BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan
di segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga
Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan
derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif
dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai
dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan
bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai
bidang kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah
terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang
bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam uoaya peningkatan
status kesehatannya. Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan
obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan
masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu,
keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mampunyai satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang
tersebar di RW 04 kelurahan tamangapa. Dengan pendekatan dari masing-masing
komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat.
Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik
dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen desa untuk mengikut
sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat
yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang
terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota
keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang
sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Keperawatan
komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan
kepada masyarakat yang hakekatnya memerlukan acuan/landasan teoritis untuk
menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.Perawat kesehatan
masyarakat merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat. Kegiatan praktek
ini dilakukan secara komprehensif dan tidak terbatas pada kelompok umur atau
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Keperawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta
pelayanan yang diberikan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat
asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah pendekatan keluarga binaan, kelompok kerja komunitas.Strategi
yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan
teknologi tepat guna, serta memanfaatkan kebijakan pemerintah. Proses
keperawatan komunitas dilakukan melalui lima tahap, yaitu: pengkajian, analisa
data, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu
upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keprawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa
Program Profesi Ners STIkes Mega Rezky Makassar
Angkatan VI Gelombang I melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan
Komunitas dan keluarga selama 6 minggu di RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan manggala makassar dengan
menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Diharapkan
mahasiswa Profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar akan dapat mengaplikasikan
konsep-konsep keperawatan komunitas yang didapat pada perkuliahan, guna
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
dengan mendapatkan gambaran masalah kesehatan masyarakat melalui peninjauan
implementasi dari praktek profesi sebelumnya, menganalisa kembali hasil
implementasi sebelumnya, memberi informasi tentang prioritas masalah,
menginformasikan pelaksanaan dalam kegiatan-kegiatan asuhan keperawatan.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Setelah
melaksanakan peninjauan di lingkungan masyarakat, diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat pada tingkat komunitas
dengan pendekatan proses keperawatan.
2.
Tujuan Khusus
Setelah
melaksanakan kegiatan peninjauan di masyarakat, diharapkan mahasiswa mampu:
a.
Melakukan survey kembali berdasarkan evaluasi
praktek keperawatan komunitas sebelumnya pada tanggal 11 April – 22 Mei 2016.
b.
Menganalisa hasil observasi dari proker yang masih
aktif dan pasif.
c.
Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas
berdasarkan pendataan yang diperoleh.
d.
Menyusun perencanaan keperawatan komunitas, meliputi
prioritas masalah, perumusan tujuan, dan intervensi.
e.
Melaksanakan
perencanaan sesuai dengan kesepakatan dengan masyarakat.
f.
Melakukan
evaluasi terhadap pencapaian tujuan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
C. MANFAAT
a.
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan , khususnya keperawatan
komunitas.
b.
Dapat bekerja sama dengan masyarakat
menemukan masalah kesehatan serta pemecahan masalah kesehatan.
c.
Dapat membina hubungan yang baik antara
institusi pendidikan keperawatan, instistusi pelayanan kesehatan serta
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
d.
Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
tentang arti pentingnya kesehatan secara individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat.
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTEK
Praktek Profesi keperawatan Komunitas
dilaksanakan di lingkungan RW VI Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala, mulai
tanggal 11 April 2016 sampai 22 Mei
2016.
E. RANCANGAN KEGIATAN
1.
Observasi
Proker Praktik Sebelumnya
Melakukan
wawancara dengan masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan petugas Puskesmas
serta mengobservasi lingkungan pemukiman di wilayah RW 6.
2.
MMD I
(pertemuan I)
a.
Perkenalan dan penjelasan tentang
pelaksanaan PPKK mahasiswa Profesi Ners STIkes Mega Rezky Makassar angkatan VI
Gelombang I pada masyarakat.
b.
Melakukan survei/orientasi batas-batas
wilayah RW 6 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala.
3.
Pendataan RW ( RT 01, 02, 03 dan 04 )
4.
Tabulasi hasil pendataan
5.
MMD II
(pertemuan II)
a.
Mendiskusikan rencana tindakan / solusi
dari permasalahan kesehatan yang di temukan yang telah dianalisis sebelumnya.
b.
Pelaksanaan
Rencana Tindakan ( Proker )
Masyarakat bersama
mahasiswa melaksanakan tindakan kesehatan yang telah direncanakan.
6.
MMD III
(pertemuan III)
Evaluasi
dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat bersama mahasiswa.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KONSEP
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menurut WHO
(1959) keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Model
keperawatan komunitas disusun mengacu kepada model atau teori keperawatan dan
teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat. Banyak para pakar atau ahli
mendefinisikan tentang keperawatan komunitas, diantaranya menurut Chang (1982), keperawatan komunitas
adalah menyeluruh mampu berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk
memecahkan masalah pada masyarakat tersebut.Sedangkan Ruth B. Freeman (1981), mendefinisikan perawatan komunitas adalah
kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus
atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan
untuk masyarakat.
Keperawatan
komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan
kepada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk
menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas.Banyak konseptual
model keperawatan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah Betty
Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Model teori
Neuman di dasari oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau
kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan.Keseahatan
masyarakat di tentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan
lingkungan serta tenaga kesehatan untuk mealakukan tiga tingkat pencegahan
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.
Pencegahan primer
Pencegahan
primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya.
Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko
terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan
dalam komunitas. Pencegahan
ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan
pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan di temukannya
masalah kesehatan.Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi
yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan
penyakit.
3.
Pencegahan tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk
mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh.
Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat
proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat yang
berfungsi optimal dari ketidakmampuannya. Model teori Neuman menggambarkan
bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra
struktur) dan mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural,
perkembangan dan spritual.
Pada dasarnya keperawatan kesehatan masyarakat
merupakan sintesa dari konsep keperawatan dengan konsep kesehatan masyarakat
serta didukung oleh ilmu-ilmu lain. Keperawatan kesehatan komunitas terdiri
dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata
memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata
tersebut sebagai berikut:
1. Keperawatan
adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dapat dipengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam system hayati tubuh
manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat ekosistem.
2. Kesehatan
adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
system hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat system
tubuh.
3. Komunitas
adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan
dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan memenuhi
keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
B.
PARADIGMA
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Paradigma
keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan&Dawkins,1987).Paradigma
keperawatan komunitas mamandang manusia sebagai mahluk biopsikososial dan
spiritual yang utuh serta unik, dalam arti merupakan satu kesatuan yang utuh
dari aspek jasmani rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan
sesuai tingkat perkembangannya.
Manusia
selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain
dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia secara terus menerus menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungan
sekitarnya dan selalu berusaha beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan.
Manusia
sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu
sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai
kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, psikologi, dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien atau klien.
2. Keluarga
sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang
berhubungan erat secara terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama didalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi lingkup
kebutuhan dasar manusia yaitu fisiologi, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga sebagai
salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu:
a.
Keluarga adalah unit utama dalam
masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b.
Keluarga sebagai kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, ataupun memperbaiki serta mengabaikan masalah kesehatan
didalam kelompoknya sendiri. Masalah kesehatan didalam keluarga saling
berkaitan. Penyakit yang diderita salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
Peran dari anggota-anggota keluarga akan mengalami perubahan, bila salah satu
anggota mengalami sakit.
c.
Disisilain status kesehatan dari klien
juga sebagian akan ditentukan oleh kondisi keluarganya.
3. Masyarakat
sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat
oleh suatu identitas bersama. Bersama memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar
warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.Kesehatan dalam keperawatan
kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan
fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruksi dan produktif. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan
proses keperatawan untuk mencapai kesehatan yang optimal.
C.
TUJUAN
KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
1. Tujuan
Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan
masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan
Khusus
a. Dipahaminya
pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya
kemampuan induvidu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya
perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya
kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan dirumah, dipanti dan dimasyarakat.
e. Tertanganinya
kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan usaha keperawatan
dirumah.
f. Terlayaninya
kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan
penanganan dan asuhan keperawatan dirumah, dan di Puskesmas.
g. Teratasi
dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan
sehat optimal.
D.
SASARAN
KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
Sasaran
keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan
ibu hamil.
Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan
komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat
Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada
individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil
dll) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian
pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat
Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
a.
Keluarga yang belum terjangkau pelayanan
kesehatan yaitu keluarga dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatus, balita tertentu, penyakit
kronis menular yang tidak bisa di intervensi oleh program, penyakit endemis,
penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental
atau fisik)
b.
Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu
keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat
ataupun kurang energi kronis, keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti
pendarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
neonatus BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
c.
Keluatga dengan tindak lanjut perawatan
1) Drop
out tertentu seperti ibu hamil, bayi, balita, dengan keterlambatan tumbuh
kembang, penyakit kronis atau endemis.
2) Kasus
pasca keperawatan seperti kasus pasca perawatan yang dirujuk dari institusi
pelayanan kesehatan kasus katarak yang dioperasi di Puskesmas atau persalinan
dengan tindakan.
3. Tingkat
Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada
individu, keluarga dilihat sebagai atau kesatuan dalam komunitas.Asuhan ini
diberikan untuk kelompok berisiko atau untuk masyarakat wilayah binaan dengan
memandang komunitas sebagai klien.Individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik yang sehat atau yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan karena
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan.
E.
KARAKTERISTIK
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan
komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang
diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok. Focus pelayanan utama adalah
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan
secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat,
klien memiliki otonomi yang tinggi, focus perhatian dalam pelayanan keperawatan
lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi
interdisiplin, perawat secara langsung dapat mengkaji dan mengintervensi klien
dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.
F.
PERAN
PERAWAT KOMUNITAS
1. Pemberi
Pelayanan Keperawatan Secara Langsung
Perawat dalam memberikan pelayanan selalu melibatkan
klien dalam setiap proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Selain itu perawat juga menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dan
intervensi yang sifatnya preventif.Intervensi dilakukan dengan memberikan
pelayanan primer yang mencakup perawatan fisik, dukungan emosional, serta
pembelajaran kepada klien.Pemberian pelayanan biasanya dilakukan ditatanan
rumah, sekolah, klinik maupun tempat kerja.
2. Pemberi
Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pelayanan keperawatan komunitas diberikan dengan
menerapkan proses keperawatan komunitas dalam menyelesaikan masalah kesehatan
komunitas. Proses ini dapat diselenggarakan secara mandiri dan bekerjasama
dengan tim kesehatan lainnya, dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dan
penerima pelayanan.
3. Penemu
Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting
adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mendeteksi
keadaan serta tanda-tanda dini masalah kesehatan melalui hubungan atau kontak
yang terus menerus dengan klien sebagai penerapan metode epidemiologis.
4. Pendidik
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan
informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya.Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.Selama belajar
perawat mengevaluasi umpan balik dari klien.Kegiatan pendidikan kesehatan dapat
dilaksanakan ditiap tingkatan pelayanan kesehatan masyarakat.Isi pendidikan kesehatan
berbeda-beda sesuai dengan masalah dan situasi yang ada.
5. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak
dapat bicara untuk dirinya. Perawat juga memberikan perlindungan kepada klien
untuk mendapatkan hak yang sama dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan
klien yang lainnya. Pelayanan yang diberikan merupakan upaya bersama dengan
disiplin lain mulai dari penentuan tujuan, dan penyusunan rencana dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Manajemen
Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang
bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
7. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan
pelayanan Rumah sakit atau anggota Tim kesehatan yang optimal.Kolaborasi
dimulai dengan menjalin penerimaan, kepercayaan, saling bertukar informasi,
menyusun tujuan bersaman mengontrol diri dan interdependen sebagai bagian
klien.
8. Konselor
Perawat sebagai narasumber bagi klien didalam
mengatasi masalah kesehatan.Perawat memberikan alternative pemecahan masalah
berkaitan dengan masalah yang dihadapi klien tanpa harus ikut serta dalam
pengambilan keputusan. Kegiatan konseling membawa klien kearah proses pemecahan
masalah. Keputusan yang diambil dalam menentukan tindakan yang sesuai dengan
masalahnya ditentukan oleh klien sendiri.
9. Panutan
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi
panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai
dengan peran yang diharapkan. Dapat menjalankan kegiatannya dengan baik apabila
perbuatannya sesuai dengan apa yang dikatakannya. Perawat dituntut berperilaku
sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
10. Peneliti
Peneliti dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan
dasar dari praktek keperawatan.Penelitian juga dapat menunjang pengembangan
metode dan teknik baru dalam pemberian asuhan keperawatan.Keperawatan kesehatan
komunitas juga turut serta dalam penelitian atau studi kesehatan masyarakat
yang ada kaitannya dengan tugas keperawatan kesehatan komunitas.
11. Pembaharu
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai
agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat terutama
dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan.
G.
ASUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan
komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang di dasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi (keluarga resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin atau tidak
terjangkau), dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan perawatan
dan rehabilitasi.Pelayan yang diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayan keperawatan.
Keperawatan
komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang
diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan
sifat asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam
keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan, kelompok kerja
komunitas.Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui
pendidikan kesehatan, tekhnologi tepat guna serta memanfaatkan kebijakan
pemerintah.
Keperawatan
komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi masalah kesehatan
sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan
menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima
tahap sebagai berikut :
1.
Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc.Forlace
(1985), yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi,
nilai-nilai keyakinan, riyawat individu termasuk riwayat kesehatan,
faktor-faktor lingkungan adalah : Lingkungan fisik, pendidikan, keamanan,transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunitas dan
rekreasi.
Semua aspek ini dikaji
melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara
dangan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2.
Analisa
data dan diagnosa keperawatan
Dari
hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk mengetahui
stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang muncul dalam
masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan
menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a. Masalah
sehat sakit
b. Karakteristik
populasi
c. Karakteristik
lingkungan
3.
Perencanaan
(Intervensi)
Strategi intervensi
keperawatan komunitas mencakup tiga aspek yaitu : primer, sekunder, dan
tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerja sama dan proses kelompok serta
mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang
dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan
pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut
Rhotman (1968), ada tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu
pendekatan perencanaan sosial (sosial
planning), pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dan pendekatan social action, namun yang dominasi adalah dengan pendekatan locality development yang berarti
mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki,
serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan
masyarakat (locality development)
dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat
dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif
dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4.
Pelaksanaan
(Implementasi)
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas
berfokus pada tiga tingkat pencegahan (Anderson
dan Mc. Forlane, 1985) :
a. Pencegahan
Primer
Pencegahan
primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum sakit.Pencegahan ini mencakup
peningkatan kesehatan dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan
Sekunder
Menekankan pada diagnosa
dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan,
sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimulai
pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibel). Kegiatan
rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses penyakit juga mengembalikan
individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk
pencapaian tujuan dengan cara :
1) Aktivitas
kegiatan program
2) Pembentukan
Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES)
5.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program kesehatan yang
telah dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan (proses), hasil
(output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah :
a. Relevansi
antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b. Perkembangan
atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran
serta staf atau pelaksana tindakan fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi
biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efektifitas
kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah masyarakat merasa puas.
e. Dampak
: Apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi.
Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan
komunitas yang telah dipelajari, maka mahasiswa melakukan praktek keperawatan
di RW 6 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala. Laporan kegiatan praktek
mahasiswa akan dilaporkan
secara rinci pada BAB berikut.
BAB
III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Berdasarkan
data primer dan sekunder yang diperoleh dari pendataan langsung mahasiswa
program profesi Ners STIKes Mega Rezky Makassar pada tanggal 14-15 April 2016,
jumlah kepala keluarga sekitar RW 06 RT 03 kurang lebih 50 namun yang didata
hanya 38 kepala keluarga dengan alasan terdapat beberapa rumah yang tidak
ditemui pemiliknya dan tidak mau didata, jadi jumlah jiwa yang didapat sekitar
176 jiwa.
Tabel
3.1
Distribusi
Jumlah Status Kepala Keluarga Di RW 06 RT
03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Hubungan
dengan KK
|
Frekuensi
|
%
|
KK
|
38
|
21,6
|
Istri/Suami
|
37
|
21,1
|
Anak
|
96
|
54,5
|
Cucu
|
3
|
1,7
|
Family
|
2
|
1,1
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 175 warga di RT 03, data status
kepala keluarga yang tertinggi adalah anak dengan jumlah 9 (54,5%) dan yang
terendah adalah family dengan jumlah 2 (1,1%).
Tabel 3.2
Distribusi Jumlah Kelompok Umur
Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Kelompok Usia
|
Frekuensi
|
%
|
0-11
bulan
|
4
|
2,3
|
1-5
tahun
|
20
|
11,4
|
6-12
tahun
|
33
|
18,8
|
13-18
tahun
|
21
|
11,9
|
19-25
tahun
|
26
|
14,8
|
26-35
tahun
|
28
|
15,9
|
36-45
tahun
|
27
|
15,3
|
46-54
tahun
|
10
|
5,7
|
55-59
tahun
|
-
|
-
|
60-69
tahun
|
7
|
4,0
|
>
70 tahun
|
-
|
-
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data kelompok
usia yang tertinggi adalah usia 26-35 tahun dengan jumlah 28 (15,9%) dan yang
terendah adalah usia 0-11
bulan
dengan jumlah 4 (2,3%).
Tabel 3.3
Distribusi Jumlah Jenis Kelamin
Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
Laki-laki
|
91
|
51,7
|
Perempuan
|
85
|
48,3
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data jenis
kelamin yang tertinggi adalah laki-laki dengan jumlah 91 (51,7%) dan yang
terendah adalah perempuan dengan jumlah 85 (48,3 %).
Tabel 3.4
Distribusi Jumlah Pekerjaan Di RW
06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
%
|
IRT
|
27
|
15,3
|
Pelajar
|
69
|
39,2
|
Buruh
harian lepas
|
24
|
13,6
|
Tidak
bekerja
|
16
|
9,1
|
Peg.
Swasta
|
19
|
10,8
|
Petani
|
9
|
5,1
|
Pedagang/penjual
|
9
|
5,1
|
Tukang
|
2
|
1,1
|
Sopir
|
1
|
0,6
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data pekerjaan
yang tertinggi adalah pelajar dengan jumlah 69 (39,2%) dan yang terendah adalah
sopir dengan jumlah 1 (0,6%).
Tabel 3.5
Distribusi Jumlah Pendidikan Di
RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
Belum
sekolah
|
25
|
14,2
|
Tidak
tamat SD/MI
|
3
|
1,7
|
SD/MI
|
58
|
33,0
|
SMP/Mts
|
38
|
21,6
|
SMA/MA
|
47
|
26,7
|
Diploma/S1
|
5
|
2,8
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data pendidikan
yang tertinggi adalah SD/MI dengan jumlah 58 (33,0%) dan yang terendah adalah
tidak tamat SD/MI dengan jumlah 3 (1,7%).
Tabel 3.6
Distribusi Jumlah Penyakit 6
Bulan Terakhir Di RW 06 RT 03 Kelurahan
Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Penyakit 6 Bulan Terakhir
|
Frekuensi
|
%
|
Tidak
ada keluhan
|
47
|
26,7
|
Batuk/pilek
|
12
|
6,8
|
Demam>=5
hari
|
9
|
5,1
|
Demam<
3 hari
|
13
|
7,4
|
DBD
|
7
|
4,0
|
Kelainan
kulit/bercak
|
3
|
1,7
|
Diare
|
20
|
11,4
|
Pegal
linu
|
21
|
11,9
|
Sakit
kepala
|
19
|
10,8
|
Sakit
ulu hati
|
6
|
3,4
|
Sesak
nafas
|
8
|
4,5
|
Lainnya
|
11
|
6,2
|
Total
|
176
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 176 warga di RT 03, data penyakit 6
bulan terakhir yang tertinggi adalah tidak ada keluhan dengan jumlah 47 (26,7%)
dan yang terendah adalah kelainan kulit/bercak dengan jumlah 3 (1,7%).
Table 3.7
Distribusi Jumlah Sumber Air Bersih
Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Sumber Air Minum
|
Frekuensi
|
%
|
PAM
|
13
|
34,2
|
Sumur
tembok
|
17
|
44,7
|
Sumur
tidak tembok
|
6
|
15,8
|
Pompa/Mesin
|
2
|
5,3
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data sumber air
bersih yang tertinggi adalah sumur tembok dengan jumlah 17 (44,7%) dan yang
terendah adalah pompa/mesin dengan jumlah 2 (5,3%).
Table 3.8
Distribusi Jumlah Kondisi Fisik Air Di RW
06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Kondisi Fisik Air
|
Frekuensi
|
%
|
Berbau
|
6
|
15,8
|
Berasa
|
7
|
18,4
|
Keruh
|
3
|
7,9
|
Tidak
berbau
|
9
|
23,7
|
Jernih
|
13
|
34,2
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data kondisi fisik
air yang tertinggi adalah jernih dengan jumlah 13 (34,2%) dan yang terendah
adalah keruh dengan jumlah 3 (7,9%).
Table 3.9
Distribusi Jumlah Jarak Sumber Air Di RW 06 RT
03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Jarak Sumber Air
|
Frekuensi
|
%
|
1
meter
|
9
|
23,7
|
2
meter
|
5
|
13,2
|
3
meter
|
11
|
28,9
|
4
meter
|
5
|
13,2
|
5
meter
|
8
|
21,1
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jarak sumber
air yang tertinggi adalah 3 meter dengan jumlah (28,9%) dan yang terendah
adalah 2 meter dengan jumlah 5 (13,2%).
Table 3.10
Distribusi Jumlah Masak Air Minum
Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Masak Air Minum
|
Frekuensi
|
%
|
Tidak
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel atas menunjukkan bahwa dari 33 KK di RT 03, semua tidak memasak
air minum.
Table 3.11
Distribusi Jumlah Masak air
minum Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Alasan Tidak
|
Frekuensi
|
%
|
Air
gallon
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa
dari 38 KK di RT 03, semua warga minum air galon.
Table 3.12
Distribusi Jumlah Tempat
Penampungan Air Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Tempat Penampungan Air
|
Frekuensi
|
%
|
Tertutup
|
22
|
57,9
|
Terbuka
|
16
|
42,1
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data tempat penampungan air yang tertinggi adalah
tertutup dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah terbuka dengan
jumlah 16 (42,1%).
Table
3.13
Distribusi
Jumlah Membersihkan Tempat Penampungan Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Frekuensi
Membersihkan Penampungan
|
Frekuensi
|
%
|
1 minggu
|
18
|
47,4
|
2 minggu
|
13
|
34,2
|
3 minggu
|
7
|
18,4
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data membersihkan
penampungan tertinggi adalah 1 minggu dengan jumlah 18 (47,4%) dan yang
terendah 3 minggu dengan jumlah 7 (18,4%).
Table
3.14
Distribusi
Jumlah Ada Jamban Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
jamban
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki
jamban.
Table
3.15
Distribusi
Jumlah Jenis Jamban Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis
Jamban
|
Frekuensi
|
%
|
Leher Angsa
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki jenis
jamban leher angsa.
Table
3.16
Distribusi
Jumlah SPAL Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
SPAL
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
23
|
60,5
|
Tidak
|
25
|
39,5
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data SPAL yang
tertinggi adalah tidak dengan jumlah 25 (39,5%) dan yang terendah ya dengan
jumlah 23 (60,5%).
Table
3.17
Distribusi
Jumlah Pembuangan Limbah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pembuangan
Limbah
|
Frekuensi
|
%
|
Dialirkan ke got
|
18
|
47,4
|
Dialirkan disawah
|
20
|
52,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data pembuangan
limbah yang tertinggi adalah dialirkan disawah dengan jumlah 20 (52,6%) dan
yang terendah adalah dialirkan ke got dengan jumlah 18 (47,4%).
Table 3.18
Distribusi
Jumlah Tempat Sampah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tempat
Sampah Sesuai Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
19
|
50,0
|
Tidak
|
19
|
50,0
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data tempat sampah
yang sesuai kesehatan adalah sama dengan jumlah 19 (50,0%)
Table
3.19
Distribusi
Jumlah Buang Sampah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Dimana
Membuang Sampah
|
Frekuensi
|
%
|
Ditempat sampah
|
16
|
42,1
|
Dibakar
|
22
|
57,9
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data buang sampah
yang tertinggi adalah dibakar dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah
ditempat sampah dengan jumlah 16 (42,1%).
Table
3.20
Distribusi
Jumlah Kepemilikan Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Status
kepemilikan rumah
|
Frekuensi
|
%
|
Milik pribadi
|
33
|
86,8
|
Kontrak
|
3
|
5,3
|
Menumpang
|
3
|
7,9
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data Kepemilikan
rumah yang tertinggi adalah milik pribadi dengan jumlah 33 (86,8%) dan yang
terendah adalah kontrak dan menumpang dengan jumlah 3 (7,9%).
Table
3.21
Distribusi
Jumlah Jenis Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis
Rumah
|
Frekuensi
|
%
|
Permanen
|
14
|
36,8
|
Semi permanen
|
24
|
63,2
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jenis rumah
yang tertinggi adalah semi permanen dengan jumlah 24 (63,2%) dan yang terendah
adalah permanen dengan jumlah 14 (36,8%).
Table
3.22
Distribusi
Jumlah Ventilasi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
ventilasi
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua memiliki
ventilasi.
Table
3.23
Distribusi
Jumlah Pencahayaan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
pencahayaan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua pencahayaan
dirumah.
Table
3.24
Distribusi
Jumlah Keadaan Rumah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Keadaan
Dalam Rumah Bersih
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
22
|
57,9
|
Tidak
|
16
|
42,1
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data keadaan rumah
yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah tidak
dengan jumlah 16 (36,8%).
Table
3.25
Distribusi
Jumlah Pekarangan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
pekarangan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
18
|
47,4
|
Tidak
|
20
|
52,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data perkarangan
yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah adalah
ya dengan jumlah 18 (47,4%).
Table
3.26
Distribusi
Jumlah Pekarangan Dimanfaatkan Di RW 06 RT 03
Kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Apakah
Dimanfaatkan Pekarangan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
18
|
47,4
|
Tidak
|
20
|
52,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data dimanfaatkan
perkarangan yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang
terendah adalah ya dengan jumlah 18 (47,4%).
Table
3.27
Distribusi
Jumlah Manfaat Pekarangan Di RW 06 RT 03
Kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Memanfaatkan
Pekarangan
|
Frekuensi
|
%
|
Ditanami sayur dan buah
|
7
|
18,4
|
Ditanami bunga
|
11
|
28,9
|
Tidak dimanfaatkan
|
20
|
52,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data manfaat
perkarangan yang tertinggi adalah tidak dimanfaatkan dengan jumlah 20 (52,6%)
dan yang terendah adalah Ditanami sayur dan buah dengan jumlah 7 (18,4%).
Table
3.28
Distribusi
Jumlah Vektor Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Vektor Berbahaya Bagi Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Lalat
|
16
|
42,1
|
Nyamuk
|
22
|
57,9
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data vector yang
tertinggi adalah nyamuk dengan jumlah 22 (57,9%) dan yang terendah adalah lalat
dengan jumlah 16 (42,1%).
Table
3.29
Distribusi
Jumlah JPKM Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Ada
JPKM Dana Sehat
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
23
|
60,5
|
Tidak
|
15
|
39,5
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jkm yang
tertinggi adalah ya dengan jumlah 23 (60,5%) dan yang terendah adalah tidak
dengan jumlah 15 (39,5%).
Table
3.30
Distribusi
Jumlah Pestisida Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Menggunakan
Pestisida
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
9
|
23,7
|
Tidak
|
29
|
76,3
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data Peptisida yang
tertinggi adalah tidak dengan jumlah 29 (76,3%) dan yang terendah adalah ya
dengan jumlah 9 (23,7%).
Table
3.31
Distribusi
Jumlah Alat Pelindung diri Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Menggunakan
Alat Bantu Penyemprotan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
5
|
13,2
|
Tidak
|
33
|
86,8
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data APD yang
tertinggi adalah tidak dengan jumlah 33 (86,8%) dan yang terendah adalah ya
dengan jumlah 5 (13,2%).
Table
3.32
Distribusi
Jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi Di RW 06 RT 03
Kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Menggunakan
Alat Kontrasepsi
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
18
|
47,4
|
Tidak
|
20
|
31,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data alat
kontrasepsi yang tertinggi adalah tidak dengan jumlah 20 (31,6%) dan yang terendah
adalah ya dengan jumlah 18 (47,4%).
Table
3.33
Distribusi
Jumlah Jenis Kontrasepsi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis
Kontrasepsi
|
Frekuensi
|
%
|
Suntik
|
6
|
15,8
|
Pil
|
12
|
31,6
|
Kb alami
|
20
|
52,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jenis
kontrasepsi yang tertinggi adalah kb alami dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang
terendah adalah suntik dengan jumlah 6 (15,8%).
Table
3.34
Distribusi
Jumlah Informasi Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Dapat Informasi Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
20
|
52,6
|
Tidak
|
18
|
47,4
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data informasi
kesehatan yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 20 (52,6%) dan yang terendah
adalah tidak dengan jumlah 18 (47,4%).
Table
3.35
Distribusi
Jumlah Pemeriksaan Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Dimana
Periksa Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
PKM
|
25
|
65,8
|
RS
|
6
|
15,8
|
Dokter praktek
|
7
|
18,4
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data pemeriksaan
kesehatan yang tertinggi adalah PKM dengan jumlah 25 (65,8%) dan yang terendah
adalah RS dengan jumlah 6 (15,8%).
Table
3.36
Distribusi
Jumlah Tanggapan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tanggapan
Terhadap Petugas Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Baik
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua tanggapan
warga terhadap petugas kesehatan baik.
Table
3.37
Distribusi
Jumlah Kunjungan Petugas Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Pernah Dikunjungi Petugas Kesehatan
|
Frekuensi
|
%
|
Tidak
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, semua tidak pernah
dikunjungi oleh petugas kesehatan.
Table
3.38
Distribusi
Jumlah Jentik Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Ada Jentik Pada Penampungan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
13
|
34,2
|
Tidak
|
25
|
65,8
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data jentik yang
tertinggi adalah tidak dengan jumlah 25 (65,8%) dan yang terendah adalah ya
dengan jumlah 13 (34,2%).
Table
3.39
Distribusi
Jumlah DBD Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Ada Penderita DBD Setahun Terakhir
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
7
|
18,4
|
Tidak
|
31
|
81,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 38 KK di RT 03, data DBD yang
tertinggi adalah tidak dengan jumlah 31 (81,6%) dan yang terendah adalah ya
dengan jumlah 7 (18,4%).
Table
3.40
Distribusi
Jumlah Menu Makanan Tiap Hari Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Menu Harian Ada Sayur & Lauk
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
38
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa
dari 38 KK di RT 03, semua menu makanan tiap hari adalah sayur dan lauk pauk.
Table
3.41
Distribusi
Jumlah Umur Balita Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur
Balita
|
Frekuensi
|
%
|
1 tahun
|
5
|
25,0
|
2 tahun
|
5
|
25,0
|
3 tahun
|
3
|
15,0
|
4 tahun
|
4
|
20,0
|
5 tahun
|
3
|
15,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data umur yang
paling tertinggi adalah 1 dan 2 tahun dengan jumlah 5 (25,0%) dan yang terendah
3 dan 5 tahun dengan jumlah 3 (15,0%).
Table
3.42
Distribusi
Jumlah Jumlah Kelamin Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis
Kelamin Balita
|
Frekuensi
|
%
|
Laki-laki
|
8
|
40,0
|
Perempuan
|
12
|
60,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data jenis
kelamin balita yang paling tertinggi adalah perempuan dengan jumlah 12 (60,0%)
dan yang terendah laki-laki dengan jumlah 8 (40,0%).
Table
3.43
Distribusi
Jumlah Berat Badan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Berat
Badan balita
|
Frekuensi
|
%
|
6-9 kg
|
9
|
45,0
|
10-13 kg
|
8
|
40,0
|
14-17 kg
|
3
|
15,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data berat badan
balita yang paling tertinggi adalah 6-9 kg dengan jumlah 9 (45,0%) dan yang
terendah 14-17 kg dengan jumlah 3 (15,0%).
Table
3.44
Distribusi
Jumlah Imunisasi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Pernah Di Imunisasi
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
20
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, semua pernah
diimunisasi.
Table 3.45
Distribusi Jumlah Jenis Imunisasi
Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan
Manggala Kota Makassar 2016
Imunisasi
|
Memperoleh
|
%
|
Total
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||
BCG
|
20
|
-
|
100,0
|
-
|
100,0
|
DPT
1
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
DPT
2
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
DPT
3
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Polio
1
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Polio
2
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Polio
3
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Polio
4
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Campak
|
18
|
2
|
90,0
|
10,0
|
100,0
|
Hepatitis
|
19
|
1
|
95,0
|
5,0
|
100,0
|
Jumlah
|
20
|
100,0
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data tertinggi
yaitu balita yang mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah 18 orang (90,0%) dan
data yang terendah yaitu balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap dengan
jumlah 2 orang (10,0%).
Table
3.46
Distribusi
Jumlah Asi Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
ASI
Eklusif
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
16
|
80,0
|
Tidak
|
4
|
20,0
|
Total
|
20
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 balita di RT 03, data Asi yang
tertinggi adalah ya dengan jumlah 16 (80,0%) dan yang terendah adalah tidak
dengan jumlah 2 (20,0%).
Table
3.47
Distribusi
Jumlah Umur Bayi Hari Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur
bayi
|
Frekuensi
|
%
|
1 bulan
|
1
|
25,0
|
2 bulan
|
1
|
25,0
|
4 bulan
|
1
|
25,0
|
10 bulan
|
1
|
25,0
|
Total
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa
dari 4 jumlah bayi di RT 03, yang berumur 1 bulan berjumlah 1 orang (25,0%),
umur 2 bulan 1 orang (25,0%), umur 4 bulan 1 orang (25,0%) dan umur 10 bulan 1
orang (25,0%).
Table
3.48
Distribusi
Jumlah Jenis Kelamin Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Jenis
kelamin Bayi
|
Frekuensi
|
%
|
Laki-laki
|
1
|
25,0
|
Perempuan
|
3
|
75,0
|
Total
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data jenis
kelamin bayi yang tertinggi adalah perempuan dengan jumlah 3 (75,0%) dan yang
terendah adalah laki-laki dengan jumlah 1 (25,0%).
Table 3.49
Distribusi
Jumlah Berat Badan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Berat
Badan Bayi
|
Frekuensi
|
%
|
1-3 kg
|
1
|
25,0
|
4-5 kg
|
2
|
50,0
|
> 6 kg
|
1
|
25,0
|
Total
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data berat
badan bayi yang tertinggi adalah 4-5 kg dengan jumlah 2 (50,0%) dan yang
terendah adalah 1-3 kg dan > 6 kg dengan jumlah 1 (25,0%).
Table 3.50
Distribusi
Pemeriksaan K4 Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Pemeriksaan
K4 Lengkap
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua
melakukan pemeriksaan K4.
Table
3.51
Distribusi
Jumlah Penolong Persalinan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Penolong
Persalinan
|
Frekuensi
|
%
|
Tenaga kesehatan (dokter/Bidan)
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua
.melakukan penolong persalinan di petugas kesehatan.
Table
3.52
Distribusi
Jumlah Tempat Persalinan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Tempat
Persalinan
|
Frekuensi
|
%
|
RS
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, data tempat
persalinan semua di Rumah Sakit.
Table
3.53
Distribusi
Jumlah Neonatus Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Neonatus
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
4
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah bayi di RT 03, semua neonatus
pernah di periksa petugas kesehatan.
Table
3.54
Distribusi
Jumlah Anak Sulit Makan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Anak Sulit Makan
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
32
|
59,3
|
Tidak
|
22
|
40,7
|
Total
|
54
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data
anak sulit makan yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 32 (59,3%) dan yang terendah
adalah tidak dengan jumlah 22 (40,7%).
Table
3.55
Distribusi
Jadwal Harian Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apakah
Anak Memiliki Jadwal Harian
|
Frekuensi
|
%
|
Ya
|
39
|
72,2
|
Tidak
|
15
|
27,8
|
Total
|
54
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data
anak memiliki jadwal harian yang tertinggi adalah ya dengan jumlah 39 (72,2%)
dan yang terendah adalah tidak dengan jumlah 15 (27,8%).
Table 3.56
Distribusi
Jumlah Masalah Anak/Remaja Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Masalah
Yang Sering Dialami Anak/Remaja
|
Frekuensi
|
%
|
Sulit belajar
|
22
|
40,7
|
Kurang bisa bergaul
|
15
|
27,8
|
Kurang PD
|
3
|
5,6
|
Lain-lain
|
14
|
25,9
|
Total
|
54
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data
masalah yang sering dialami yang tertinggi adalah sulit belajar dengan jumlah
22 (40,7%) dan yang terendah adalah kurang PD dengan jumlah 3 (5,6%).
Table
3.57
Distribusi Jumlah Yang Dilakukan Remaja Jika
Punya Masalah Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota
Makassar 2016
Jika
Punya Masalah Yang Dilakukan Anak/Remaja
|
Frekuensi
|
%
|
Bercerita ke teman/ orang lain/saudara
|
20
|
37,0
|
Bercerita kepada orang tua
|
26
|
48,1
|
Marah/mengamuk
|
7
|
13,0
|
Bermain
|
1
|
1,9
|
Total
|
54
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data
jika punya masalah yang tertinggi adalah bercerita kepada orang tua dengan
jumlah 26 (48,1%) dan yang terendah adalah bermain dengan jumlah 1 (1,9%).
Table
3.58
Distribusi
Jumlah Pemanfaatan Waktu Luang Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Waktu
Luang Anak/Remaja
|
Frekuensi
|
%
|
Karang taruna/organisasi sekolah
|
7
|
13,0
|
Masjid/keagamaan
|
16
|
29,6
|
Membantu ortu
|
18
|
33,3
|
Olahraga
|
5
|
9,3
|
Lain-lain
|
8
|
14,8
|
Total
|
54
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 54 anak atau remaja di RT 03, data
waktu luang yang tertinggi adalah membantu orang tua dengan jumlah 18 (33,3%)
dan yang terendah adalah olahraga dengan jumlah 5 (9,3%).
Table
3.59
Distribusi
Jumlah Umur Lansia Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Umur
Lansia
|
Frekuensi
|
%
|
55-59 tahun
|
-
|
-
|
60-69 tahun
|
7
|
100,0
|
> 70 tahun
|
-
|
-
|
Total
|
7
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03 berumur 60-69
tahun.
Table
3.60
Distribusi
Jumlah Tempat Pengobatan Penyakit Di RW 06 RT 03
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
Kota Makassar 2016
Dengan
Adanya Penyakit
|
Frekuensi
|
%
|
Berobat kesarana yankes
|
2
|
28,6
|
Berobat ke praktik tenaga kesehatan
|
3
|
42,9
|
diobati/diatasi sendiri
|
2
|
28,6
|
Total
|
7
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data penyakit
yang tertinggi adalah berobat ke praktik tenaga kesehatan dengan jumlah 3
(42,93%) dan yang terendah adalah Berobat kesarana yankes dan diobati/diatasi
sendiri dengan jumlah 2 (28,6%).
Table
3.61
Distribusi
Jumlah Pemeriksaan Kesehatan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Periksa
Kesehatan
|
Frekuensi
|
5
|
1x
|
1
|
14,3
|
Jika sakit saja
|
6
|
85,7
|
Total
|
7
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data pemeriksaan
kesehatan yang tertinggi adalah Jika sakit saja dengan jumlah 6 (85,7%) dan
yang terendah adalah 1 kali dengan jumlah 1 (14,3%).
Table
3.62
Distribusi
Jumlah Kegiatan Lansia Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Apa
kegiatan lansia
|
Frekuensi
|
%
|
Memelihara hewan
|
2
|
28,6
|
Menonton Tv
|
5
|
71,4
|
Total
|
7
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi
: dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data kegiatan
lansia yang tertinggi adalah menonton TV dengan jumlah 5 (71,4%) dan yang
terendah adalah Memelihara hewan dengan jumlah 2 (28,6%).
Table
3.63
Distribusi
Jumlah Bantuan yang dibutuhkan Di RW 06 RT 03 Kelurahan Tamangapa
Kecamatan Manggala Kota Makassar 2016
Bentuk
Bantuan Apa Yang Diharapkan Masyarkat
|
Frekuensi
|
%
|
Dana Sehat
|
2
|
28,6
|
Penyuluhan kesehatan
|
5
|
71,4
|
Total
|
7
|
100,0
|
Data
Primer April 2016
Interpretasi : dari tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 7 lansia di RT 03, data bantuan yang dibutuhkan yang
tertinggi adalah penyuluhan kesehatan dengan jumlah 5 (71,4%) dan yang terendah
adalah dana sehat dengan jumlah 2 (28,6%).
Setelah dilakukan survey dan analisa data
berdasarkan data pada bulan
April tahun 2016 diadakan pertemuan dan tukar pendapat bersama masyarakat
yang bertujuan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan
yang muncul dan bersama-sama dengan masyarakat untuk menetapkan
Plan Of Action dari masalah
yang muncul tersebut. Dari
hasil curah pendapat tersebut diatas,
maka dapat menentukan masalah yang benar – benar menjadi prioritas
di RW IV RT 03
Kelurahan Tamangapa, yaitu
: Masalah resiko terjadinya
penyakit DBD, Masalah potensial masyarakat dalam meningkatkan kesehatan balita, dengan analisa data
sebagai berikut :
NO
|
DATA
|
Penyebab
|
Diagnosa
Keperawatan
Komunitas
|
1
|
a. Vector nyamuk 47,6%
b. Dari 38 KK terdapat 22 KK yang lingkungannya kurang bersih bersih 57,9%
c. Jumlah penyakit yang diderita batuk 6,8% demam
<5 hari 5,1%, demam >3 hari 7,4%, DBD 4,0%, kelainan kulit 1,7%, diare 11,4%, pegal linu 11,4%, sakit kepala 10,8%, gastritis 3,4%, sesak napas 4,5%
|
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan
|
Resiko terjadinya penyakit DBD
pada masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa b/d kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam memelihara lingkungan
|
2
|
a.
Dari 176 jiwa terdapat
20 balita
b.
Dari 20 balita, 12 balita yang kurang nafsu makan
|
tingginya
kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
|
Potensial masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan
balita b/d tingginya kesadaran ibu
terhadap kesehatan balita
|
No
|
Diagnosa Keperawatan Komunitas
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Total skor
|
DX
|
||||
T
|
W
|
D
|
P
|
O
|
|||||||||||
1.
2.
|
Resiko terjadinya penyakit DBD
pada masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa b/d kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam memelihara lingkungan
Potensial masyarakat RT 03 RW 06 kel. Tamangapa dalam
meningkatkan kesehatan balita b/d tingginya
kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
|
1
1
|
2
1
|
3
1
|
2
1
|
1
1
|
3
1
|
1
1
|
1
1
|
1
1
|
2
1
|
2
1
|
1
1
|
20
12
|
1
2
|
Keterangan:
1.
Sesuai dengan peran perawat komunitas
2.
Jumlah
yang beresiko
3.
Besarnya resiko
4.
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5.
Minat masyarakat
6.
Kemungkinan untuk diatasi
7.
Sesuai dengan
program pemerintah
1.
SumberDaya
O
: Orang
P : Peralatan
D : Dana
W : Waktu
T
:Tempat
Lambang
Skor
1.
Kurang/sedikit
2.
Cukup
Baik/banyak
BAB
IV
PEMBAHASAN
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan
kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko
tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat
tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan informasi
yang valid dan akurat.
Melalui pengkaderan dan pembentukan kelompok kerja kesehatan
(POKJAKES) di RT 03 RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala
mulai tanggal 11 April 2016 sampai 21 Mei 2016, hingga melibatkan pihak terkait baik
pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan remaja sehingga dapat
diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung
pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan
pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi: Pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang
praktik keperawatan komunitas
1.
Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang
perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data
inti yang terdiri atas data demografi : umur. pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan
mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik
perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan
pemerintah tentang kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem
komunikasi dan ekonomi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan
metode wawancara serta observasi langsung berdasarkan format pengkajian .
Analisis Swot :
1.
Strength / kekuatan
a.
Mahasiswa
telah dibekali pengetahuan tentang
teori-teori pengkajian komunitas semasa di bangku perkuliahan.
b.
Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif
dari seluruh masyarakat kelurahan
tamangapa, termasuk para tokoh
pemuda, tokoh agama, dan seluruh pengurus pokjakes/kader Kesehatan, pihak
puskesmas serta aparat pemerintah.
2.
Weakness / kelemahan
Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang
diperoleh hal ini diakibatkan kurang efektifnya bahasa, tingkat pendidikan rendah
yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan,
Kepala keluarga yang tidak ada pada saat pendataan, dan lingkungan yang
berjauhan dan keadaan jalan yang kurang baik untuk di tempuh dengan
kendaraan sehingga menyulitkan
pendataan.
3.
Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik
dari masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat akan petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan
4.
Threat / ancaman
a.
Adanya miskomonikasi yang menjadikan kesalahan
dalam interpretasi data
b. Jawaban hasil pendataan yang mungkin tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena bersifat subjektif.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
adalah respon individu atau kelompok terhadap masalah kesehatan baik yang
aktual maupun yang potensial. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan baik yang ditemukan saat pengkajian (aktual), maupun
yang mungkin timbul kemudian (potensial) dan diatasi dengan tindakan
keperawatan. Diagnosa keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan
intervensi keperawatan.
Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan di RT 02 RW
06 kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala ditemukan limadiagnosa antara lain:
a.
Resiko terjadinya penyakit DBD
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan.
b. Potensial
masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan
dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan
tahapan yang sangat penting dari proses keperawatan dimana setelah dianalisa
dan skoring masalah kemudian ditentukan rencana tindakan guna penyelesaian
masalah.
Perencanaan keperawatan
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dibuat dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Adapun rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup:
1.
Perumusan tujuan
2.
Rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan, dan
3.
Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Berikut gambaran Analisis
SWOT untuk melihat secara nyata faktor pendukung dan penghambat perencanaan
keperawatan komunitas.
Analisis SWOT :
a.
Kekuatan pada
perencanaaan ini adalah motivasi dari pemerintah setempat, puskesmas, kader
kesehatan , Pokjakes dan beberapa tokoh
masyarakat dan tokoh agama serta remaja mesjid untuk mewujudkan apa yang telah
direncanakan, terbukti adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut serta menjadi
anggota dalam Pokjakes, bantuan materil,
tenaga dan tempat.
b.
Kelemahan pada
perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana (donator) yang dapat bertanggung
jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga
beberapa metode tepat guna disiapkan untuk menghadapi kendala dana tersebu
c.
Kesempatan dalam
perencanaan ini adalah banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang direncanakan sehingga mereka menyempatkan diri sebagai
penanggung jawab dalam beberapa kegiatan. Bantuan dari puskesmas dan pihak
terkaitpun didapatkan berupa kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang
telah direncanakan.
d.
Ancaman pada
perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam
pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan sebagai
petani, buruh, PNS dan swasta, dll,
mungkin beberapa diantara mereka pergi ke kebun atau ke sawah, faktor
cuaca (musim hujan). Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat
dipastikan dari saat penyusunan perencanaan ini.
4.
Implementasi
Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang
ada.
Masalah
kesehatan I : Resiko terjadinya penyakit DBD
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Analisis
SWOT :
a.
Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi
masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan Pokjakes,
pemerintah setempat dan tokoh masyarakat dalam memotivasi masyarakat untuk
berperan serta aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan serta bantuan pihak
puskesmas.
b.
Kelemahannya adalah kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berpartisifasi dalam hal kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan kelurahan tamangapa.
c.
Kesempatan yang diperoleh adalah
sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya
penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
d.
Ancaman dalam kegiatan ini adalah
kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program kegiatan yang
dilaksanakan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan
keadaan cuaca yang kurang bersahabat (musim hujan).
Masalah kesehatan II : Potensial
masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan
dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
Analisis
SWOT :
a.
Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi
masalah kesehatan ini adalah dukungan masyarakat, Kader dan tokoh masyarakat
dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
b. Kelemahannya kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan penyakit yang diderita ke pelayanan ( Puskesmas ) setempat
c.
Kesempatan yang diperoleh adalah
sejalannya beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, misalnya
penyuluhan pemeriksaan kesehatan balita
melalui posyandu.
d.
Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah
dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari aparat pemerintah setempat dan
petugas kesehatan dalam tindak lanjut program, Motivasi dan kesadaran yang
tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada serta program yang
dibuat.
5. Evaluasi
Berdasarkan
respon verbal dan non verbal menurut teori Anderson dapat disimpulkan hasil
evaluasi bahwa :
1.
Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon
positif dari masyarakat.
2.
Pada pelaksaaan kegiatan (implementasi) biasanya
masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran apalagi jika
hal tersebut membutuhkan pengorbanan materi.
3.
Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena
dukungan dari kader/pokjakes setempat, tokoh masyarakat, puskesmas dan swadana
mahasiswa sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang dengan berbagai
alasan terutama masalah financial dan waktu yang tersedia.
4.
Masih ada kegiatan yang belum terlaksana karena Kondisi
cuaca, dukungan dan motivasi dari masyarakat yang kurang dan
keterbatasan fasilitas yang dibutuhkan.
5.
Tindak lanjut dari aparat kesehatan terkait (
Puskesmas, ketua RW 06) sangatlah perlu
terutama dalam meningkatkan
motivasi dan kesadaran masyarakat
untuk sehat melalui kegiatan mereka sendiri.
6.
Perlunya kerjasama pihak puskesmas dengan POKJAKES yang
telah terbentuk agar supaya program-program yang telah dilaksanakan tetap
berkelanjutan dan terus melakukan bimbingan serta evaluasi hasil kerja POKJAKES
di RW 06 Kelurahan Tamangapa Kecamatan
Manggala.
BAB
V
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan komunitas bertujuan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Sifat asuhan
yang diberikan adalah umum dan menyeluruh melalui kerjasama dan peranserta masyarakat, sedangkan
fokus keperawatan individu, kelompok,
keluarga menekankan pada pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan
rehabilitatif.
Dalam kegiatan ini
mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengkajian, menetapkan masalah, menentukan prioritas,
membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan evaluasi. Adapun masalah
kesehatan yang ditemukan di kelurahan
Tamangapa adalah : Resiko terjadinya penyakit DBD
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Potensial masyarakat RW 06/RT 03 kel. Tamangapa dalam meningkatkan kesehatan
balita berhubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat untuk mengatasi
masalah tersebut antara lain : Melaksanakan kerja bakti, penyuluhan DBD dan
PHBS serta pemeriksaan kesehatan. Sedangkan
kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang kedua yaitu melakukan pemberian
makanan pendamping ASI.
Dari berbagai
kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil antara lain,
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah kesehatan melalui
penyuluhan dan terlaksananya kegiatan kerja bakti, lingkungan sekitar RT 02 RW
06 Kelurahan Tamangapa tampak bersih.
Keberhasilan yang
dicapai merupakan tanda adanya peningkatan peran serta masyarakat melalui
Kelompok Kerja Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, remaja mesjid,
Puskesmas, dan pemerintah setempat. Dan secara umum adalah karena adanya
dukungan penuh dari masyarakat RT
03 RW 06
kelurahan tamangapa.
B. Saran
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas
telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1.
Kerja sama yang baik dari pihak
pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas serta aparat pemerintah setempat mulai
bupati sampai lingkungan perlu dipertahankan / ditingkatkan dimasa-masa
mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas yang berkualitas.
2.
Kerja
sama antara POKJAKES dan instansi terkait agar tetap dipertahankan dan
dikembangkan sehingga program yang telah
ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.
3.
Puskesmas
dan pemerintah setempat sebaiknya
memberikan pembinaan yang berkesinambungan kepada POKJAKES agar termotivasi
untuk melaksanakan program-program kesehatan termasuk dalam melakukan
pembinaan pada keluarga yang berisiko.
4.
Kerjasama
antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat untuk menindaklanjuti hasil dari berbagai kegiatan praktik mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar