BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Rokok
merupakan salah satu zat adiktif, yang apabila digunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Berdasarkan PP No.19 tahun 2003,
diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk
cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacun, Nicotiana
Rustica, dan spesies lainnya, atau sintesisnya mengandung nikotin dan tar tanpa bahan tambahan. Penggunaan rokok memiliki prevalensi
yang tinggi di beberapa negara. Pada tahun 2005, 22% orang dewasa telah
mengomsumsi rokok Perbandingannya ialah 36% dari pria merokok terhadap 8% wanita (Ellizabeth, 2010).
Menurut
WHO (2008) perilaku merokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu. Indonesia sebagai
negara dengan konsumsi rokok terbesar ke 3 setelah China, India, Rusia dan
Amerika. Dan kini Indonesia juga mencetak rekor baru, yakni jumlah perokok
remaja tertinggi di Dunia. Sebanyak 13,2% dari total keseluruhan remaja di
Indonesia adalah perokok aktif (Ellizabeth, 2010).
Persentase
nasional merokok setiap hari pada penduduk umur > 10 tahun adalah 23,7%. Sebanyak
17 provinsi mempunyai prevalensi merokok, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara. Secara nasional
85,4% perokok merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain. Sedangkan
jenis rokok yang paling diminati adalah kretek dengan filter (64,5%). Secara nasional
10 kabupaten/kota dengan prevalensi merokok setiap hari pada penduduk umur >
10 tahun tertinggi adalah Asmat (53,5%), Mappi (44,0%), Karo (40,6%), Boven
Digul (36,8%), Temanggung (36,2%), Pegunungan Bintang (35,2%), Wonosobo
(34,6%), Melawi (34,5%), Probolinggo (34,3%), dan Lampung Barat (33,6%). Sedangkan
10 kabupaten/kota dengan prevalensi Merokok Setiap Hari Pada Penduduk Umur >
10 Tahun terendah adalah Puncak Jaya (8,9%), Kota Kupang (11,8%), Pontianak
(13,3%), Manokwari (13,5%), Sidoarjo (14,8%), Buton (15,2%), Yapen Waropen
(15,2%), Barru (15,4%), Kota Ambon (15,4%), dan (Tabalong 15,9%) ( Riskesdas, 2007).
Data
jumlah perokok di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 31,6% dari total jumlah
penduduk. Data jumlah perokok di Kota Makassar yaitu 22,1% atau ±287.300 orang
dengan rata-rata konsumsi 10,6 batang/hari atau sekitar 3 juta batang rokok
mengepul di udara tiap hari di kota metropolitan tersebut (Tarupay Aditya, 2013).
Berdasarkan
data awal yang diperoleh peneliti adalah jumlah mahasiswa S1 keperawatan yang aktif
di Stikes Mega Rezky Makassar secara keseluruhan adalah 426 yang terdiri dari
laki-laki yaitu 121 dan perempuan terdiri dari 305 (UPTTIK Stikes Mega Rezky
Makassar, 2016).
Hasil
observasi yang dilakukan peneliti rata-rata mahasiswa S1 keperawatan berperilaku
merokok. Dari beberapa pernyataan mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku
merokok sebanyak dua belas mahasiswa. Saat dilakukan wawancara megatakan mulai
merokok sejak meduduki bangku SD. Mahasiswa S1 keperawatan merokok karena
merokok itu nikmat, mahasiswa S1 keperawatan mengaku merasakan nikmatnya
merokok setelah makan, saat sendirian, dan menghilangkan rasa lapar itulah
alasan mengapa mahasiswa S1 keperawatan tetap merokok walaupun mengetahui
dampak yang ditimbulkan oleh rokok.
Hasil
wawancara peneliti kepada mahasiswa S1 keperawatan lainnya yang beranggapan
bahwa seorang laki-laki merokok hal yang wajar karena perilaku merokok yang
dilakukannya memberikan kesan modern, dewasa, gagah, berani dan terlebih lagi
memberi kepercayaan diri di depan para perempuan. Mahasiswa S1 keperawatan mengatakan
apabila tidak merokok sering kali mengalami ejekan dari teman-temannya sebagai
laki-laki yang tidak jantan. bentuk ejekan tersebut mempengaruhi harga dirinya
sehingga ingin berperilaku merokok, bagi mahasiswa S1 keperawatan merokok dapat
menjadi salah satu cara untuk mengurangi perasaan negatif yang mahasiswa S1 keperawatan rasakan. Hal ini
terjadi karena rokok dapat memberikan dampak positif tinggi bagi mahasiswa S1
keperawatan yang mengomsumsi rokok. Dampak positif yang dapat mahasiswa S1 keperawatan rasakan
saat mengomsumsi rokok antara lain merasa lebih dewasa, menurunkan kecemasan,
mudah konsentrasi, dan dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi. Selain itu,
mahasiswa S1 keperawatan juga sering kali beralasan bahwa rokok merupakan hal
yang wajar dan tidak melanggar moral. Pengalaman negatif yang dirasakan serta
asumsi bahwa rokok merupakan hal yang wajar dan tidak melanggar moral, diduga
sebagai salah satu alasan mengapa mahasiswa S1 keperawatan mencoba untuk
merokok.
Harga
diri adakalanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang mahasiswa S1
keperawatan rasakan sebagai pengalaman positif atau negatif yang secara kontinyu mahasiswa S1 keperawatan
rasakan akan membentuk harga diri mahasiswa S1 keperawatan secara positif atau
negatif. Nilai positif atau negatif oleh mahasiswa S1 keperawatan mengevaluasi
dirinya secara keseluruhan. Perilaku merokok yang mahasiswa S1 keperawatan yang
di lakukan juga dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi mahasiswa S1
keperawatan
Harga
diri didefinisikan sebagai suatu dimensi evaluatif global diri sendiri. Individu
mendapatkan nilai harga dirinya melalui persepsi yang diperoleh dari persepsi
diri sendiri dan orang lain. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah
penilaian terhadap kondisi diri dengan menghargai kelebihan, memahami potensi
diri, dan menerima kekurangan yang ada dalam dirinya. Sedangkan, penilaian
rendah terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan
kondisi diri sendri, tidak menghargai kelebihan diri, dan selalu melihat
dirinya sebagai sesuatu yang selalu kurang. Perasaan negatif dapat muncul pada
diri seorang jika seseorang merasa tidak
berharga, mengalami penolakan dari lingkungan, merasa diabaikan, merasa
diacuhkan, dan tidak di hargai (Azkiyanti, 2012).
Pada
penelitian sebelumnya oleh Abdul Aziz, dkk, 2015. Di dapatkan uji statistik
menunjukkan ada hubungan antara harga diri dan perilaku merokok siswa SMA negri
1 susut bangli, dimana siswa yang memiliki harga diri rendah sebagian besar
berperilaku merokok yaitu berjumlah 42 siswa (16,4%).
Berdasarkan
uraian diatas, peneliti akan melakukan penelitian di wilayah kampus Stikes Mega
Rezky Makassar. Dengan judul “Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar”
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga
Diri Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar”.
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Diketahuinya Hubungan Perilaku Merokok Dengan
Harga Diri Mahasiswa S1 Keperawatan
Stikes Mega Rezky Makassar.
2. Tujuan
Khusus
a. Diketahuinya
perilaku merokok Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar
b. Diketahuinya
harga diri Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar
c. Diketahuinya
hubungan perilaku merokok dengan harga diri Mahasiswa S1 Stikes Mega Rezky
Makassar
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat ilmiah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan
ilmiah serta merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat Institusi
Hasil
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait sebagai
salah satu sumber informasi, bahan bacaan serta pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang keperawatan.
3.
Manfaat Praktisi
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para mahasiswa terkait perilaku
merokok dan harga diri. Hal ini dimaksudkan agar profesi keperawatan dapat
mempesiapkan intervensi dan pendidikan
kesehatan yang tepat terkait permasalahan mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjuan
Umum Tentang Perilaku
1.
Pengertian
Perilaku
Dari
segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya
(Notoatmojo, 2007).
Perilaku
adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya (Sinta, 2011).
Seorang
ahli psikologi skinner merumuskan bahwa perilaku adalah Respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmojo, 2007).
Dari
uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh manusia secara sadar tanpa adanya pengaruh dari orang lain.
2.
Jenis–jenis Perilaku menurut (Sinta, 2011).
a. Perilaku
tertutup
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau
reaksi ini masih dalam perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran atau sikap
yang terjadi pada sesesorang yang mendapat rangsangan. Contoh ibu hamil
mengetahui tetantang pentingnya pemeriksaan rutin, pemuda megetahui tentang
penularan HIV, dan sebagainya.
b. Perilaku
terbuka
Respon
yang terjadi pada seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka.
Responnya dalam bentuk tindakan yang dapat dialami oleh orang lain. Misalnya: seorang
ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin, ibu membawa anaknya untuk di
imunisasi, penderita penyakit TB paru berobat secara teratur, dan sebagainya.
3.
Prosedur
pembentukan perilaku menurut (Sinta, 2011).
a. Melakukan
identifikasi terhadap hal-hal yang merupakan penguat (reinforcer)
berupa hadiah-hadiah (reward) bagi
perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan
analisis untuk mengidentifikasi komponen-kompenen kecil yang membentuk perilaku
yang dikehendaki.
c. Menggunakan
secara urut komponen sebagai tujuan sementara.
d. Melakukan
pembentukan perilaku dengan urutan komponen tersebut.
4.
Teori
perilaku menurut (Sinta, 2011).
a. Teori
insting
Teori
ini dikemukakan Mc Dougall sebagai
pelopor dari psikologi menurutnya bahwa perilaku disebabkan karena insting atau
naluri, dan Mc Dougall mengajukan
suatu daftar insting. Insting merupakan imate,
perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalmi perubahan karena pengalaman.
b. Teori
dorongan
Teori
ini bertitik tolak pada pandangan organisme mempunyai dorongan-dorongan.
Dorongan-dorongan tersebut berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang berperilaku.
c. Teori
insentif
Dengan
teori ini akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif juga reinporment,
ada yang positif dan ada juga yang negatif. Yang positif berkaitan hadiah yang
negatif berkaitan dengan hukuman yang akan dapat menghambat organisme
berperilaku.
d. Teori
atribusi
Teori
atribusi menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu
disebabkan oleh disposisi internal (motif, sikap ) atau disebabkan oleh keadaan
eksternal.
5.
Domain
perilaku menurut (Sinta, 2011).
a. Determinan
atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya
: tingkat, kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan
atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi, politik, dan
sebagainya.
6.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku menurut (Notoatmodjo, 2007).
a. Faktor
presdisposisi
Faktor
ini meliputi pengetahuan. dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system
nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.
b. Faktor
pemungkin
Faktor
pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat.
c. Faktor
penguat
Faktor
ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, toko agama, sikap dan
perilaku para petugas termaksuk petugas kesehatan. Serta undang-undang
peraturan-peraturan yang terkait dengan
kesehatan.
B.
Tinjauan Umum Tentang Rokok Dan Merokok
1.
Pengertian
a.
Rokok
Rokok
adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, temasuk cerutu ataupun bentuk
lainnya yang dihasilkan tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar atau tanpa bahan tambahan (Ellizabeth, 2010).
Rokok
adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 (bervariasi
tergantung negara) deengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah (Ellizabeth, 2010).
Dari
uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa rokok adalah zat kimia berupa
nikotin, tar zat kimia lain yang terkandung didalam rokok yang apabilla
seseorang mengkomsumsi rokok dapat membahayakan kesehatan individu maupun orang
yang berada di lingkungan siperokok.
b.
Merokok
Merokok
adalah membakar tembakau yang kemudian di isap asapnya, baik menggunakan rokok
ataupun menggunakan pipa (Anggreani, 2011).
Merokok
atau mengunyah tembakau adalah mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan darah
dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding
arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta
memudahkan terjadinya aterosklerosis (Anggreani, 2012).
Dari
uraian diatas dapat di simpulkan bahwa merokok adalah membakar tembakau dengan
cara menghisap asapnya, dimana asap rokok yang di isap dapat menyebabkan
hipertensi dan penyakit lain yang di timbulkan oleh rokok.
2.
Jenis-jenis
rokok menurut (Ellizabeth, 2010).
a. Rokok
berdasarkan Bahan Pembungkus
1) Kawung
adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
2) Sigaret
ialah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
3) Cerutu
adalah rokok yang pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Rokok
Berdasarkan Bahan Baku atau Isi
1) Rokok
putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2) Rokok
kretek yaitu rokok yang bahan atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3) Rokok
klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,
dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa aroma tertentu.
c. Rokok
Berdasarkan Proses Pembuatanyya
1) Sigaret
kretek tangan (STK) adalah rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling
atau dilinting dengan menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana.
2) Sigaret
kretek mesin (SKM) adalah rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
d. Rokok
Berdasarkan Penggunaan Filter
1) Rokok
folter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2) Rokok
nonfilter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
3.
Kandungan
rokok menurut (Ellizabeth, 2010).
Setiap rokok atau cerutu mengandung lebih dari
4.000 jenis bahan kimia, dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat meracuni
tubuh, sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Beberapa
contoh zat berbahaya di dalam rokok yang perlu diketahui adalah sebagai
berikut:
a.
Nikotin
Nikotin
yang menyebabkan ketergantungan. Nikotin menstimulasi otak untuk terus menambah
jumlah nikotin yang dibutuhkan.
b.
Karbon
Monoksida
Gas
berbahaya pada asap rokok ini seperti yang ditemukan pada asap pembuangan
mobil. Karbon monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen, yang biasanya
dibawa oleh sel darah merah, sehingga jantung siperokok menjadi berkurang
suplai oksigennya.
c.
Tar
Tar
digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, tar adalah partikel penyebab tumbuhnya
sel kanker.
d.
Arsenic
Sejenis
unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur :
Nitrogen oksida, Amonium karbonat.
e.
Amonia
Amonia
merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen.
f.
Formic
Acid
Formic
acid tidaklah berwarna, bisa bergerak bebas, dan dapat mengakibatkan lepuh.
Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk.
g.
Acrolein
Acrolein
adalah sejenis zat tidak berwarna, sebagaimana aldehid. Zat ini diperoleh
dengan cara mengambil cairan dari gliserol menggunakan metode pengeringan.
h.
Hydrogen
Cyanide
Hydrogen
cyanide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa.
i.
Nitrous
Oksida
Nitrous
oksida adalah sejenis gas tidak berwarna. Jika gas ini tersiap maka dapat
menimbulkan rasa sakit.
j.
Formaldehyde
Zat
ini banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin).
k.
Phenol
Phenol
adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi
beberapa zat organik, seperti kayu dang arang.
l.
Acetol
Hasil
pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak
berwarna bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
m.
Pyridine
Cairan
tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat
alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
n.
Methyl
cloride
Methyl
cloride adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu,yang unsur-unsur utamanya
berupa hidrogen dan karbon.
o.
Methanol
Methanol
adalah cairan ringan yang gampang dan terbakar, meminum atau menghisap methanol
dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian.
4.
Tipe-tipe perokok menurut (Ellizabeth, 2010).
a. Perokok
aktif
Perokok
aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok
menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak
merokok. Perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari, dan perokok sedang
5-14 batang rokok dan perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok
perhari
b. Perokok
pasif
Perokok
pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa
harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada
di dekatnya.
5.
Dampak rokok bagi kesehatan menurut (Mangoenprasodjo,
2005).
a. Dampak
bagi par-paru
Merokok
dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertropi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia).
b. Dampak
terhadap jantung
Banyak
penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung
koroner (PJK). Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
dan jatung tersebut. Bukan hanya menyebabkan jantung koroner, merokok juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
c.
Stroke
Penyumbatan
pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke dikaitkan dengan
merokok. Risiko stroke dan kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok.
d.
Kanker
Merokok
dapat menyebabkan kanker. Berbagai jenis kanker yang risikonya meningkat akibat
merokok antara lain. Kanker trakea, bronkus, paru-paru, kanker mulut dan
orofaring, kanker lambung, kanker hati, kankre pankreas, kanker rahim, kanker
kandung kemih, kanker esofagus, leukimia, mieloid akut, kanker ginjal, dan
ureter, serta kanker usus besar ( kanker kolon ).
e.
Impotensi
Nikotin
yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh, termasuk organ
reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas
sperma menjadi buruk. Selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor
risiko menggangu fungsi seksual, khususnya gangguan disfungsi ereksi.
f.
Merusak otak
Sama
halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan oleh
penyempitan pembuluh darah otak yang dikarenakan efek nikotin terhadap pembuluh
darah dan suplai oksigen yang menurun terhadap organ, termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga,
sebetulya nikotin ini dapat menggangu seluruh sistem tubuh.
g.
Mengancam kehamilan
Hal
ini ditujukan kepada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan
bahwa wanita hamil yang merokok memilik risiko melahirkan bayi dengan berat
badan yang rendah, kecacatan, keguguran, bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.
h.
Merontokokkan rambut
Merokok
dapat menurunkan sistem kekebalan sehingga perokok lebih mudah terserang
penyakit, seperti lupus erimatosi yang bisa menyebabkan kerontokan rambut,
ulserasi/bisul, sariawan di mulut serta ruam diwajah, kepala, dan tangan.
i.
Katarak
Perokok
mempunyai 50 % lebih tinggi terkena katarak (buramya lensa mata yang
menghalangi masuknya cahaya), bahkan menyebabkan kebutaan.
j.
Keriput
Asap
perokok membakar protein dan merusak vitamin A yang memelihara elastisitas
kulit, serta menurunkan kelancaran aliran darah. Kulit perokok, terutama di
sekitar bibir dan mata, menjadi kering, kasar, dan bergaris-garis.
k.
Merusak pendengaran
Rokok
menyebabkan plak pada pembuluh darah sehingga menggangu aliran oksigen dalam
darah yang menuju telinga dalam.
l.
Merusak gigi
Zat-zat
kimia beracun dan asap rokok menimbulkan plak aktif berkontribusi merusak gigi.
m. Emfisema
Pecahnya
kantong pernapasan bisa mengurangi kapasitas paru-paru dalam menghirup oksigen
dan mengeluarkan karbon dioksida. Pada kondisi ekstrem, penderita emfisema
memerlukan operasi trakheostomi (pemasangan pipa terbuka pada trakea untuk
membantu masuknya udara ke dalam paru-paru) agar tetap bernapas.
n.
Osteoporosis
Karbon
monoksida (zat kimia utama yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dan asap
rokok) mempunyai daya ikat lebih besar terhadap sel darah merah ketimbang
oksigen, serta mengurangi daya angkut oksigen darah pada perokok sebanyak 15%.
o.
Tukak lambung
Merokok
dapat menurunkan pertahankan tubuh terhadap bakteri penyebab tukak lambung
sekaligus merusak kemampuan lambung menetralisir asam sehabis makan.
p.
Penyakit burger
Penyakit
itu juga disebut thromboangitis
obliterans. (suatu peradangan pembuluh nadi dan pembuluh balik, serta saraf
pada kaki). Yang secara keseluruhan mengurangi aliran darah.
q.
Memperlambat
pertumbuhan anak
Berdasarkan
fakta-fakta ilmiah sejak tahun 1986 amerika serikat menyimpulkan bahwa asap
rokok yang dihasilkan secara langsung dari pembakaran rokok maupun hembusan
perokok dapat memperlambat pertumbuhan dan fungsi pada masa kanak-kanak, serta
meningkatkan risiko penyakit saluran pernapasan.
6.
Tahapan merokok menurut (Ellizabeth, 2010).
a. Tahap
pengenalan terhadap rokok
Seseorang
mendapatkan gambaran yang meyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,
melihat, ataupun hasil membaca, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
b. Tahap
perintisan merokok
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap keputusan
seseorang untuk meneruskan atau berhenti dari perilaku merokok.
c. Tahap
menjadi seseorang perokok
Pada tahap ini, seseorang yang telah mengomsumsi
rokok sebanyak empat batang per hari cenderung menjadi rokok.
d. Tahap
ketergantungan
Pada tahap ini, merokok sudah menjadi salah satu
bagian dari cara pengaturan diri ( self regulating ).merokok dilakukan
7. Sebab remaja merokok
menurut (Mangoenprasodjo, 2005).
Menurut
penyelidikan Charles Gilbert Wernn dan Shirley Schwarzrock, remaja-remaja itu
mulai merokok karena ikut-ikutan dengan teman, untuk iseng agar lebih tenang
apalagi pada waktu berpacaran, berani ambil resiko karena bosan dan tidak ada
yang dilakukan dan supaya kelihatan seperti orang dewasa.
Menganalisis
mengapa seseorang mulai merokok dapat menyadarkan diri dari hal keanehan
mengisap rokok itu. kemungkinan besar, baik orang-orang belasan tahun maupun
orang-orang dewasa, tidak akan menemukan alasan yang kuat mengapa dia merokok.
Perokok nampaknya cenderung lebih banyak minum teh dan kopi. Kebanyakan perokok
mulai mengisap rokok waktu umur belasan tahun. Dan jarang orang yang dapat
menikmati rokoknya yang pertama. Bahkan, biasanya rokok pertama itu membuat
seseorang merasa dan pening untuk
memperoleh efek yang menyenangkan.
8. Cara-cara berhenti
merokok menurut (Mangoenprasodjo, 2005).
a. Hindari
teman-teman perokok
Menjauh
dari teman-teman perokok, untuk beberapa waktu lamanya, dapat menolong
seseorang untuk bertahan tidak merokok lagi.
b. Menjauhi
rokok
Buang
atau bakarlah sisa-sisa rokok anda yang masih ada, bahkan pakaian-pakaian, kain
seprei, sarung bantal, dan semua peralatan yang masih berbau asap rokok, dicuci
bersih.
c. Buatlah
diri anda sibuk
Pada
hari pertama seseorang ingin berhenti merokok rencanakanlah sesuatu pekerjaan
yang membuat anda sibuk sepanjang hari.
d. Minumlah
air sebanyak-banyaknya
Meminum
air putih, sedikitnya depalan gelas sehari, akan menolong memberishkan tubuh
dari nikotin tembakau. Maka apabila seseorang sudah berhenti merokok selama
lima hari dan meminum banyak air, maka kadar nikotin dalam tubuh akan bersih
atau paling sedikit berkurang.
e. Makanlah
makanan sederhana
Menu
makanan sangat menolong seorang untuk berhenti merokok. Makanan sederhana yang
dimaksud ialah makanan tanpa, lemak, tanpa bumbu-bumbu yang banyak, dan yang
tidak pedas. Jenis makanan yang sederhana ini bisa terdiri dari nasi, tahu, dan
tempe, sayur-sayuran dan jenis-jenis buah.
f. Berjalan-jalan
diluar rumah sesudah makan
Biasanya
seseorang paling senang merokok sehabis makan. Sesudah meninggalkan meja makan,
lalu duduk dikursi tamu, dan biasanya terus merokok. Tetapi janganlah lagi duduk
di kursi tamu, melainkan pergilah berjalan-jalan keluar rumah sambil menghirup
udara segar.
g. Cukup
waktu tidur dan istirahat
Tidur
dan istirahat yang cukup akan menenangkan urat-urat syaraf dan membuat fisik
lebih segar dan sehat. Kesehatan jasmani seseorang yang dibarengi dengan
ketenangan syaraf serta pikiran akan membantu kemauan keras menghentikan
kebiasaan rokok.
h. Percaya
Allah menolong untuk berhenti merokok
Allah
ingin agar seorang perokok berhenti merokok. Allah tidak suka tidak suka
perokok sakit-sakitan dan lekas mati. Oleh karena itu, keputusan pribadi untuk
berhenti merokok akan berhasil kalau si perokok percaya bahwa tuhan akan
menolong, Dia mau dan sanggup menolong oleh karena itu, mintalah pertolongan
dari Allah.
9.
Faktor-fakor
yang mempengaruhi perilaku merokok menurut (Ellizabeth, 2010).
a. Faktor
Sosial
Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah
faktor sosial atau lingkungan. Telah diketahui bahwa karakter seseorang banyak
dibentuk oleh lingkungan sekitar baik keluarga, tetangga, maupun teman
pergaulan.
b. Faktor
Psikologis
Beberapa
alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau
ketenangan serta mengurangi kecemasan atau ketegangan.
c. Faktor
Genetik
Faktor
genetik dapat menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau
biologis ini dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain seperti faktor sosial dan
psikologis.
C.
Tinjauan
Umum Tentang Harga Diri
1.
Pengertian
Harga
diri (self esteem) merupakan suatu evaluasi atau hasil penilaian yang
dilakukan oleh diri sendiri terhadap kemampuan yang dimiliknya (Nurrahma, 2013).
Harga
diri (self-esteem) penilaian atau
evaluasi remaja secara menyeluruh terhadap dimensi perubahan fisik, kognitif,
emosi, dan sosial yang terjadi dalam dirinya (Yasdiananda, 2012).
Harga
diri (Self-esteem) merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap diri
individu (Rahmania, 2012).
Dari
uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa harga diri adalah kecenderungan
terhadap pola pikir seseorang dimana keberadaan dirinya dianggap oleh
lingkungan sekitarnya.
2.
Dimensi
harga diri (self
esteem) menurut (Rahmania, 2012).
a. Dimensi
akademik
Mengacu
pada persepsi individu terhadap kualitas pendidikan individu.
b. Dimensi
sosial
Mengacu
pada persepsi individu terhadap hubungan sosial individu.
c. Dimensi
emosional
Merupakan
keterlibatan individu terhadap emosi individu.
d. Dimensi
keluarga
Mengacu
pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan integrasi di dalam keluarga.
3.
Aspek
harga diri (self esteem) menurut (Nurrahma,
2013).
a.
Kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain. Kekuatan ini ditandai oleh adanya
pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.
b.
Keberartian adalah
penerimaan yang diperoleh berdasarkan penilaian orang lain. Keberartian ini
ditandai oleh adanya kepedulian, dan afeksi yang diterima individu dari orang
lain.
c.
Kebajikan adalah
ketaatan terhadap etika atau norma moral pada masyarakat. Hal ini ditandai oleh
ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan, dan Individu
merasa terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan.
d.
Kemampuan adalah
kemampuan untuk berhasil sesuai dengan tujuan yang dimiliki. kemampuan ini
ditandai oleh individu yang berhasil memenuhi tuntutan prestasi, dan Kemampuan
individu dalam beradaptasi.
4.
Karakteristik
harga diri
Harga
diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang dirinya yang dimana hal
ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian individu
ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat tinggi dan negatif.
a. Harga
diri tinggi
Orang
asertif mengarah pada tujuan, jujur, terbuka,
penuh percaya diri. Asertivitas terkandung perilaku kesanggupan ber-masyarakat,
berempati dan ber-komunikasi baik verbal maupun non verbal. Individu yang
asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan kelebihan yang dimiliki dan
memandang kelebihan- kelebihan tersebut lebih penting dari pada kelemahannya,
begitu pula sebaliknya. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan asertivitas yaitu: jenis kelamin, harga diri, kebudayaan, tingkat
pendidikan, tipe kepribadian dan situasi tertentu lingkungan sekitar (Yasdiananda,
2012).
b. Harga
diri rendah
Perasaan
tidak berharga, tidak berati dan rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
5.
Komponen-komponen
harga diri menurut (Ramadhan, 2012).
a. Perasaan
diterima
Perasan
individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan dirinya
diterima seperti dihargai oleh anggota kelompoknya, kelompok ini dapat berupa
keluarga, teman sebaya atau kelompok apapun. Individu akan memiliki nilai
positif tentang dirinya apabila individu tersebut merasa diterima dan menjadi
bagian dalam kelompoknya. Namun individu akan memiliki penilaian negatif
tentang dirinya bila mengalami perasaan tidak diterima.
b. Perasaan
mampu
Perasaan
dan keyakinan individu akan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri dalam
mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya: perasaan seseorang saat
mengalami keberhasilan atau kegagalan.
c. Perasaan
berharga
Perasaan
dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak, dimana perasaan ini
dipengaruhi oleh pengalaman lalu. Perasaan yang dimiliki individu yang sering
kali ditampilkan dan berasal dari
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pribadi seperti pintar, sopan, tampan atau
cantik, baik dan lain sebagainya.
6.
Tingkatan
harga diri menurut (Ramadhan, 2012).
a. Mengidentifikasi
bidang-bidang kompetensi
Remaja
memiliki harga diri positif apabila dapat tampil dengan kompeten dalam
bidangnya. Sehingga remaja harus terus didorong agar dapat mengidentifikasi
bidang kompetensi yang ingin dicapainya.
b. Menyediakan
dukungan emosional dan persetujuan sosial
Dukungan
dan persetujuan dari orang tua dan teman sebaya, menjadi hal yang penting bagi remaja untuk meningkatkan harga diri.
Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi lingkungan yang memberikan
dukungan emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga diri remaja karena
merasa dicintai dan diterima oleh orang lain.
c. Meningkatkan
prestasi
Prestasi
dapat meningkatkan harga diri remaja. Sebab, prestasi membuat remaja merasa
dirinya mampu untuk melakukan tugas, yang belum tentu dapat dilakukan oleh
orang lain.
d. Meningkatkan
keterampilan koping remaja
Menghadapi
masalah dengan realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi
diri yang positif. Sebaliknya, mengadapi masalah dengan pengingkaran, menipu
diri dan menghindar dapat menjadi penyebab pemicu bagi remaja untuk
mengevaluasi diri secara negatif.
7.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi harga diri (Ramadhan, 2012) .
a. Pengalaman
Pengalaman
individu yang positif dapat meningkatkan harga diri, seperti: prestasi yang
diraih dan kompetensi diri dalam berbagai hal. Sedangkan, pengalaman individu
yang negatif dapat menurunkan harga diri, seperti : merasa dirinya tidak
diterima, tidak kompeten, dan tidak bernilai.
b. Pola
asuh
Pola
asuh merupakan cara orang tua untuk memberikan perhatian serta tanggapan
terhadap anak. Adanya hukuman dalam keluarga yang tidak konsisten serta
perilaku orang tua selalu membanding-bandingkan anak, dapat menurunkan harga
diri.
c. Lingkungan
Lingkungan
yang membuat remaja merasa diterima, dihargai, dan hormati, akan menjadikan
remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d. Sosial
ekonomi
Sosial
ekonomi merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan individu untuk memenuhi
dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial. Individu dengan latar
belakang sosial ekonomi tinggi, akan merasa dirinya lebih berarti dan berharga,
dibandingkan dengan orang lain dengan status sosial ekonomi dibawahnya.
BAB III
KERANGKA
KONSEP
A.
Dasar
Pemikiran Variabel
Berdasarkan
tinjauan pustaka, dapat disimpulakan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor
sosial, faktor psikologis, faktor genetik. Perilaku merokok merupakan suatu
kegiatan yang banyak dilakukan oleh orang dewasa, remaja maupun anak-anak
bahkan bagi mereka perilaku merokok menjadi trend. Dimana dampak rokok itu
sangat berbahaya bagi kesehatan seperti: dampak bagi paru-paru, dampak terhadap
jantung, stroke, kanker, impotensi, katarak, osteoporosis, impotensi, mengancam
kehamilan, merusak otak, merontokkan rambut, merusak gigi, merusak pendengaran,
emfisema. Pada dasarnya banyak yang mengetahui dampak buruk dari rokok, namun
kebanyakan dari mereka tidak pernah memperdulikannya.
B.
Hubungan
Antar Variabel
Kerangka
konsep penelitian ini dikembangkan berdasarkan landasan teoritis yang telah di
uraikan dalam tinjauan pustaka, maka skema yang dapat dilihat dibawah ini :
A.
Hipotesis
Adakah
hubungan antara perilaku merokok dengan harga diri Mahasiswa S1 Keperawatan
Stikes Mega Rezky Makassar.
B.
Defenisi
Operasional
No
|
Variabel
|
Defenisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Skala Ukur
|
Hasil Ukur
|
1.
2.
|
Perilaku
merokok
Harga diri
|
Perilaku merokok adalah perilaku
responden yang menggambarkan kegiatan merokok terihat dari tahap perilaku merokok
(mulai dari tahap pengenalan, perintisan, menjadi seorang perokok, tahap
ketergantungan), jenis rokok yang dikomsumsi, tipe tipe perokok
(aktif, pasif)
Harga diri (Self-esteem) adalah
sikap positif ataupun negatif terhadap diri individu.
|
kuesioner
kuesioner
|
Ordinal
ordinal
|
·
Perilaku merokok tinggi apabila skor ≥
53%
·
·
Perilaku merokok rendah apabila skor ≤
53%
Harga diri tinggi (poistif) apabila
skor ≥60 %
·
Harga diri rendah (negatif) apabila
skor
≤ 60%
|
BAB
IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Desain
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam
waktu bersamaan (Hidayat, 2011).
B.
Lokasi
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di wilayah kampus Stikes Mega Rezky Makassar.
C.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini di lakukan mulai pada tanggal 18-23
Januari 2016.
D.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku merokok di wilayah kampus Stikes Mega Rezky Makassar.
2.
Sampel
Pada
penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh mahasiswa S1 keperawatan yang
berperilaku merokok di Stikes Mega Rezky Makassar dengan Tehnik Acidental Sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan
memilih siapa yang kebetulan ada/di jumpai.
E.
Kriteria
Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa
S1 keperawatan yang berperilaku merokok
b. Mahasiswa
S1 keperawatan yang ada di lokasi penelitian
c. Mahasiswa
yang bersedia untuk menjadi responden penelitian.
2. Kriteria Ekslusi
a. Mahasiswa yang dalam keadaan tidak sadarkan
diri.
b. Mahasiswa
yang tidak bersedia menjadi responden.
A.
Instrumen
Penelitian
Pendataan
dilakukan peneliti dengan membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan
data. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang mengacu pada
kesesuaian dengan penelitian. Kuesioner yaitu alat ukur dengan beberapa
pertanyaan yang terstruktur dan responden dapat memberikan jawaban sesuai
dengan petunjuk yang ada. Dimana lembar pertanyaan berupa kuesioner bagian
pertama berisi 21 pertanyaan mengenai perilaku merokok. Kemudian kuesioner
bagian ke dua berisi 24 pertanyaan mengenai harga diri. Waktu yang diperlukan
untuk mengisi kuesioner kurang lebih 20 menit.
Penelitian
ini menggunakan dua instrumen yaitu,
skala perilaku merokok dan skala harga diri.
1. Skala
perilaku merokok
Skala
perilaku merokok disusun untuk mengukur perilaku merokok mahasiswa.
Pertanyaan yang ada dalam kuesioner
mencakup: tipe perokok, tahapan perilaku merokok, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok, dan dampak rokok (Azkiyanti, 2012).
2. Skala
harga diri
Peneliti
menyusun skala harga diri berdasarkan teori coopersmith (2006) dalam Azkiyati,
(2012) yaitu kekuatan, keberartian, kebajikan, kompetensi.
B.
Pengumpulan
Data
1.
Data primer
Data
primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner yang
terdiri dari 21 pertanyaan mengenai perilaku merokok dan 24 pertanyaan mengenai
harga diri. Dimana skala pengukuran data yang digunakan adalah skala likert yang terlah di uji validitas dan
rehabilitas:
a. Uji
Validitas
Uji
validitas ditunjukkan oleh dua hal, yaitu bila rxy hitung lebih
besar dari r tabel maka Ho di terima
(Variabel Valid). Sedangkan, bila rxy hitung lebih besar dari r tabel maka Ho di tolak (Variabel tidak
Valid). Hasil uji validitas di dapatkan 29 dari dari 45 pertanyaan dinyatakan
valid. Peneliti kemudian mengubah pertanyaan yang tidak valid dan setiap detail
pertanyaan yang di ubah telah mendapatkan persetujuan dari ahli (Azkiyati,
2012).
b. Uji Reliabilitas
Uji
rehabilitas di tunjukkan oleh dua hal, yaitu jika cronbach alpa ≥ 0,6 maka variabel dinyatakan reliabel. Sebaliknya,
jika cronbach alpa instrumen pada
penelitian ini adalah 0,711 (reliabel) (Azkiyati, 2012).
2. Data
Sekunder
Data
sekunder diperoleh melalui instansi tempat penelitian dalam hal ini Stikes Mega
Rezky Makassar.
C.
Pengelolahan
dan Analisa Data
1.
Pengelolahan
a. Editing
Editing
adalah peneliti memeriksa kembali kebenaran data yng diperoleh atau di
kumpulkan.
b. Koding
Memberikan
kode numerik (angka) atas jawaban kuesioner, number skor terhadap item-item
pertanyaan untuk mempermudah pengolahan data. Pertanyaan benar, skor 1 bila
jawaban benar, pertanyaan yang salah skor 0 bila salah satu atau responden
tidak menjawab.
c. Scoring
Setelah
semua variabel di beri kode selanjutnya masing-masing komponen variabel di jumlahkan,
untuk menentukan variabel tersebut berhubungan atau tidak berhubungan.
d. Tabulasi
Setelah
semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dapat dianalisa.
2. Analisa
Data
a. Analisis
Univariat
Analisis
univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Perilaku merokok
sebagai variabel terikat dan harga diri mahasiswa yang merokok sebagai variabel
bebas (Notoatmodjo, 2010)
b. Analisis
Bivariat
Analisis
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
dependen yang di duga berhubungan. Penelitian ini menggunakan analisis data
dalam bentuk uji statistik chi square dengan
nilai kemaknaan α ( 0,05 ) dengan bantuan program
statistik. Apabila p ≥ α ( 0,05 ) maka hipotesis ditolak artinya tidak ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
D.
Etika
Penelitian
Peneliti
mengajukan permohonan kepada Ketua Stikes Mega Rezky untuk mendapatkan
persetujuan. Kemudia observasi dilakukan langsung kepada subjek diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1.
lembar persetujuan ( informed concert )
Merupakan
cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan
lembar persetujuan( informed concent ) memberikan
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed concert adalah agar
subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika subyek
bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
2.
Tanpa nama ( Anonimity )
Merupakan
masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara memberikan nama
responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode lembar pengumpulan data.
3.
Kerahasiaan (
confidentiality )
Merupakan
masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalh-masalah lainnya, semua informasi yang telah di kumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
BAB
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Pengumpulan data dilakukan mulai
tanggal 8 – 23 januari 2016 pada mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega Rezky
Makassar Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 keperawatan yang
berperilaku merokok, jumlah sampel yang ditemukan selama penelitian berjumlah
30 orang. Pengumpulan data menggunakan alat ukur kuesioner, kemudian data
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel analisis dengan menggunakan rumus Chi-Square.
Hasil penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas 21 pertanyaan mengenai perilaku
merokok dan 24 pertanyaan mengenai harga diri. Kemudian kuesioner tersebut
dibagikan kepada setiap responden dan kemudian mengisinya langsung dan
didampingi peneliti.
Setelah dilakukan pengambilan data,
langkah berikutnya adalah pengolahan data untuk memperoleh hasil dari
penelitian ini. Pengolahan data dengan menggunakan program statistik.
Selanjutnya hasil penelitian secara lengkap dalam bentuk tabel meliputi
analisis univariat dan bivariat untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan rumus chi-square, dimana nilai kemaknaan α = 0,05.
Adapun hasil penelitian yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
1.
Analisis
Univariat
a. Perilaku
Merokok
Tabel 5.2
Distribusi Responden
Berdasarkan Perilaku Merokok Mahasiswa
S1 Keperawatan Yang Berperilaku Merokok
|
Perilaku
Merokok
|
Jumlah
|
|
n
|
%
|
||
|
Tinggi
|
15
|
50
|
|
Rendah
|
15
|
50
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber: Data
Primer Januari 20016
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
bahwa dari 30 responden mahasiswa S1 keperawatan diketahui yang berperilaku
merokok tinggi dan rendah sama-sama di
temukan sebanyak 15 orang (50%).
b. Harga
diri
Tabel 5.3
Distribusi Responden
Berdasarkan Harga Diri Mahasiswa
S1 Keperawatan
Yang Berperilaku Merokok
|
Harga
diri
|
Jumlah
|
|
n
|
%
|
||
|
Tinggi
|
17
|
56,7
|
|
Rendah
|
13
|
43,3
|
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber: Data Primer Januari 20016
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
bahwa dari 30 responden mahasiswa S1 keperawatan diketahui yang paling banyak ditemukan
adalah harga diri tinggi sebanyak 17 orang (56,7%).
2.
Analisis
Bivariat
Tabel
5.4
Distribusi Responden
Berdasarkan Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Mahasiswa S1
Keperawatan
Yang
Berperilaku Merokok
Perilaku Merokok
|
|
Harga
Diri
|
P
|
Tinggi Rendah Total
|
|||
n
% n
% n %
|
0,027
|
||
Tinggi 12 40,0 3 10,0
15 50,0
Rendah 5
16,7 10
33,3 15 50,0
|
|||
Total 17
56,7 13
43,3 30 100
|
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan
bahwa dari 30 responden dapat di lihat bahwa responden yang berperilaku merokok
tinggi dengan harga diri tinggi sebanyak 12 orang yaitu (40%). Dan kategori
perilaku merokok tinggi dan harga diri rendah sebanyak 3 orang yaitu (10%).
Kemudian responden dengan kategori perilaku merokok rendah dengan harga diri
tinggi sebanyak 5 orang yaitu (16,7%) dan perilaku merokok rendah dengan harga
diri rendah sebanyak 10 orang yaitu (33,3%).
Hasil uji statistik dengan
menggunakan Chi-Square di peroleh
nilai p = 0,027 (p<0,05). Hasil
tersebut memberikan makna bahwa hipotesis diterima berarti terdapat hubungan
antara perilaku merokok denga harga diri mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega
rezky Makassar.
B.
Pembahasan
a.
Perilaku
Merokok
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa
dari 30 responden mahasiswa S1 keperawatan diketahui yang berperilaku merokok
tinggi dan rendah sebanyak 15 orang (50%).
Hasil penelitian yang dilakukan
peneliti, mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku merokok tinggi mulai
mengenal rokok sejak berumur 11 tahun. Dan awal mahasiswa S1 keperawatan yang
berperilaku merokok tinggi karena hanya ingin coba-coba. Mahasiswa S1 keperawatan
megatakan awal dari coba-coba inilah yang membuat dirinya kecanduan dari tiap
batang rokok perhari bertambah. Sedangkan perilaku merokok rendah sebanyak 15
orang (50%) mengatakan berperilaku merokok saat sendirian, saat cuaca dingin,
dan saat berkumpul bersama teman sebagai tanda menghargai teman yang
berperilaku merokok.
Menurut (Notoatmojo, 2007). Dari segi
biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Menurut (Anggreani, 2011). Merokok
adalah membakar tembakau yang kemudian di isap asapnya, baik menggunakan rokok
ataupun menggunakan pipa.
Menurut (Ellizabeth, 2010). Rokok
merupakan salah satu zat adiktif, yang apabila digunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat.
b.
Harga
Diri
Berdasarkan
tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 30 responden mahasiswa S1 keperawatan
diketahui yang paling banyak ditemukan adalah harga diri tinggi sebanyak 17
orang (56,7%). Dan mahasiswa yang memiliki harga diri rendah di temukan
sebanyak 13 orang (43,3%).
Hasil
penelitian yang dilakukan peneliti, mahasiswa S1 keperawatan yang memiliki
harga diri tinggi sebanyak 17 (56,7%) mengatakan bahwa dengan berperilaku
merokok membuat dirinya dapat menyampaikan pendapat dengan baik setelah menjadi
seorang perokok. Berbeda dengan mahasiswa S1 keperawatan yang memiliki harga
diri rendah sebanyak 13 orang (43,3%) mengatakan bahwa setalah menjadi seorang
perokok membuat dirinya tidak dapat menerima kritikan dari orang lain dan rokok
membuatnya dirinya tidak berkosentrasi
belajar, dan menganggap bahwa rokok membuat masa depannya suram.
Menurut (Nurrahma,
2013). Harga diri (self esteem) merupakan
suatu evaluasi atau hasil penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
kemampuan yang dimiliknya.
c.
Hubungan
Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega Rezky
Makassar
Berdasarkan
tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 30 responden dapat di lihat bahwa responden
yang berperilaku merokok tinggi dengan harga diri tinggi sebanyak 12 orang
yaitu (40%). Dan kategori perilaku merokok tinggi dan harga diri rendah sebanyak
3 orang yaitu (10%). Kemudian responden dengan kategori perilaku merokok rendah
dengan harga diri tinggi sebanyak 5 orang yaitu (16,7%) dan perilaku merokok
rendah dengan harga diri rendah sebanyak 10 orang yaitu (33,3%). Dan hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi-Square
di peroleh nilai p = 0,027 (p<0,05)
dari data tersebut menunjukkan bahwa adanhubungan yang bermakna antara perilaku
merokok dengan harga diri mahasiswa Stikes Mega Rezky Makassar.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden ditemukan responden yang
terbanyak adalah mahasiswa yang kategori berperilaku merokok tinggi dengan
harga diri tinggi sebanyak 12 orang (40%) Mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega
Rezky Makassar.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
mahasiswa S1 keperawatan yang memiliki perilaku merokok tinggi dan harga diri
tinggi mengatakan setelah merokok membuat dirinya dapat mengendalikan emosi,
menurunkan kecemasan, membuat dirinya lebih percaya diri, dan setelah menjadi
perokok merasa dirinya di terima oleh orang lain.
Menurut (Ramadhan, 2012). kompetensi remaja
memiliki harga diri positif apabila dapat tampil dengan kompeten dalam
bidangnya. Sehingga remaja harus terus didorong agar dapat mengidentifikasi
bidang kompetensi yang ingin dicapainya. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan
sosial dukungan dan persetujuan dari orang tua dan teman
sebaya menjadi hal yang
penting bagi remaja untuk meningkatkan
harga diri. Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi lingkungan yang
memberikan dukungan emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga diri remaja
karena merasa dicintai dan diterima oleh orang lain. Meningkatkan prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja.
Sebab, prestasi membuat remaja merasa dirinya mampu untuk melakukan tugas, yang
belum tentu dapat dilakukan oleh orang lain. Meningkatkan keterampilan koping remaja menghadapi
masalah dengan realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi
diri yang positif. Sebaliknya, mengadapi masalah dengan pengingkaran, menipu
diri dan menghindar dapat menjadi penyebab pemicu bagi remaja untuk
mengevaluasi diri secara negatif.
Menurut (Ellizabeth, 2010). Perokok aktif merupakan
seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok menjadi bagian
hidupnya, sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok. Perokok
ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari, dan perokok sedang 5-14 batang rokok
dan perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari. Perokok pasif
adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus
menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada di
dekatnya.
Menurut penyelidikan Charles Gilbert Wernn dan
Shirley Schwarzrock dalam (Mangoenprasodjo, 2005). remaja-remaja
itu mulai merokok karena ikut-ikutan dengan teman-temannya, untuk iseng agar
lebih tenang apalagi pada waktu berpacaran, berani ambil resiko karena bosan
dan tidak ada yang dilakukan dan supaya kelihatan seperti orang dewasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abdul Aziz, dkk, (2015). Tentang hubungan harga diri dengan
perilaku merokok siswa di SMA negeri 1 susut bangli mengatakan bahwa ada
hubungan antara harga diri dengan perilaku merokok siswa.
Menurut
asumsi peneliti mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku merokok tinggi dan
harga diri tinggi karena sebagian mereka mengatakan apabila setelah merokok
mahasiswa tersebut merasa lebih percaya diri.
Dalam penelitian ini ditemukan juga responden yang
berperilaku merokok tinggi dan harga diri rendah sebanyak 3 orang (10%). Mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega
Rezky Makassar.
Hasil
penelitian yang dilakukan peneliti, mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku
merokok tinggi dan memiliki
harga diri rendah
mengatakan bahwa walaupun dirinya berperilaku merokok namun mahasiswa S1
keperawatan yang memiliki harga diri rendah merasa dirinya tidak memiliki
kompeten dan kelebihan-kelebihan yang patut di tampilkan dan dibanggakan
dihadapan banyak orang terutama di lingkungan pergaulan.
Dalam
buku Fajariyah (2012), harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri.
Menurut (Ellizabeth, 2010). Faktor Sosial
merupakan faktor
terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Telah
diketahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar baik
keluarga, tetangga, maupun teman pergaulan. Faktor Psikologis, beberapa alasan psikologis yang menyebabkan
seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan serta mengurangi
kecemasan atau ketegangan. Faktor Genetik, Faktor genetik dapat
menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain seperti faktor sosial dan psikologis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abdul Aziz, dkk, (2015). Tentang hubungan harga diri dengan
perilaku merokok siswa di SMA negeri 1 susut bangli menemukan bahwa responden yang
memiliki harga diri yang rendah sebagian besar berperilaku merokok yaitu
berjumlah 42 siswa (16,4%).
Menurut
asumsi peneliti Mahasiswa S1 keperawatan dengan perilaku merokok tinggi tapi
memiliki harga diri rendah di sebabkan karena mahasiswa S1 keperawatan
menganggap dirinya tidak berharga, memiliki perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri dan tidak percaya terhadap kemampuan yang dimiliki.
Dalam penelitian ini ditemukan juga responden yang
berperilaku kategori merokok rendah dan harga diri tinggi sebanyak 5 orang (16,7%). Mahasiswa S1 keperawatan Stikes Mega
Rezky Makassar.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
mahasiswa S1 keperawatan yang berperilaku merokok rendah dan memiliki harga
diri tinggi mengatakan walaupun dirinya tidak sesering mungkin merokok saat
berkumpul dengan temannya namun mahasiswa S1 keperawatan tetap di hargai dan di
hormati oleh teman-temannya, dan mahasiswa S1 keperawatan yang memiliki
perilaku merokok rendah dan harga diri tinggi ini merasa memliki
kelebihan-kelebihan yang tidak di miliki oleh teman-temannya seperti memiliki
prestasi dalam belajar dan memiliki kemampuan beradaptasi di lingkungan sosial,
dan mampu berintegrasi dalam keluarga.
Dalam buku (Purwanto, 2009). Harga diri tinggi
merupakan individu memandang dirinya sebagai individu yang berarti dan bermanfaat.
Ia memandang dirinya sesuai dengan apa yang di inginkan.
Menurut (Yasdiananda, 2012). Harga diri
seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang dirinya yang dimana hal ini
akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian individu ini
diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat tinggi dan negatif.
Menurut (Ramadhan, 2012). Pengalaman individu
yang positif dapat meningkatkan harga diri, seperti: prestasi yang diraih dan
kompetensi diri dalam berbagai hal. Sedangkan, pengalaman individu yang negatif
dapat menurunkan harga diri, seperti: merasa dirinya tidak diterima, tidak
kompeten, dan tidak bernilai.
Menurut (Ramadhan, 2012). Menghadapi masalah
dengan realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi diri yang
positif. Sebaliknya, mengadapi masalah dengan pengingkaran, menipu diri dan
menghindar dapat menjadi penyebab pemicu bagi remaja untuk mengevaluasi diri
secara negatif.
Menurut
asumsi peneliti Mahasiswa S1 keperawatan dengan perilaku merokok rendah dengan
harga diri tinggi disebabkan karen adanya kepercayaan tinggi terhadap dirinya
yang tinggi serta sadar akan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
menganggap kelebihan tersebut lebih penting dari pada kelemahanya.
C.
Keterbatasan
Dalam Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini
yaitu kurangnya responden yang ada di lokasi penelitian karena pada bulan
januari 2016 para mahasiswa S1
keperawatan sudah selesai ujian akhir semester dan sebagian besar responden
mahasiswa S1 keperawatan yang libur pulang ke kampung halaman mereka, dan
responden yang di dapatkan pada penelitian ini sebanyak 30 orang.
Keterbatasan lain yang di dapatkan peneliti
pada penelitian ini adalah diantara beberapa mahasiswa S1 keperawatan yang ada
dilokasi penelitian mengatakan sudah lama merokok namun menolak untuk diberikan
kuesioner penelitian Sehingga peneliti memutuskan untuk tidak memberikan
kuesioner pada beberapa mahasiswa untuk diteliti, karena peneliti berfokus pada
mahasiswa yang ingin di teliti secara ikhlas dan peneliti menghargai keputusan
responden untuk tidak memberikannya kuesioner penelitian.
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian tentang Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Mahasiswa
S1 Keperwatan Stikes Mega Rezky Makassar. Yang dilakukan 18-23 januari 2016
dengan jumlah sampel 30 orang, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku
merokok
Sebagian
besar responden yang berperilaku merokok tinggi dan rendah di temukan sebanyak
15 orang (50%).
2. Harga
diri
Sebagian
besar responden yang memiliki harga diri tinggi di temukan sebanyak 17 orang
(56,7%). Dan harga diri rendah di temukan sebanyak 13 orang (43,3%).
3. Hubungan
Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega rezky
Makassar.
Berdasarkan
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square
di peroleh nilai p = 0,027 (p <
0,05). Hasil tersebut memberikan makna bahwa hipotesis diterima berarti
terdapat hubungan antara perilaku merokok denga harga diri mahasiswa S1
keperawatan Stikes Mega rezky Makassar.
B.
Saran
Setelah
dilakukan penelitian dan diperoleh kesimpulan, maka peneliti memberikan
beberapa saran yaitu:
1. Bagi
Ilmiah
Hasil
penelitian ini di harapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan di kalangan
mahasiswa, masyarakat, atau orang-orang yang berminat membaca hasil penelitian
ini.
2. Bagi
Institusi
Hasil
penelitian ini di harapkan mampu menjadi masukan bagi instansi-instansi dan
lembaga-lembaga kesehatan dalam memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat khususnya kepada orang-orang yang berperilaku merokok.
3. Bagi
Praktisi
a. Hasil
penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan khususnya masiswa
yang berperilaku merokok.
b. Memperbaiki
sikap agar tidak mudah terbujuk ajakan teman terhadap sesuatu yang nengatif.
c. Hindari
merokok dengan berperilaku merokok hanya dapat membahayakan kesehatan.
d. Pembentukan
pola pikir mengenai bahaya berperilaku merokok perlu di lakukan sehingga mampu
membentuk lingkungan lingkungan sosial yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Azkiyati, A.M, (2012). Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Remaja Laki-Laki Yang Merokok Di Smk Putra Bangsa,
Jakarta
Abdul Aziz, dkk, (2015). Hubungan Harga Diri Dengan perilaku Merokok Siswa Di SMA Negeri Susut
Bangli. Diakses Tanggal 9 Novembar 2015
Anggreani, (2011). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Denga Remaja Putra Di SMP Negeri 1
Sampang. Diakses tanggal 11 November 2015
Ellizabeth, L.A, (2010). Stop merokok. Yogjakarta: Graha Ilmu
Fitriana, L.B, (2013). Hubungan Persepsi Pola Asuh Dengan Harga Diri Remaja Di SMA Negeri 2
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Diakses Tanggal 4 Januari 2016
Fajariyah Nur, (2012). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah
Hidayat, A.A, (2010). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik
analisa Data. Surabaya: Salemba Medika
Mangoenprasodjo, (2005). Mau Berhenti Merokok, Yogyakarta: Pradipta Publishing
Nurrahma. E, (2012). Perbedaan Self Esteem Narapidana Baru Dan Residivis Di Lembaga
Permasyarakatan Klas I Malang. Diakses Tanggal 4 Januari 2016
Notoatmojo, S, (2007). promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, S, (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto Teguh, S.R, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Rahmania P.N, (2012). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan
Kecenderungan
Body
Dysmorphic Disorder Pada Remaja. Diakses Tanggal 10 November 2015
Riskesdas, (2007). Data Nasional Yang Berperilaku Merokok. https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf.
Diakses Tanggal 10 Novemebr 2015
Rahmadhan,
A.S, (2012). Hubungan Gaya Hidup
Konsuntif Dengan Harga Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “ X”.
Diakses Tanggal 9 November 2015
Sinta
Fitriani, (2011). Promosi Kesehatan.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Tarupay
Aditya, (2013). Perilaku Merokok
Mahasiswi di Kota Makassar. Di akses Tanggal 9 November 2015
UPTTIK Stikes Mega Rezky Makassar, (2016). Sumber Data Awal Penelitian.
Yasdianada,
E.W, (2012). Hubungan Antara Self Esteem
Pada Siswa Kelas X SMAN 5 Merangin. Diakses Tanggal 10 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar