli dan
bertanggung jawab pada
kesehatan diri dan
bayinya dengan patuh
untuk memeriksakan kehamilannya
kesarana kesehatan.
4.
Hubungan
sosial ekonomi terhadap
kepatuhan ibu hamil
dalam melaksanakan ANC
Berdasarkan tabel 5.2 Hasil
penelitian, distribusi
responden berdasarkan kesiapan
ekonomi keluarga didapatkan
16(53,3%) bumil yang berstatus
kesiapan ekonomi keluarga
dengan status kesiapan ibu
hamil. Hal ini terjadi
karena keluarga yang
sudah mempersiapkan ekonomi
untuk menyambut sang
bayi berarti secara keseluruhan
sudah siap dengan
kehamilannya sampai pada
proses persalinannya nantinya.
Johanis (2011)
menyatakan bahwa keluarga
dengan ekonomi siap dapat
memeriksakan kehamilannya secara
rutin, merencanakan persalinan
pada tenaga kesehatan serta dapat
melakukan persiapan lainnya
dengan baik. Faktor ekonomi
juga dapat menciptakan
dampak buruk dengan
rendahnya kualitas kesehatan
ibu hamil bahkan sebelum
hamil itu terjadi. Resty , 2006 juga
menyatakan bahwa masalah
kemiskinan akan sangat
mempengaruhi kemampuan keluarga
terhadap gizi, perumahan,
lingkungan dan kesehatan.
Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.2
di atas, menunjukkan bahwa dari
total 33 sampel
penelitian, dari 18 orang (100%)
ibu hamil yang ekonominya
tinggi ada 16
orang (88,9%) yang patuh
melaksanakan ANC, 2 orang (11,1%)
yang tidak patuh
melaksanakan ANC. Dan 15 orang
(100%) yang ekonominya
rendah ada 3
orang (20,0%) yang patuh
melaksanakan ANC dan
12 orang (80,0%) yang
tidak patuh melaksanakan
ANC.
Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan uji chi square, didapatkan nilai
kemaknaan (p) = 0,00. Karena p < 0,05
maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan
antara sosial ekonomi
dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan
ANC.
Ternyata
dari hasil penelitian
didapatkan banyak ibu
hamil yang sudah
menyiapkan ekonominya pada
saat awal kehamilan sehingga
untuk persalinan nantinya
sudah ada. Hal ini
di pengaruhi oleh
dengan ekonomi yang
sudah dipersiapkan oleh
ibu dan keluarga, kesiapan ibu
melahirkan pun sudah
lebih siap.
C.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti
menyadari bahwa banyak
keterbatasan yang dirasakan
peneliti terutama dalam
pelaksanaan penelitian,
keterbatasan tersebut antara
lain :
1.
Masih kurangnya
pengetahuan peneliti dalam
hal melakukan teknik
wawancara yang lebih
mendalam kepada informan
2. Suasana tempat
dalam melakukan wawancara yang
tidak nyaman karena
peneliti melakukan wawancara
disalah satu ruangan
tunggu pasien sehingga
mempengaruhi dalam pelaksanaan
wawancara.
3. Tenaga dan
waktu wawancara terbatas
sehingga peneliti belum
sepenuhnya sempurna dalam hal
menggali lebih dalam
masalah – masalah yang berkaitan
dengan ANC, karena tidak
semua informan memiliki
waktu yang cukup
untuk di wawancarai.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian “faktor – faktor yang
mempengaruhi kepatuhan ibu
hamil dalam melaksanakan
antenatal care (ANC) “
maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Tidak ada
hubungan yang signifikasn
antara pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhannya
dalam melaksanakan natenatal
care (ANC) diwilayah kerja
puskesmas minasa upa
makassar
2. Ada hubungan
yang signifikan antara
dukungan suami dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melaksanakan
antenatal care (ANC) dalam
melaksanakan ANC di
wiliayah kerja puskesmas
minasa upa makassar
3. Ada hubungan
yang signifikan antara
sosial ekonomi dengan
kepatuhan ibu hamil
dalam melaksanakan antenatal
care (ANC)
B. Saran
1. Perlunya meningkatkan pengetahuan yang
cukup bagi ibu
hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan baik
melalui penyuluhan maupun
kunjungan posyandu.
2. Penelitian semacam
ini diharapkan lebih
ditingkatkan baik dari
segi kuantitas maupun
kualitasnya.
3. Perlu lebih
ditingkatkan pelayanan kesehatan
ibu hamil yang
berkualitas untuk mencapai
suatu keberhasilan pelayanan
kesehatan bagi ibu
hamil dan bersalin
4. Peneliti diharapkan
dapat menjadikan pengalaman
ini sebagai proses
belajar yang akan
terus dimaksimalkan dimasa
yang akan datang.
Penelitian ini
masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan
peneliti, lingkungan yang kurang nyaman
serta waktu yang
tidak memadai, sehingga di perlukan
penelitian selanjutnya yang
lebih menunjang dari
sisi, penguasaan peneliti tentang
teknik wawancara,
kenyamanan lingkungan dan
waktu, sehingga data yang
dihasilkan lebih valid
dan obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan kebidanan Masa Kehamilan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Bobak, Lowdermilk,
& Jensen,(2009). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas, EGC,
Jakarta
Budiman dan Riyanto,
A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika
Carpenito L.J. 2014. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC.
Hastanto, S. 2007. Analisis Data. Jakarta
: Depok Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia
Hidayat,A.A.A. 2014. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data
Contoh Aplikasi Studi Kasus Edisi 2, Jakarta : Salemba
Medika
Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta Selatan :
Salemba Medika.
Irawan. 2015. Angka
Kematian Ibu Masih Tinggi Cita-cita RA Kartini Belum Tercapai. http://wartakesehatan.com/48612/angka-kematian-ibu-masih-tinggi-cita-cita-ra-kartini-belum-tercapai.
diakses tanggal 19 Februari 2016.
Indrayani. 2011. Buku Ajar
Asuhan Kehamilan. Jakarta Timur : CV.Trans Info Media.
Jannah, N. 2012. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : C.V Andi Offset
Kusmiyati, Y.,
Wahyuningsi, H.P., Sujiyatini,(2010). Perawatan
Ibu Hamil. Fitramaya, Yogyakarta.
Latifatus Zahroh, Nurwijayanti dan Anggrawati Wulandari, 2013.” Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Antenatal Caree (ANC) Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja uptd
Puskesmas Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung” Unnes
Journal of Public Health UJPH 2 (2)
Manuaba, I.C., M anuaba,
I.B.F., & Manuaba, I.B.G (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri, EGS, Jakarta.
Niven, N. 2013. Psikologi Kesehatan
Pengantar Untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain Edisi Kedua. Jakarta :
EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta
Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar
Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
Peranginangin, S. (2007). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2012-2014. Angka Kematian materrnal dan
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil.
Profil Kesehatan RI. 2014. Kesehatan
Keluarga. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015.
Pudiastuti, R.D. 2012. Asuhan
Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. & Wiknjosastro, H.(2009). Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Ramaiah, S. (2009). Gaya Hidup di
Masa Hamil, PT Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta.
Ridwan. 2010. Skala pengukuran
variabel – variabel penelitian,
Bandung : Alfabeta
Rukiah.A.Y, dkk. 2009. Asuhan
Kebidanan Kehamilan Edisi Revisi. Jakarta : CV.Trans Info Media.
Saifuddin S. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi
Keempat. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saryono dan Anggraeni Mekar. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
_________. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Jakarta : BKKBN, Badan Pusat Statistik,
Kemenkes, ICF.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R
&D. Bandung: Alfabeta
Tim Penulis. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Uliyah, M. & Hidayat, A
(2008). Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Untuk
Kebidanan Edisi 2, Salemba Medika
Jakarta.
Winkjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi
Keempat. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
World Health
Organization (WHO). 2014. WHO,UNICEF,UNFPA,The World Bank. Trends in maternal
mortality: 1990 to 2013. Geneva : World Health Organization.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar